======= Sebuah renungan, tentang jodoh yang sudah di takdirkan dan di gariskan. Tak perlu gelisah, apa lagi resah~
Karena jika saatnya tiba, ia akan datang menghampirimu. Tak perlu mencari hati yang lain, karena hatimu sendiri yang akan menuntunmu padanya.
Dan jika saat itu tiba, rengkuh ia dengan sepenuh jiwamu. Jangan lepaskan, atau sakiti. Karena ia yang akan melengkapimu
=========
Rachel telah sampai di rumahnya di sepertiga pagi, ia tak tau apa yang harus di ucapkan untuk kebaikan Shawn yang telah bersedia mengantarnya pulang. Setelah berbasa basi dan mengucapkan terimakasih, Rachel langsung berjalan ke rumahnya. Melewati halaman kecilnya
yang rapi, yang kini di terangi lampu depan rumah sebagai pencahayaanya. Cahaya itu sekarang menampilkan siluet bunga matahari yang sudah membumbung tinggi dengan bunga mahkota sebesar jam dinding.
Bunga matahari adalah bunga favorit ibunya, ibu kandung Rachel. Kedua orangtuanya meniggal bersamaan, ketika mereka hendak pulang ke kampung halaman ayahnya. Rachel yang baru berusia tujuh tahun, gadis kecil yang malang. Ia tengah memimpikan bermain bersama
kedua orangtuanya begitu mereka sampai nantinya. Rachel membayangkan bermain di taman bunga matahari yang ibunya ceritakan, taman itu adalah tempat ibu dan ayahnya pertama kali bertemu.
Dan sejak pertemuan itu, Bunga matahari-lah yang menjadi bunga favorit ibunya. Di tengah perjalanan, mobil tiba tiba terguncang. Entah kendala seperti apa yang membuat mobil yang di kendarai ayahnya itu tiba tiba oleng. Ibunya yang tengah tidur dengan sigap meraih Rachel
yang terdorong ke dasbor mobil. Dan saat itu pula Rachel merasakan mobil berputar, terguling menuruni sebuah lereng yang terjal dan bunyi badan mobil yang menghantam bebatuan. Saat itu Rachel tau, mereka kecelakaan. Jatuh, terjun bebas ke tebing.
Di saat itu pula, Rachel merasakan perlindungan kedua orang tuanya, untuk terakhir kalinya. Ayah dan ibunya dengan kedua tangan mereka, memeluk Rachel dengan begitu erat. Melindungi Rachel agar ia bisa selamat tanpa luka. Namun mobil terus terjun dan berputar. Hingga
terdengar bunyi dentuman keras. Mobil sudah jatuh ke tanah. Dengan kondisi terbalik. Badan mobil sudah peyot dan tak karuan bentuknya.
Saat itu Rachel hanya menutup matanya, ketakutan melandanya. Ia takut, saat ia tengah tertidur dengan ribuan mimpi indah yang ingin ia lakukan dengan ayah dan ibunya, ia justru harus bertatapan dengan maut. Setelah mobil jatuh dan menghantam tanah, mereka bertiga tak
sadarkan diri. Ayah Rachel yang memeluk anak dan istrinya, Ibu Rachel yang mendekap Rachel ke dalam pelukannya. Rachel yang tak sadarkan diri di pelukan kedua orang tuanya.
Saat mata Rachel terbuka, orang pertama yang ia lihat bukan Ayah ataupun Ibunya, melainkan seorang polisi yang tengah menggendongnya. Mata polos Rachel menatap laki laki itu dengan penuh harapan.
" Paman, dimana Ibu dan Ayahku .... ? " Rachel bertanya dengan polosnya, ia tak tahu apapun tentang kematian. Anak kecil menganggap kematian merupakan perpisahan, dan pasti akan ada pertemuan.
" kamu mencari Ayahmu...? tenang anak manis .... " Polisi itu mendekapkan Rachel ke pelukannya, hari ini adalah hari pertamanya mengabdikan diri sebagai seorang Polisi. Tak di sangka, ia langsung menjumpai kematian di tugas pertamanya.
" Apa, Ayah dan ibuku baik baik saja...? " Rachel mengusap kepalanya yang terasa nyeri, darah segar nan pekat menempel di tangan mungilnya. Kepalanya terluka.
" Kalau begitu, biarkan Paman berkenalan denganmu. Namaku Alex, panggil aku Paman Alex. Siapa namamu...? " Alex memalingkan wajah Rachel dari bangkai mobil ayahnya, rekan rekan Polisinya tengah bersusah payah mengeluarkan jasad Ayah dan Ibu Rachel. Mereka
menginggal setelah mengulurkan Rachel keluar dari mobil, tubuh mereka terjepit badan mobil. Menyelamatkan Rachel adalah prioritas mereka.
" Namaku..? Namaku Rachel.."
Alex tersenyum ke arah Rachel, ia baru menjumpai satu nyawa yang berhasil di selamatkannya. Namun, gadis ini harus sendirian sekarang.
" Nah, Rachel. Sambil menunggu teman teman Paman menyelamatkan Ayah dan Ibumu. Paman akan tunjukan pemandangan indah di lereng ini, lihat kesana .... "
Alex menunjuk kearah lereng yang di tumbuhi berbagai pepohonan. Menampilkan sebuah pemandangan indah di subuh yang pilu. Embun dan kabut memberikan sentuhan magis di sekitar lereng. Tak ayalnya, Rachel kecil juga terpesona dengan pemandangan itu. ia menatap
lereng dengan takjubnya, ia tak pernah memandangi alam seindah ini sebelumnya. Ironinya, tepat di belakang punggung Rachel. Terdapat pemandangan yang menyayat hati. Jasad Ayahnya telah di keluarkan dari bangkai mobil, dengan tubuh lebam dan penuh darah serta luka
menganga di lengan karena melindungi Rachel dari pecahan kaca. Hari itu juga, pasangan yang saling jatuh cinta di kebun bunga matahari itu, mereka pergi meniggalkan dunia, bersama.
Rachel menghapus air mata di sudut matanya, ia takan pernah melupakan saat itu. Sejak kematian orang tuanya, Rachel selalu menanam bunga matahari. Simbol rasa rindunya kepada Ayah dan ibunya, ia takan tau seindah apa kebun bunga matahari yang mereka ceritakan. Jadi,
Rachel membuat kebunnya sendiri.
" selamat malam Ibu....., Ayah .... " Rachel melewati bunga mathari itu, meniggalkan kenangan penuh luka itu di belakangnya.
.
.
.
.
Rachel membuka kunci pintu rumahnya, memutar knop pintu dan masuk dengan perlahan. Rumahnya terasa sepi, tak berpenghuni. Tak ada penghuni lain selain dirinya dan ibunya, Lina. Rachel mejatuhkan dirinya ke atas kasur, melemaskan otonya yang tegang seharian ini.
Pertemuan singkatnya dengan Lucas barusan justru membuat semua otonya dua kali lebih tegang.
Rachel mengambil cek yang di berikan Lucas padanya, menerwang cek itu dengan seksama, menilik cek dengan nominal yang fantastis itu. semuanya legal, tanda tangan. Tapi bagaimana mungkin, Lucas dengan mudahnya, memberikan cek ini? Sejak kejadian kemarin, cap laki laki
brengsek sudah di berikan Rachel kepada Lucas.
" oh iya, jangan kaget karena kita pasti akan bertemu lagi " Kata kata itu terus terngiang di otak Rachel, kata kata Lucas yang di ucapkan penuh dengan kepastian seolah Rachel sendirilah yang akan menyodorkan dirinya ke hadapan Lucas. Ia tak mau bertemu Lucas lagi, entah di
dunia nyata ataupun alam mimpinya. Tak akan pernah.
" Tidak! Aku akan berusaha mengabaikannya sekuat tenaga, pertemuan hari ini adalah pertemuan terakhirku dengannya ....! " Rachel menggelengkan kepalanya, berargumen dengan diri sendiri. Rachel menyimpan kembali cek itu ke dalam tasnya, besok ia harus dengan cepat
mencairkan cek itu. ia harus segera membayar biaya operasi ibunya. Harus.
Kelelahan dan rasa lega membuat Rachel tanpa sadar terlelap, terlelap semakin jauh ke dalam mimpinya. Mimpi indah. Rachel tengah berada di taman belakang rumahnya dulu, Ayahnya tengah berdiri di bawah pohon yang disinari cahaya matahari sore. Ia menghampiri Ayahnya
yang tengah bermain Biola dengan anak laki laki di depannya itu.
Rachel tersenyum di dalam mimpinya, itu adalah sosok cinta pertamanya. Sosok laki laki dengan Biola di tangan kirinya, tengah menggesek senar Biola dengan tangan kanannya yang leluasa mengalunkan nada indah. Itu lagu favoritnya. Alunan Nel cor pie non mi sento.
Rachel mendekati laki laki itu, berlari kecil dengan kaki mungilnya. Semakin dekat dengan sosok cinta pertamanya. Semakin dekat dan dekat, hingga jarak mereka hanya berkisar lima langkah. Laki laki itu berbalik menghadap Rachel.
" sudah kubilnag, kita pasti akan bertemu lagi .... "
" Lucas...?!!! "
Rachel terbangun dari mimpinya dengan nafas yang memburu, bagaimana mungkin ia memimpikan Lucas sebagai cinta pertamanya. Mereka jelaslah sosok yang berbeda. Satu kejam dan satunya lagi selalu beramah tamah dengan Rachel. Lucas memang sangat lihai mengganggu
seseorang, bahkan dalam mimpi sekalipun.
*** 000 ***
Lucas baru saja bangun dari tidurnya, ia masih menggunakan setelan tuxedo semalam. Tanpa jas tentunya, sekarang ia hanya menggunakan kemeja putih polos. Dengan lengan yang di gulung sampai siku, memperlihatkan otot tangannya yang kasar. Otot tangan laki laki yang
kekar. Wajah sayu namun tampan. Itu yang bisa di jelaskan jika melihat wajah Lucas pagi ini. Senyum terukir di bibir Lucas, ia takan semudah itu melepaskan Rachel. Rachel terlalu naif jika berpikiran Lucas akan membiarkannya pergi begitu saja, nyatanya Rachel berhadapan
dengan orang yang cerdik juga licik.
Lucas mendekati wastafel dan mencuci wajahnya dengan asalan. Tetesan air membasahi rambut Lucas dan menetes membasahi kerah kemejanya, namun Lucas mengabaikan itu. ia langsung berjalan mendekati meja kecil di dekat jendela. Kamar hotelnya berada di Hooq bangunan.
Ia bisa melihat kedua sisi jalan dari sini. Pemandangan pagi yang sudah teruk karena polusi, tapi Lucas malah tersenyum melihat kondisi itu dan menyeruput kopinya.
" bagaimana..? kau sudah melaksakan tugasmu semalam ....? " Lucas menyeruput kembali kopinya. Menyesap rasa pahit dari kopi espresonya. Memenuhi indera perasanya dengan rasa kopi yang pahit dan masam secara bersamaan.
" sudah Tuan ... " Shawn menjawab dengan sopan seperti biasanya, sepagi ini dan dia harus sudah menemui Lucas. Shawn sempat berpikir ia takan bisa menikah dan berkeluarga jika ia harus berada di sekitar Lucas hampir dua puluh empat jam.
" Bagus... lalu, bagaimana dengan semalam...? "
" saya sudah mengantarkan Nona Rachel ke rumahnya, ia sampai dengan selamat Tuan ... "
Lucas sangat puas, rencananya akan berjalan mulus. Ia adalah laki laki yang penuh perhitungan dan perencanaan. Sejak tau kalau Rachel yang menjual Biola itu, dengan sangat cepat otak Lucas merancang rencanan yang brilian, ia takan dengan mudahnya melepaskan Rachel.
" kalau begitu berikan aku berkas laporan keuangan bulan ini, pendapatan semester dari setiap anakan perusahaan dan laporan deviden di setiap perusahaan yang kita tanami saham. Hari ini aku takan ke kantor, aku akan membuat Rachel tak sabar untuk menemuiku "
.
.
.
.
Lucas tengah sibuk membaca setiap laopran keuangan perusahaan. Perusaan multinasional dengan banyak disivisi dan anak perusahaan tentu membuat Lucas harus bekerja ekstra untuk mengawasinya. Kini Lucas tengah mengerutkan keningnya, kerutannya menadakan kalau ia
tengah fokus dan juga heran secara bersamaan. Ia tengah memperhatikan pendapatan dari hotel dan resortnya yang terletak di Bali. Kuartal pertama menunjukan penurunan pendapatan hingga dua puluh persen. Bagaimana mungkin? Resort dengan peringkat bintang lima dan
berada di tempat yang strategi juga pelayanan yang tak ada duanya, mendapatkan pendapatan yang anjlok dari kuartal sebelumnya?
" Shawn...! kemari! Cepat! "
" Ada yang bisa saya bantu, Tuan .... " Shawn masih mencoba menarik nafas, ia berlari begitu mendengar panggilan Lucas. Panggilan Lucas seperti tadi adalah tanda bahaya, berarti Lucas tengah memasuki fase marah marah.
" kau tau artinya dari penurunan pendapatan hingga dua puluh persen ... ? " Lucas melempar kertas laporan ke meja, ia tak habis pikir bagaimana mungkin resortnya yang berada di Ubud, Nusa Dua dan di Pantai Kuta mendapatkan pendapatan yang mengecewakan, bahkan turis
yang datang ke Bali tak ada habis habisnya itu. Bagaimana mungkin ?
" itu mengarah kepada kerugian Tuan ... "
" lalu, bagaimana ini bisa terjadi..? jelaskan padaku, sekarang! "
" Tuan, di tiga resort dan hotel utama kita mendapat image buruk dari masyarakat. Mereka mendemo Hotel kita lah yang telah melakukan pembuangan limbah hotel dengan tidak bertanggung jawab ke lingkungan masyarakat sekitar hotel dan resort .... "
Lucas termenung, ia tau kalau limbah dari hotel dan resort adalah penyumbang sampah terbanyak di muka bumi. Tapi hotelnya berbeda, ia adalah orang cerdas yang memanfaatkan kekurangan dan membuat terobosan baru. Hotelnya tidak dengan mudahnya membuang limbah
ke lingkungan masyarakat karena konsekuensinya akan berat. Tapi mendengar semua informasi yang di katakan Shawn barusan, masyarakat yang dengan yakinnya mengecam hotelnya sebagai pelaku utama perusakan lingkungan. Semua ini hanya berarti satu hal, pesaingnya lah yang melakukannya. Menjeblokan reputasi hotelnya dengan cara yang kotor.
Semua kegiatan AMDAL sudah dilakukan sesuai prosedur, tak mungkin hotelnya melanggar peraturan dengan pemerintah karena konsekuansinya adalah pencabutan izin kegiatan usaha. Limbah hotelnya pun di kelola dengan sangat baik. Semua semakin jelas sekarang. Lawan bisnisnya lah yang ingin menjatuhkanya reputasi hotelnya dengan cara yang rendahan seperti ini.
" apa masyarakat melakukan demo ... ? "
" iya Tuan, karena demo yang lumayan lama itulah yang membuat turis enggan berkunjung ke resort ataupun menginap di hotel ... "
Lucas langsung bangkit dari tempat duduknya, ini adalah kondisi genting. Saat satu dari sekian banyak usahanya mendapat pandangan buruk itu tak menghilangkan kemungkinan bahwa usaha lain miliknya juga terkena imbasnya. Lucas harus segera menyelesaikan masalah ini.
Segera.
" cepat bergegas, sekarang juga kita akan terbang ke Bali ... "
**** 000 *****
Rachel sudah tampil segar sekarang, ia baru saja mandi dan berganti baju. Seharian memakai baju yang sama sampai ia tertidur, pasti itu alasan ia bermimpi buruk tentang Lucas. Benar, karena itulah ia bermimpi buruk. Cek yang ia terima semalam dari Lucas- pun sudah dimasukan
ke dalam tasnya. Hari ini ia akan mencairkan cek itu dan membayar semua biaya operasi ibunya. Segera mereka akan berkumpul kembali. Uang yang tertera di dalam cek adalah jumlah uang yang sangat besar. Lebih dari cukup untuk membayar biaya operasi.
sayangnya uang didapatkan itu adalah uang yang diperoleh dari menjual barang peniggalan Ayahnya, fakta ini membuat Rachel sedikit merasa sesak di dadanya. Apa lagi ia tau, orang yang memiliki Biola itu adalah Lucas. Semakin membuat Rachel tak rela.
.
.
.
.
Rachel sudah berada di Bank, ia sudah mengambil nomor antrian sejak pagi. sekarang gilirannya di panggil ke bagian costumer service untuk mencairkan ceknya. Rachel berjalan mendekati pegawai Bank itu dengan sedikit terburu buru. Ia langsung duduk dan berhadapan dengan pegawai bank itu.
" selamat siang, ada yang bisa di bantu .... "
Rachel mengambil cek di dalam tasnya dengan terburu buru dan menyerahkan selembar cek itu dengan hati hati ke costumer serive itu.
" saya ingin mencairkan dana di cek ini hari ini ... "
Perempuan pegawai Bank itu menerima cek yang di berikan oleh Rachel dan mencermati cek itu, dengan raut wajah yang serius serta pandangan mata yang teliti. Setelah selesai mencermati cek itu, pegawai Bank itu menarik nafas sabar dan bersiap menjelaskan duduk perkara yang di hadapi nasabahnya itu.
" mohon maaf Mba, uang di dalam cek ini tidak bisa di tunaikan ... " mendengar penjelasan barusan benar benar membuat Rachel kaget, bagaimana mungkin dana di cek itu tak bisa di cairkan?
" apa cek ini tidak sah...? kenapa bisa tidak mencairkan uangnya sekarang .... "
" jadi begini, dana sebesar ini membutuhkan persetujuan dan beberapa prosedur sebelum di cairkan. Cek ini sepenuhnya sah dan bisa di tarik, namun dana cair saat ini tidak mencapai nominal yang tertera di cek, berarti akan ada cek kosong ... "
Rachel masih tak mengerti, yang ia tau selama cek itu sah di mata hukum berarti ia bisa menarik uang di dalamnya kapanpun. Tapi ini benar benar membuat Rachel pusing, ia tak pernah berurusan dengan uang dalam bentuk cek sebelumnya. Ini pertama kalinya.
Namun seperti menangkap kebingungan Rachel, pegawai Bank itu bersiap menjelaskan lagi kepada Rachel.
" jadi begini Mba, uang tunai kami tidak memadai untuk mengambil dana tunai senilaimilyaran ini, butuh beberapa hari atau satu dua minggu. Dan perlu saya informasikan, cek ini adalah cek mundur ... "
" maksudnya ... ? "
" cek ini baru bisa di cairkan di tanggal yang tertera, di dalam cek ini di sebutkan kalau uang baru bisa di cairkan enam bulan dari sekarang. Kesimpulannya, anda baru bisa mengambil uang itu enam bulan lagi .... "
Rachel kaget dengan perkataan barusan, jadi ini alasan kenapa Lucas melepaskannya dengan sangat mudah semalam. Karena Lucas memang tak pernah mempermudah Rachel. Sekarang Rachel juga paham maksud perkataan Lucas semalam. Mereka akan bertemu lagi, dan memang Rachel harus menemui Lucas. Sekarang.