Chereads / Señorita : The Evil Symphoy / Chapter 18 - The Evil Symphony

Chapter 18 - The Evil Symphony

====== Sebuah renungan, tentang jodoh yang sudah di takdirkan dan di gariskan. Tak perlu gelisah, apa lagi resah~

Karena jika saatnya tiba, ia akan datang menghampirimu. Tak perlu mencari hati yang lain, karena hatimu sendiri yang akan menuntunmu padanya.

Dan jika saat itu tiba, rengkuh ia dengan sepenuh jiwamu. Jangan lepaskan, atau sakiti. Karena ia yang akan melengkapimu =========

Lucas berdiri, bangkit dari kursinya. Kini ia tengah memandang ke seluruh penjuru ruangan, mencari cari keberadaan Ramses. Ia tak pernah main main dengan ucapannya. Semua yang ia katakan kepada Ramses barusan, adalah sebuah kepastian.

Kepastian bahwa ia bisa membuktikan semua ucapannya. Tapi melihat Ramses yang sudah meninggalkan tempat lelang, pastinya ia sudah pergi jauh. Pikir Lucas, sekarang waktunya menjemput apa yang sudah menjadi miliknya.

Lucas segera mengambil kartu yang tersedia di atas mejanya, kartu dengan digit angka yang bisa di scan dengan iPadnya. Nanti kartu itu akan menunjukan di mana ruangan tranksaksi. Lucas segera men-Tap kartu berwarna ke emasan itu, dan bunyi dering kecil keluar dari iPad itu. Kamar nomor dua ratus tujuh muncul di layar iPad. Ke sanalah Lucas harus pergi.

" tunjukan aku ke kamar nomor dua ratus tujuh ... " Lucas menunjukan layar iPadnya kepada seorang Butler. Di sana sudah terdapat semua informasi yang di butuhkan. Seperti barang yang di beli Lucas, harga tawaran dan juga harga deal di dalam lelang.

Hanya saja Lucas tak melihat di sudut bawah, terdapat nama Rachel yang tertulis sebagai pemilik BIola. Rachel Natalin Shancez. Tak akan ada yang tau nama itu, selain Alberth yang telah memeriksa Biola Rachel. Nama Shancez terukir jelas di Biola klasik Antonio Stradivari. Nama Shancez berjajar dengan semua inisial nama anak Stradivari. Dunia takan tau, bahkan Rachel sendiri tak mengetahuinya. Bahwa Stradivari, adalah kakek moyangnya. Orang yang telah mengalirkan darah seni di dalam didrinya. Orang yang telah membuat berbagai insntrumen gila karena kesempuraannya adalah leluhurnya.

Setelah melihat informasi yang tertera di layar, Butler itu dengan sigapnya melakukan tugasnya.

" mari ikuti saya tuan .... " Butler itu berjalan dengan sopan sembari menuntun Lucas menuju tempat yang di tujunya. Lucas berjalan santai di belakang Butler itu, sembari melihat sekeliling Hotel. Semua orang yang membeli barang lelang sudah berpencar menuju ke ruangan masing masing, bertransaksi tentunya. Lucas sudah mempersiapkan semuanya, termasuk uang sebanyak mungkin untuk memenangkan lelang ini.

" mari Tuan, lewat lift ini ... " Butler itu memencet tombol lift dan hanya selang beberapa detik, pintu lift terbuka. Lucas langsung masuk ke dalam lift dengan santainya, entah kenapa pikirannya sedikit terhibur karena hasil lelang malam ini. Lift tertutup, menuju lantai delapan.

*** 000 ***

Rachel ketar ketir di dalam ruangan hotel, sebelum lelang di mulai ia telah di arahkan ke ruangan yang lain. Nanti ia akan bertemu dengan orang yang telah membeli Biolanya. Rachel takan tau siapa pembeli Biolanyan nanti, ia hanya berharap kesembuhan untuk ibunya. Entah apa yang terjadi nantinya, aku harus menyelamatkan mamaku. Harus.

Rachel masih duduk di sofa ruangan, sejam yang lalu ia menerima surat pernyataan. Surat jual beli yang menytatakan kalau ia telah mejual Biolanya, Rachel sudah menanda tanganinya. Sekarang ia hanya harus menunggu, siapa pembeli Biolanya.

Sekarang hampir jam dua belas malam, lelang bukan kegiatan yang bisa di perkirakan kapan waktu selesai. Tarik ulur harga pasti selalu ada, semuanya kemungkinan bisa terjadi. Tapi Rachel tak pernah terpikirkan, peluangnya untuk bertemu dengan, Lucas....

*** 000 ***

Lucas sudah sampai di depan pintu ruangan nomor dua ratus tujuh, ia sudah memberikan kartu digit yang sebelumnya di scan di iPadnya. Kartu itu juga yang di gunakan sebagai Key-card untuk membuka pintu ruangan ini.

Butler itu tengah men-tap kartu itu ke mesin scan yang ada di dekat gagang pintu, bunyi klik langsung keluar begitu kartu selesai di scan dan di iringi pintu hotel yang secara otomatis terbuka dengan sendirinya begitu proses scan selesai. Butler membuka pintu lebih lebar guna memberikan jalan masuk bagi Lucas.

" mari Tuan, surat perjanjian jual beli sudah di serahkan. Anda hanya tinggal menandatanganinya dan melakukan pembayaran, setelah itu saya juga yang akan mengantar anda untuk mengambil barang anda ... " Butler itu menunduk sopan sembari menunjuk tangannya ke arah ruangan.

" baiklah, ayo antarkan aku masuk menemui si penjual itu ... " Lucas tak memiliki gambaran, siapa penjualnya. Ia hanyamengikuti si Butler masuk dan menuju ke ruangan yang cukup luas dengan sofa putih gading dan segala furnitur kayu yang mengkilap. Dan disana, duduklah seorang wanita yang menatap Lucas dengan segala keterkejutan di matanya. Lucas menatap Rachel tak percaya, namun segera menutupi keterkejutanya dengan tatapan tajamnya yang di hiasi senyuman yang tersungging di bibirnya.

Lucas melangkah mendekati Rachel yang masih terpaku dengan segala keterkejutannya. Ia pasti kaget bukan main karena harus bertemu Lucas, lagi.

" Sepertinya, aku dan Nona Rachel ini, benar benar berjodoh ... " Lucas menarik kursi di lorong dan menaruhnya di depan Rachel. Ia tau, Rachel takan membiarkannya duduk bersebelahan. Walaupun begitu, Lucas nampak senang bisa bertemu Rachel lagi.

" tapi saya yang merasa kecewa, karena harus di pertemukan dengan anda lagi ... " nada ketir terdengar jelas dari suara Rachel, ia juga sedang menahan ketakutan. Memori buruk tentang Lucas kemarin benar benar menakutkan.

" kalau begitu, kenapa kita tidak membuat pertemuan hari ini menjadi pertemuan yang menyenangkan ...? kurasa pertemuan tempo hari sedikit singkat dan kurang menyenangkan, apakah Nona Rachel ini, punya rencana menginap di hotel malam ini? Aku punya cukup waktu

untuk menemanimu bermalam disini hari ini " Lucas masih memandang Rachel dengan senyum di wajahnya. Tak di pungkiri, ia senang melihat Rachel sekarang ini, tapi melihat guratan ketakutan di mata Rachel. Membuat Lucas mengurungkan diri dan menahan ego di dalam hatinya. Ia tak mau membuat Rachel, ketakutan. Lagi.

" pergilah sekarang dan tunggu aku di luar .. " Lucas mengayunkan tangannya, menyuruh sang Butler untuk keluar. Butler itu hanya mengikuti perintah Lucas tanpa pertanyaan, ia langsung berjalan keluar dari ruangan tanpa memalingkan wajahnya. Meskipun ia melihat interaksi Lucas dan Rachel yang tak menyenangkan, bukan berarti ia memiliki hak untuk menentang Lucas. Lebih baik, berada di posisi aman.

" jadi, bagaimana...? apakan kau kecewa karena mendapati aku lah, yang membeli Biolamu ini ... ? " Lucas duduk menghadap Rachel dengan angkuh, ia tak berpikir untuk melakukan tindakan di luar kesadaran, ia hanya ingin bermain main dengan Rachel. Tak lebih.

" kalaupun saya tau, Biola saya akan di beli oleh orang seperti anda. Saya lebih memilih untuk tidak menjualnya dan sekarang saya sudah memutuskan untuk tak menjual Biola itu. kepada anda, atau siapapun " Rachel segera berdiri dari sofa, ia tak bisa berlama lama dengan Lucas di dalam ruangan seperti ini sendirian.

Rachellangsung berjalan melewati Lucas tanpa berkata kata. Ia melewati Lucas dengan langkah terburu buru, ketakutan kalau tiba tiba Lucas bertindak di luar kendali seperti kemarin. Dan nyatanya itu memang terjadi, lagi.

Lucas yang melihat dengan jelas kalau Rachel bergegas pergi meninggalkannya, sontak tangannya reflek menarik Rachel dan merapatkan tubuh Rachel ke tubuhnya. Raut kepanikan tergambar jelas di wajah Rachel. Sekelebat memori saat ia di lecehkan oleh Lucas. Melihat ekpresi Rachel yang ketakutan dan tubuh Rachel yang menegang, membuat Lucas tersadar. Wanita ini sekarang, tengah ketakutan.

" kamu tidak punya pilihan lain, selain menjual Biola itu kepadaku ... "

Lucas melembutkan suaranya, tapi itu terdengar seperti ancaman bagi Rachel. Padahal Lucas tengah menunjukan sisi lembutnya sekarang.

" aku takan menjualnya kepada siapapun, lepaskan ...!! " Rachel bergeliat mencoba melepaskan diri dari Lucas, ia mencoba sekeras mungkin. Lucas kini merapatkan diri, memluk Rachel dan menenggelamkannya ke tubuhnya. Tinggi Rachel tepat di dada Lucas. Membuat Rachel bisa mendengar detak jantung Lucas yang memburu.

" apa kau tau, kalau kau hanya punya pilihan menjual Biola itu atau kau hanya akan mendapat masalah ... " Lucas mengeratkan pelukannya, menahan Rachel untuk tidak lagi meronta. Setelah mendengar kata kata Lucas barusan, Rachel terdiam. Masalah apa lagi yang akan di terimanya, hanya karena menentang Lucas?

" aku membeli Biolamu seharga seratus dua puluh milyar, kau harus membayar lima persen penjualan kepada pihak lelang. Kau tau jumlah yang harus kau bayarkan hem? Enam milyar. Apa kamu punya uang sebanyak itu untuk menggantikan uang kompensasi... ? "

Rachel terdiam, ia tak pernah mengira kalau Biolanya akan di tawar dengan harga setinggi itu. ia bahkan tak pernah membayangkan uang sebanyak itu di dalam hidupnya.

" jangan berbohong! dan jangan mencoba untuk menggertak saya ... " Rachel memberontak kembali, ia tak ingin berada di pelukan Lucas lama lama. Ia harus pergi. Tapi sia sia, pelukan Lucas malah semakin erat dan Rachel bahkan bisa mencium aroma tubuh Lucas sekarang.

Aroma maskulin yang mewah tapi tak berlebihan. Aroma parfuk mahal dengan esensial sandalwood yaitu esensial kayu cendana. Minyak esensial yang memilki aroma yang bisa bertahan hingga ratusan tahun, minyak yang di gunakan bangsawan sebagai parfum.

Namun aroma tubuh Lucas ini lain, Rachel bisa mencium aroma menyegarkan lain dari tubuh Lucas. Aroma cendana yang di padukan dengan kesegaran mint dan lemon. Aroma Lucas benar benar elegan, segar, dan mahal. Tanpa sadar Rachel menikmati aroma tubuh Lucas yang memenuhi

indera penciumannya.

" aku tak pernah berbohong, sepertinya kamu begini karena belum tau harta apa yang kamu miliki. Biar kuberitau padamu, Biolamu, Biola yang baru kau jual itu adalah Biola Antonio Stradivari. Aku layak memberikan harga mahal untuk Biolamu itu bukan ? "

Rachel tercengang bukan main, Biola yang dimiliki Ayahnya. Biola yang di wariskan kepada setiap generasi yang mencintai musik di keluarganya. Adalah Biola Antonio Stradivari? Bagaimana mungkin keluarganya bisa memiliki harta yang sangat berharga itu.

Lucasmenatap mata Rachel yang tengah menerawang itu, berbagai pertanyaan berkelibat di otak Rachel. Siapa dia sebenarnya? Kenapa ia memiliki Biola Antonio Stradivari? Tapi mengapa ia menggunakan Biola butut di saat audisi? Tapi Lucas langsung menyingkirkan semua pertanyaan itu. ini bukan saat yang tepat.

" kau sudah dengar semuanya, sekarang duduklah ... " Lucas melepaskan Rachel dari pelukannya, dan segera menuntun Rachel ke sofa dengan hati hati. Lucas langsung duduk di samping Rachel, duduk menghadap ke surat perjanjian yang sudah di letakan di atas meja.

Lucas langsung menambil surat itu dan mengambil pena yang ada di dalam jasnya. Hanya butuh waktu satu menit, hanya satu menit. Lucas sudah menandatangi surat perjanjian itu, hitam di atas putih, di atas materai. Ia sekarang adalah pemilik sah dari Biola itu. Biola itu milik Lucas sekarang.

" aku akan memberikanmu cek senilai perjanjian lelang, kau bisa mencairkannya ... " Lucas tengah menuliskan nomilan yang sangat sulit di pahami, ia menulis seratus dua puluh milyar tanpa harus berpikir panjang. Uangnya tak jadi masalah untuknnya.

" ambilah, ini adalah uangmu. Kompensasi lima persen akan ku bayarkan saat mengambil Biolanya. Semua itu uangmu sekarang ..... " Lucas mendorong kertas cek itu ke arah Rachel, ia masih ingin menatap lekat lekat sosok perempuan ini.

Saat mendekap Rachel di dalam pelukannya barusan, entah sensasi apa itu. sensasi damai disertai gejolak membludak di jantungnya. Dan juga sedikit sensasi yang familiar. Tapi entah apa itu.

Setelah mengatakan itu, Lucas langsung berdiri. Ia harus pergi sekarang untukmengambil apa yang sudah menjadi miliknya. " oh iya, jangan kaget. Kita pasti akan bertemu lagi ... " Lucas tersenyum penih misteri kepada Rachel, tapi Rachel tak tau makna senyum itu yang sesungguhnya. Yang ia tau, Lucas takan mungkin dengan mudahnya melepasnya. Ia takan mungkin dengan mudah melakukan perjanjian seperti ini.

Setelahmengatakan itu, Rachel bisa melihat punggung Lucas yang menjauh. Laki laki itu menepati kata katanya. Ia tak melakukan hal aneh lainnya kepadanya. Tanpa sadar Rachel bernafas lega, kemarin mungkin ia merasa di lecehkan, amat sangat di lecehkan. Tapi berdua dengan Lucas di satu ruangan tertutup, dengan perlakuan Lucas yang sangat berbeda. Benar benar membuat pertahanan Rachel goyah.

*** 000 ***

Lucas membuka pintu, Butler yang datang bersamanya masih setia menunggunya di depan pintu. Laki laki ini pantas mendapatkan tip untuk kepatuhannya.

" antarkan aku ke ruangan sekarang .... "

" baik, mari ikuti saya Tuan ... " Butler yang tergolong masih muda itu menunduk sedikit, ia tak bisa bertatapan secara langsung dengan Lucas tadi, tapi sekarang ia melihat mata Lucas yang terisi kebahagiaan, bukan lagi tatapan tajam.

Lucas mengikuti Butler, ia di tuntun ke ruangan di lantai lima belas. Ruangan penyimpanan barang barang lelang. Sekarang semua orang tengah berada di sini untuk mengambil barang mereka. Lucas berjalan lurus ke arah sana, di mana spotlight tengah menyinari lemari display berisikian Biola Antonio Stradivari, Biolanya. Lucas berjalan mendekati lemari itu, mengamati setiap sisi Biola dengan kedua matanya yang masih dibuat terkagum kagum. Biola ini benar benar istimewa. Pikir Lucas.

" anda akan mengambilnya sekarang, Tuan Lucas ...? " William yang sejak tadi memperhatikan kekaguman Lucas memberanikan diri untuk mendekati Lucas.

" aku tak sabar untuk memainkannya, aku akan mengambil Biolaku ini sekarang ... "

William yang mendengar kata kata Lucas barusan, ia langsung memanggil seorang pelayannya untuk melayani Lucas.

" hei! Kamu kemarilah, sini cepat ... " mendengar panggila William, seorang pelayan datang dengan tergesa gesa.

" bawakan tempat Biola yang sudah di pesan khusus itu sekarang ... " William memerintah dengan tak sabaran, ia tau. Pelanggannya satu ini, Lucas. Ia adalah orang yang tak sabaran juga.

" jangan terburu buru, hari ini aku tengah senang jadi aku belum berpikir untuk meninggalkan hotel ini, mungkin aku akan menginap malam ini ... "

William kaget bukan main saat mendengar Lucas akan menjadi tamu hotelnya, ia kedatangan tamu terhormat.

" kalau begitu akan saya siapkan kamar untuk beristrihata ... "

" sebelum itu, tolong panggilkan Shawn untuk menghadapku .... "

.

.

.

.

.

Rachel sudah menerima ceknya, ia juga sudah mengikuti semua prosedur yang harus di lakukan. Ia sekarang sudah resmi menjual Biolanya, kepada Lucas. Tapi kini masalahnya berganti lagi. Ia tak tau harus pulang dengan siapa. Ini mendekati jam satu dini hari, takan ada kendaraan umum.

Menginapdi Hotel tanpa uang sama saja bohong, di tangannya hanya ada cek, bukan uang tunai. Tiba tiba saat tengah berdiri di dekat trotoar, sebuah mobil berhenti menghampiri Rachel. Ia sudah menganatisipasi kalau oang di dalam mobil ini adalah orang jahat.

" Nona Rachel ... " Shawn menurunkan kaca jendela mobil, mengulurkan kepalanya untuk melihat Rachel.

" kamu ... ? " Rachel menatap Shawn dengan sedikit keraguan.

" saya orang yang mengantarkan Nona tempo hari ke rumah sakit ... "

" ah! Benar, kamu anak buah dari orang yang telah menolongku. Aku ingat sekarang ... " Rachel teringat kejadian saat ia bangun di rumah mewah, ia lupa untuk menanyakan siapa nama penolongnya itu.

" mari saya antarkan Nona pulang, Tuan saya tengah menikmati waktunya sendiri. Saya bisa mengantar Nona pulang sekarang ... " Shwan berbohong, jelas jelas berbohong. Ia di panggil untuk menghadap Lucas hanya untuk mengantar Rachel, sedangkan Tuannya itu? ia lebih memilih untuk menginap di Hotel dan membiarkannya berkendara mengantar Rachel.

" apa aku tidak merepotkan? Ini jam istrihat, akan merepotkan jika harus mengantarku ... "

" tidak akan merepotkan, saya senang bisa membantu .... " Shawn sudah keluar dari mobil dan membuka pintu mobil, mengantarkan Rachel ke kursi penumpang.

" terimakasih, ehm...? "

" Shawn, nama saya Shawn ... "

" ah iya, terimakasih Shawn ... "

Shawn langsung menjalankan mobil, menembus jalanan malam yang sudah mulai lengan dan lampu lampu yang bercahaya menerangi jalanan.

" Rumahku ada di Jalan Palembangan nomor sebelas, apa kau bisa mengatarku ke sana Shawn ...? " Rachel tampak ragu bertanya, bagaimanapun rumahnya dengan hotel terpaut jarak yang sangat jauh.

" tidak masalah sedikitpun, saya akan mengantar Nona sampai tujuan dengan selamat ... "

Begitu Shawn selesai bicara, Rachel teringat sesuatu yang belum ia ketahui. Dan hanya Shawn yang tau jawabannya.

" Shawn, aku harus berterimaksih pada Tuanmu karena telah menolongku tempo hari. Apakah aku bisa menemuinya ...? "

" anda sudah pernah menemuinya Nona ... " Shawn tersenyum sedikit, kalian sudah bertemu. Rachel tak mengerti jawaban Shawn, tapi sepanjang jalan Shawn juga hanya berdiam diri. Jadi kapan aku bertemu dengan penyelamatku itu ?

Like chapter ini tembusin jadi 250 likes, soalnya mau buat nyombong, kalau ngga tembus aku ngga update, aku marah 😌 :) :V