Mereka berbicara bahasa Inggris.
"Sia! Get down!" Teriak William dari kursi pengemudi.
Sia merunduk di kursi belakang melindungi kepala dengan kedua tangannya.
DOR! DOR! PRANGG! "AAAAA"
Sia berteriak ketakutan. William berusaha sebisa mungkin menghindari tembakan dari 2 buah mobil yang mengapit mereka di kanan dan kirinya. Mobil William dihantam dan dipepet dari kedua sisi. William terhimpit.
Sia turun ke bawah karpet mobil dan membuka dudukan kursi belakang. Ternyata ada senjata yang disisipkan dalam jok kursi tersebut. William masih fokus menyetir dan tiba-tiba..
DORR! CIITTT.. BRUAKKK!
Sia menembak dari kaca belakang mobil ke ban mobil depan penyerang. Seketika mobil itu langsung hilang kendali dan tergelincir menukik menghantam pohon besar. Satu mobil berhasil di singkirkan.
William tertegun. Dia tak tahu Sia bisa menggunakan senjata. Kembali Sia mengkokang senjata laras panjangnya, siap membidik mobil di sampingnya.
Tapi "BUAKKK! Arghh.." mobil penyerang melihat Sia akan menembak mereka. Segera bemper mobil penyerang dihantamkan ke pintu belakang tempat Sia duduk. Sia jatuh bergulung di kursi belakang hingga jatuh di karpet terlentang "Ahh.."
"Sia! Are you oke?!" Teriak William dari kursi pengemudi.
"Yes.. I'm fine. Don't worry." Ucap Sia memegang kepalanya yang pusing.
William tiba-tiba mengerem kendaraannya saat mobil penyerang memepetnya dari samping dan "CITTT.. BRUAKKK!" Mobil penyerang yang memepet William tertegun karena William berhenti seketika sedangkan mobil itu memepetnya dengan gas penuh. Mobil itu pun menabrak dinding beton jalanan.
Mobil William peyok dikedua sisinya tapi mereka berhasil lolos. William tetap melaju cepat mobilnya. Sia bangun dan kembali duduk di kursi belakang. Mereka berdua lega.
"Siapa mereka? Kenapa menyerang tiba-tiba. Apa kau punya musuh?" Tanya William melirik ke arah Sia.
"Musuh kami ada dimana-mana. Hal ini sering terjadi. Tak usah panik begitu." Ucap Sia kembali memasukkan senjata itu di jok belakang.
William heran. Keluarga Julius memang penuh kejutan. Dia makin waspada. Sia yang lugu ternyata menyimpan banyak misteri.
"Pantas saja Thomas bisa sampai ketahuan. Hal ini saja tak ada dilaporannya. Ini gawat, aku harus berhati-hati." Ucap William panik dalam hati.
"William. Kita jangan pulang ke rumah. Kita ke rumahmu saja dulu. Aku rasa kita diincar. Bahaya jika kita pulang ke mansion sekarang." Ucap Sia sembari menoleh ke kaca belakang memastikan ada kendaraan lain yang mengikuti mereka atau tidak.
William diam sejenak. Dia berfikir keras.
"Baiklah. Sementara kita bersembunyi di rumahku dulu." Ucap William yang akhirnya mengubah arah ke apartmentnya.
Mereka berdua sampai dengan selamat ke tempat William. Segera William mengamankan pintu dan jendela. Sia duduk diranjang William dan merebahkan diri.
"Woo.. woo.. what are you doing?" Tanya William protes Sia tidur di kasurnya.
"Why? I'm tired." Ucap Sia menatap William heran.
William bertolak pinggang kesal Sia bersikap seenaknya. Dia pun pergi ke kamar mandi dan membersihkan diri. Sia cuek saja dan mulai menata bantal dan menarik selimut hangat William. Sia tertidur.
William sudah bersih dan segar. Dia keluar telanjang dan hanya menutup bawah tubuhnya dengan handuk kecil. William kaget, Sia benar tidur diranjangnya.
"Gadis sialan ini sudah lancang tidur di kasurku tanpa minta ijin. Benar-benar tidak sopan!" Gerutu William kesal.
Tapi dia tak sudi tidur di sofa lagi. Dia pun berpakaian dan tetap tidur di kasurnya. William tidur di samping Sia memunggunginya. Tak lama William pun terlelap.
Malam yang mendebarkan dengan aksi mobil pun dilupakan oleh mereka berdua dan digantikan selimut hangat menyelimuti mereka berdua. Haripun sudah berganti lagi. Silau matahari pagi membangunkan William yang tertidur pulas. Saat dia membuka matanya perlahan, William kaget. Dia melihat Rio dan Igor duduk di sofa menatapnya tajam. William langsung duduk dengan panik.
Dia merasakan tangan kecil memegang perutnya. Saat William menoleh dia terkejut. Sia memeluknya dari belakang dan masih tertidur pulas. William panik. Jantungnya berdebar-debar.
"Hmm.. jadi.. kau sudah berani menyentuhnya, William." Ucap Rio sembari mengeluarkan belatinya.
William langsung menatap Rio seksama. Dia panik.
"Tidak. Sungguh. Aku tak menyentuh Sia sama sekali. Aku hanya tidur disebelahnya karena aku tak bisa tidur disofa. Sia mengambil alih ranjangku." Ucap William cepat.
"Benarkah?" Ucap Rio memegang belati itu dan mengelusnya dengan tatapan tajam.
William mengangguk cepat.
"Igor. Pegangi dia." Ucap Rio tenang.
Igor langsung mendatanginya. William panik tapi ia mengelak. Rio menatapnya seksama. Igor kembali berusaha menangkapnya tapi William menampiknya kuat. Akhirnya Igor dan William berujung berkelahi hebat. Rio menatap mereka berdua seksama.
William menendang dan memukul Igor berulang kali tapi dia begitu tangguh. Pukulan dan tendangan William seakan tiada artinya. William mulai kwalahan.
BRUAKK! BUGG.. BUGG.. "ARGHH!"
William ditendang hingga menabrak tembok, ditarik lalu diapit lehernya di lengan kiri Igor dan dipukul perutnya. William roboh memegangi perutnya yang sakit.
Sia terbangun. Dia kaget William kesakitan telengkup dilantai. Dia melihat Igor berdiri menatap William keji dan Rio yang duduk disofa.
"Kakak. Apa-apaan ini?" Pekik Sia panik.
"Kalian sudah melakukan hal sejauh ini ya. Aku tak menyangka." Ucap Rio melirik Sia tajam dengan belati masih di tangannya.
"What?" Sia kebingungan.
Igor menjambak rambut William hingga ia berdiri dan mencekiknya. Igor mendorong dan memepet William ke tembok. William memegang tangan Igor kuat berusaha melepaskan cengkramannya. William tercekik!
"Tidak! Kami tak melakukan apapun! Sungguh!" Ucap Sia lantang.
"Aku tak percaya!" Ucap William melirik Sia tajam.
Nafas Sia menderu. Dia turun dari ranjang dan bergegas mendekati Rio yang masih duduk di sofa. Dia meraih tangan Rio dan menyelipkan tangannya ke balik rok bawahnya. Rio tertegun lalu tersenyum. Sia menatap Rio dengan penuh emosi. Rio pun menarik tangannya dari dalam rok Sia.
"Igor lepaskan dia." Ucap Rio dengan senyum tipis.
Nafas Sia menderu. Dia menatap Rio seksama. Entah apa yang dipikirkannya. Igor pun melepaskan cengkraman di leher William. Dia roboh dan batuk-batuk. Igor merapikan jasnya dan berjalan ke arah Rio.
"Sia akan pulang denganku dan kau, ambilkan barang ini ke alamat dalam kertas ini. Antar ke mansion dengan selamat. Jangan sampai rusak. Kau, mengerti, William?" Ucap Rio penuh penekanan.
William mengangguk dan masih memegangi lehernya. Rio meletakkan kertas di meja kecil samping sofa yang ia duduki. William menyenderkan punggung ke tembok. Dia ngos-ngosan. Sia melirik William iba. Rio berdiri dan menggandeng Sia pergi keluar dari apartment William bersama Igor.
"Apa yang Sia lakukan tadi? Kenapa Rio bisa langsung melepaskanku? Hah.. aku kira akan dimutilasi seperti Thomas. Sial aku panik setengah mati. Igor benar-benar kuat." batin William berkecamuk.