Chereads / Secret Mission / Chapter 9 - Dinner

Chapter 9 - Dinner

Kelas pun selesai. William masih menunggu di depan kelas Sia. Tak lama Sia keluar bersama teman-teman se-ganknya. Tomy mulai mengekor pada Sia lagi setelah dicampakkan oleh pacarnya. Mereka berbicara bahasa Inggris.

"Sia~ honey.. sweet heart.. dinner with me? Tonight? Please.." ucap Tomy memelas dengan manja di depan Sia.

Sia menatapnya dengan wajah jengkel.

"No." Jawabnya singkat.

Sia melewati Tomy begitu saja. Teman-teman Sia menertawainya. Tomy kesal tapi dia tak menyerah. Kini dia mengancamnya.

"Jika kau menolak.. jangan salahkan aku jika ayahmu akan menamparmu lagi." Ucap Tomy dibelakang Sia berdiri dengan gaya tengilnya.

Sia langsung menoleh dan menatapnya kesal.

"Kau mengancamku?" ucap Sia dengan mata melotot.

"Tidak. Aku memperingatkanmu." Ucap Tomy santai.

William hanya menatap mereka berdua dari balik jendela tak mau campur tangan. Nafas Sia menderu. Dia kesal setengah mati dengan Tomy yang menggunakan nama ayahnya untuk menuruti kemauannya.

"Oke. 7 o'clock. Do not be late." Ucapnya tegas.

"Oke." Jawab Tomy genit mengedipkan sebelah matanya.

Sia langsung berpaling pergi. Teman-teman Sia hanya saling memandang tak mau terlibat. Mereka pun kembali mengikuti Sia yang sudah keluar kelas. William hanya melirik Tomy yang berjoget joget bahagia karena berhasil menaklukkan Sia lagi. William ikut mengejar Sia.

"Sia. Kapan kita latihan cheerleader untuk pertandingan baseball bulan depan. Apa kau sudah menyiapkan jadwalnya?" Tanya Chintya.

"Oh my God. I forgot!" Ucap Sia memegang kepala dengan kedua tangannya.

"Sia!" Teriak Bella kesal.

"Let's go.. hurry!" Teriak Sia mengajak teman-temannya bergegas untuk segera latihan cheerleader.

Sia dan teman-temannya berkumpul untuk berlatih koreografi baru persiapan pertandingan baseball. Tim baseball sekolah mereka akan melawan dari Universitas The Great Ruler dari Virginia Barat. Sekolah itu dikenal dengan pemain baseball yang tangguh dan tampan. Para pemandu soraknya pun sangat lincah dan sexy. Tentu saja Sia dan ganknya tak boleh kalah ketika berhadapan dengan pemandu sorak lawan mainnya bulan depan.

"Oke! One.. two.. one two three four.."

Lantunan musik lagu milik House of Pain-Jump Around mulai berkumandang. Sebuah lagu lawas yang masih menggetarkan hati dan membuat badan tak bisa menolak untuk bergoyang.

Sia, Bella dan Chyntia mulai berlari kecil dan melakukan lompatan salto dengan lincah dan senyum merekah. Mereka terlihat energik dan begitu bersemangat. William menatap latihan mereka dengan seksama. Dia cukup kagum dengan apa yang dilakukan para gadis-gadis itu. Melompat kesana kemari tanpa lelah dengan senyum memperlihatkan gigi mereka yang putih dan rapi serta tubuh yang ramping.

Meski mereka begitu cantik dan cukup sexy tapi William tak tergoda. Dia menyukai wanita dewasa yang bergaya elegant seperti Selena. William menyilangkan kedua tangannya melihat latihan para gadis-gadis itu. Sia sebagai ketua cheerleader terlihat begitu sigap dan tangkas dalam memberikan arahan-arahan pada koreografinya.

"Yup benar. Angkat kakimu lebih tinggi lagi Sarah. Luruskan! Ya seperti itu.. tahan ya.. senyum mu jangan lupa." Ucap Sia memberikan instruksi gerakan.

Terlihat semua anggotanya menurut dan mengikuti arahan Sia tanpa ada protes sedikitpun. William kagum dengan gaya kepemimpinan Sia.

Tak terasa latihan hari itu sampai jam 5 sore. William ingat bahwa Sia ada janji makan malam dengan Tomy pukul 7. William pun mendekati Sia yang mulai terlihat lelah karena latihan cheerleader sedari siang tadi.

"Sia. Aku rasa sudah cukup latihan hari ini. Kalian bisa melanjutkan besok lagi. Kau ada janji makan malam dengan Tomy. Jangan sampai terlambat." Ucap William mengingatkan.

Sia berdiri bertolak pinggang. Dia menguncir rambut panjangnya seperti ekor kuda. Sia menghembuskan nafas keras dengan tertunduk. Semua teman-teman pemandu sorak mengamati Sia seksama.

"Aku tak mau. Aku tak suka Tomy lagi. Dia brengsek William, kau tahu kan?" Ucap Sia kesal.

Teman-teman Sia terdiam. Mereka tak mau ikut campur.

"Aku tahu. Tapi kau sudah berjanji dan janji harus ditepati tak peduli apapun alasannya. Kau harus menghargai dirimu dengan janji yang kau ucapkan tadi." Ucap William tegas.

Sia menatap William seksama. Dia terlihat sedih.

"Baiklah jika menurutmu begitu. Kita pulang. Aku harus bersiap." Ucap Sia lesu sembari mengambil tasnya.

Teman-teman Sia menatapnya iba.

"Guys, maaf ya. Aku pergi dulu. Kalian juga istirahatlah jangan memaksakan diri. Kita pasti akan tampil bagus saat pertandingan nanti. Bye." Ucap Sia dengan riang melambaikan tangan kepada semua teman-temannya.

Teman-teman Sia pun balas melambaikan tangan. Sia pergi meninggalkan ruangan bersama William pulang ke mansion Rio.

"Kasihan Sia. Ternyata jadi anak orang kaya tak seindah cerita di drama telenovela." Ucap Sarah iba.

"Bahkan kisah cintanya sama dramatisnya dengan drama Korea." Ucap Bella menambahkan.

"Sia juga masih bisa tersenyum manis menutupi kesedihannya. Oh Sia.. malangnya nasibmu.." ucap Chyntia sedih.

"Tomy itu sangat konyol.. dia tak dewasa sama sekali.. hanya pesta saja dikepalanya.. aku tak bisa membayangkan hidup Sia jika menikah dengannya.." ucap Bertha memelas.

Sore itu Sia sudah bersiap dengan gaun hitam selutut yang merekah dengan heels hitam tinggi 7 cm dan sebuah tas jinjing berwarna hitam. Sia terlihat seperti orang yang sedang berkabung ketimbang pergi kesebuah dinner dengan kekasihnya. William menatap Sia seksama.

"Kau pasti sengaja berpakaian seperti ini. Iya kan?" Ledek William.

Sia diam saja. Dia terlihat sibuk memasukkan alat make up ke tas jinjing mungilnya.

"Kita berangkat sekarang. Jangan buat Tomy menunggu." Ucap Sia dengan wajah murung. William mengangguk.

Selama perjalanan Sia hanya diam saja menatap jalanan tak cerewet seperti biasanya. William melirik dari kaca spion tengahnya. Terlihat Sia murung. William tahu Sia tak menyukai Tomy tapi bagaimanapun janji adalah janji. Sia tetap harus menepati untuk makan malam dengan Tomy.

Mereka pun sampai ke sebuah restaurant mewah. Sia dan William masuk ke dalam. Ternyata Tomy belum datang tapi ia sudah memesan sebuah meja. Sia dan William duduk disana menunggu Tomy. Tapi sudah lewat 30 menit Tomy belum datang. Sia mulai kesal.

"Sia. Teleponlah Tomy. Mungkin dia terjebak macet." Ucap William tenang.

Dengan kesal Sia mengeluarkan ponsel dan meneleponnya. Seorang wanita paruh baya mengangkatnya.

"Ya hallo. Nona Sia ya? Ini bibi. Maaf nona Sia tuan muda masih tidur setelah memandikan anjingnya. Saya sudah mengingatkannya tadi sore tapi.." ucap bibi pengurus rumah langsung nerocos bicara.

Sia marah.

"Bilang pada Tomy tak usah datang. Aku pulang!" Bentak Sia.

William terkejut. Sia mematikan ponselnya dengan emosi.

"Kenapa? Tomy tak bisa datang?" Tanya William santai.

Sia melirik William tajam.

"Kau lihat? Dia selalu begitu. Seenaknya! Kau memintaku menepati janji tapi lihat, Tomy dia malah tidur mengabaikanku." Ucap Sia kesal.

William menghembuskan nafas pelan. Sia langsung berdiri.

"Sudah, kita pulang saja!" Ucap Sia emosi.

William langsung memegang tangannya. Sia bingung dan menatap William seksama.

"Kita sudah kesini. Ku dengar sangat sulit mendapatkan reservasi di restaurant ini. Duduklah. Kita makan saja. Aku lapar." Ucap William mulai merapikan dudukannya.

Sia bingung tapi dia menurut. Sia kembali duduk dan menatap William yang mulai memanggil pelayan dan memesan beberapa menu.

"Kau mau apa?" Tanya William membaca buku menu.

"Terserah. Samakan saja denganmu." Ucap Sia sungkan.

"Baiklah." William pun memesan menu dari starter, main course dan dessert.

Sia merasa bahwa gaya bossy William masih melekat meski dia sekarang seorang bodyguard. Sia kembali tertarik pada gaya William yang maskulin dan selalu wangi. Rapi dan terlihat maco. Tatapan mata yang selalu membuat terlena jika berlama-lama beradu pandang dengannya. Tanpa disadari wajah Sia memerah karena pesona William. William menyadarinya Sia menatapnya sedari tadi. Dia tersenyum tipis.

Tak lama hidangan pun datang. William dan Sia pun mulai makan. Mereka mengobrol ringan. Bahkan terlihat Sia tertawa dengan cerita-cerita William. Terlihat William juga sesekali tersenyum mendengar cerita kekonyolan Sia bersama teman-temannya. Makan malam yang awalnya diliputi kekecewaan dalam hati Sia kini sudah lenyap digantikan canda tawa dengan William.

2 jam tak terasa mereka sudah berada disana karena asik mengobrol bahkan Wine 2 botol pun habis oleh mereka berdua. William mengajak Sia pulang. Saat William akan membayar, Sia menghentikannya. William bingung.

"Maaf permisi. Reservasi malam ini tolong tagihan semuanya dialamatkan kepada Tomy Konstantine. Anda bisa kan?" Ucap Sia menaikkan salah satu alisnya.

Orang-orang yang sudah mengenal Sia dan keluarganya pun tersenyum mengangguk paham. Sia tersenyum merekah dan berterima kasih. William dan Sia pun meninggalkan restaurant itu langsung masuk ke mobil. William hanya tersenyum.

"Apa tidak apa-apa? Tadi cukup banyak tagihannya." Ucap William melirik Sia yang duduk di kursi belakang.

"Biarkan saja. Biar Tomy tau rasa." Ucap Sia tersenyum licik.

William geleng-geleng kepala. Mereka pun segera pulang ke mansion Rio. Tapi saat diperjalanan melewati jalanan sepi tiba-tiba mobil mereka diserang. Sia panik seketika. William berusaha menghindari para penyerang dengan memacu kendaraannya lebih cepat.