William keluar mengikuti Sia dan Igor menuju ke mobil. Igor membukakan pintu kursi belakang dan Sia duduk di samping Rio. Igor kembali duduk sebagai sopir. William duduk di samping Igor. Dia menatap Rio dan Sia yang terlihat santai dengan kejadian barusan.
Mereka berbicara bahasa Inggris.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Rio sembari membelai rambut Sia dengan senyum merekah di wajahnya.
"Ya. Aku tak terluka." Ucap Sia santai sembari meneguk Wisky yang diberikan Rio padanya.
William menghela nafas pelan. Dia yang awalnya panik jadi kebingungan. Dia mencoba tetap tenang. Merekapun kembali ke mansion. Saat masuk ke dalam, mereka kaget ternyata Tomy dan Selena sudah menunggu disana. Ada ayah Sia dan Rio juga, Julius.
"Daddy!" Teriak Sia menghampiri ayahnya dan langsung memeluknya. William tertegun.
"Julius? Itukah Julius?" Pekik William dalam hatinya.
"Hallo sayang. Wah kau semakin cantik saja. Duduklah." Ucap Julius tersenyum dan merangkul bahu Sia.
"Hallo ayah. Kenapa datang tiba-tiba." Ucap Rio mendatanginya dan menjabat tangannya.
"Tak ada. Aku hanya mampir. Nanti juga akan pergi lagi." Ucapnya santai sembari menepuk bahu Rio mantab.
Igor mengangguk padanya. William ikut mengangguk juga. Julius menatap William seksama.
"You. Who are you?!" Tanya Julius menunjuk William dengan tatapan tajam.
"Dia bodyguard Sia yang baru. William." Ucap Rio sembari menyalakan cerutunya.
Julius mengangguk pelan. Dia merebahkan punggungnya dan menatap William tajam.
"Igor. Get him." Ucapnya memberi perintah.
William dan semua orang terkejut. Igor memegangi tubuh William yang meronta mencoba melepaskan diri dari dekapan Igor. Sia dan Selena panik.
"Kau polisi." Ucap Julius tanpa basa basi.
William terkejut. Dia panik.
"Tidak Tuan Julius. Dia seorang pembalap. Dia memiliki bisnis narkoba. Tapi aku tak tahu kenapa dia bisa menjadi bodyguard." Ucap Selena membela.
Semua orang menatap William tajam. Dia tertegun akan ucapan Selena.
"William. Jelaskan." Ucap Rio penasaran.
William berfikir keras. Dia berakting lagi.
"Aku bangkrupt. Narkobaku dibawa lari oleh anak buahku. Aku dikejar polisi. Aku tak punya uang. Aku berhenti jadi pembalap. Oleh karena itu, aku melamar menjadi bodyguard." Ucapnya kembali berdalih.
Semua orang menatap William seksama yang masih berusaha melepaskan diri dari dekapan Igor yang sangat kuat bak gorila.
"Lepaskan dia." Ucap Julius memerintah.
Dengan segera Igor melepaskan dekapannya dan tersenyum miring padanya. William ngos-ngosan. Dia merapikan stelannya yang kusut karena dekapan Igor.
"Pantas gayamu tak mencerminkan seorang pegawai ternyata kau bos dulunya. Tapi.. hidup kadang diatas kadang dibawah William. Kau beruntung masih bisa bertahan sampai sekarang. Welcome to my house, William." Ucap Rio sembari berdiri membungkuk padanya.
William menghembuskan nafas keras. Dia balas membungkuk.
"Thank you, Rio for your kindness." Ucap William sopan.
Sia tersenyum tipis. Julius membuka obrolan.
"Disini ayah hanya ingin mengatakan sesuai perjanjian dengan ayah Tomy dulu. Sia, kau akan bertunangan dengan Tomy bulan depan. Dia akan menjadi suamimu." Ucapnya santai duduk menyilangkan kakinya.
Mata Sia melotot.
"Apa? Tidak. Aku tidak mau. Aku sudah putus dengannya ayah. Aku tak mau menikah dengannya. Dia brengsek!" Teriak Sia protes.
PLAKK!
Semua orang tertegun. Tomy tersenyum miring. Sia terkejut ayahnya menamparnya. Sia memegangi pipinya yang sakit.
"Perjanjian tetap perjanjian. Kau tetap akan menikah dengannya tak perduli dia brengsek atau apa." Ucap Julius tanpa merasa bersalah sudah menampar anaknya.
Rio diam saja melihat Sia mulai berlinang air mata. Sia langsung berdiri dan masuk ke kamarnya. William pamit mohon diri mengejar Sia. Terlihat Selena kesal karena William selalu mengekor padanya.
Sia masuk ke kamar dan menangis. William berdiri di depan pintu kamarnya memandangi Sia dalam diamnya.
"Ayah tega sekali padaku. Dia tak tahu Tomy. Dia hanya memikirkan bisnisnya saja. Dia tak memikirkan perasaanku." Ucap Sia menangis terisak.
William mendekatinya dan memberikan sapu tangannya. Sia menerimanya dan menutup wajahnya dengan sapu tangan itu. Sia mencoba menenangkan diri. Dia mengatur nafasnya. Dia menatap William dengan mata sendu.
"William. Aku mau kabur saja. Kau mau kan membawaku pergi." Ucap Sia dengan tatapan penuh permohonan.
William terkejut dengan ucapan Sia. Dia bertolak pinggang.
"Kau gila! Kemanapun kau pergi Rio pasti tetap akan menemukanmu." Ucap William tak habis pikir dengan ucapan Sia.
"Aku bisa melepaskan GPS yang ditanam dalam tubuhku. Mungkin memang sakit tapi dengan begitu, Rio tak akan bisa menemukanku lagi. Aku akan menghilang. Aku tak mau menikah dengan Tomy si brengsek itu." Ucap Sia dengan lugu.
William memejamkan matanya dan memijat dahinya. Dia mendekati Sia perlahan dan berjongkok di depannya.
"Sia tenanglah. Jangan gegabah. Bukan seperti ini caranya menyelesaikan masalah. Dengar.. mungkin Tomy brengsek tapi siapa tahu dia nanti bisa berubah setelah menikah denganmu." Ucap William memberikan pencerahan untuknya.
"Tak mungkin. Tomy bukan orang seperti itu. Dia egois." Ucap Sia menilai Tomy.
William makin pusing. Dia tak menyangka harus terlibat drama keluarga Julius juga.
"Baiklah intinya kau tenang dulu. Jangan kabur. Aku tak akan membawamu pergi kemanapun. Ini rumahmu. Coba kau nanti bicarakan baik-baik dengan ayahmu. Minta tolonglah pada Rio. Dia kan sangat menyayangimu. Mungkin ayahmu nanti akan berubah pikiran." Ucap William mencoba menenangkan.
Sia terdiam
"Begitukah?" Tanya Sia menatap mata biru William dalam.
William mengangguk mantab. Sia langsung memeluknya erat. William tertegun dan langsung melepaskan pelukannya. Sia bingung.
"Kau ingin Rio memotong tanganku ya. Jangan memelukku." ucap William panik.
Sia terkekeh. Dia kembali tersenyum. Entah kenapa senyuman Sia membuat hati William lega.
"Baik. Sekarang tidurlah. Besok kau masih ada kuliah. Jangan sampai terlambat." Ucap William sembari berdiri dan mematikan lampu.
"Good night, William." Ucap Sia ramah yang masih duduk disamping ranjangnya.
"Good night." Ucap William balas tersenyum dan menutup pintunya.
William berjalan menyusuri lorongnya menuju ke kamarnya. Dia membuka pintu. William terkejut ada Selena disana sedang berbaring di ranjangnya. William langsung menutup pintu dengan panik.
"What are you doing here?" Tanya William mendekati Selena yang berpose menggoda memainkan rambutnya.
"Kenapa? Sudah kubilang kan bahwa aku merindukanmu." Ucap Selena manja.
"Keluar. Jangan buat masalah." Ucap William menarik tangan Selena kasar.
"Agh, sakit William. Kau menyakitiku." Ucap Selena mencoba melepaskan cengkraman kuat William.
William melepaskan cengkramannya. Dia melihat Selena dengan kesal.
"Apa maumu? Aku sudah tak bisa memberikanmu segepok uang lagi. Aku miskin." Ucap William berbohong.
"Sial. Aku mengatakan diriku miskin. Aku benar-benar sudah gila." Ucap William dalam hati yang kesal karena menyumpahi dirinya sendiri.
"Aku bisa memberikanmu segepok uang. Aku masih menyimpan uangmu dulu. Aku juga masih menyimpanmu dalam hatiku, William." Ucap Selena menggombal.
William terkekeh. Entah kenapa dia merasa terbuai dengan ucapan Selena. Ia tahu William menyukai apa yang ia ucapkan. Perlahan Selena bangun dari ranjangnya dan mendekati William. William menoleh ke arah Selena yang mulai menyentuhnya dengan tatapan penuh gairah.
"Aku merindukanmu, William.." ucap Selena genit sembari memegang bahu William lembut dan memijatnya penuh dengan maksud.
William menatap mata Selena dalam.
"Ayolah. Semalam saja. Besok aku akan pergi. Rio tak keberatan." Ucap Selena menggigit bibir bawahnya.
William mulai tergoda. Selena mulai melepaskan ikat pinggang William dan membuka pengait celananya. William diam saja melihat Selena mulai menelanjangi dirinya. Selena menurunkan celana William dengan dia ikut bersamanya. Jantung William berdebar. Selena mulai melakukan keahliannya.
William memejamkan matanya dan memegang kepala Selena dimana dia sedang berusaha memuaskan William dengan mulut sexy nya. William mendesah pelan menikmati sensasi yang mulut Selena berikan pada kejantanannya. William mencengkram rambut Selena. Dia mulai bergairah.
Perlahan Selena melepaskan mulutnya dari milik William yang sudah mengeras. Selena menciumi perut William yang berotot dan perlahan naik sampai ke tubuh bagian atasnya. Selena membuka jas dan melepaskannya perlahan. William masih diam saja menatap Selena yang semakin bergairah. Perlahan Selena melepaskan kancing kemeja dan dasinya. Dia berhasil menelanjangi William.
Selena tersenyum dan menggigit bibir bawahnya menahan gairahnya. Dia berjalan mundur dan menelanjangi dirinya di depan William. Terlihat William menikmati pemandangan indah tubuh Selena yang terlanjang bulat di depannya. Selena mengulurkan tangannya dan William menyambutnya dengan senyuman.
Selena tersenyum lebar. William menerkam Selena yang sudah tak tahan untuk bercinta dengannya. Dengan nafsu yang bergelora Selena menciumi tubuh William tak henti-hentinya. William terpancing akan desahan-desahan yang Selena buat agar merangsang birahi William dan itu berhasil. William jatuh dalam pesona Selena.
Dia bercinta dengan Selena semalaman. Selena begitu menyukai gaya bercinta William yang senyap namun penuh gairah didalam sodokan miliknya. Sedang Selena tak berhenti mendesah karena milik William terasa begitu sesak di liangnya. Malam itu Selena terkapar di ranjang William yang berhasil memuaskannya.