Chereads / Secret Mission / Chapter 8 - Konstantin's Family

Chapter 8 - Konstantin's Family

Selena tertidur di ranjang William malam itu dengan pulas. William beranjak dari kasurnya dan duduk di meja kerja kecil membuka laptopnya. Dia mengirimkan hasil jepretan dari jam tangannya kepada Rita berikut foto Julius yang berhasil dia ambil gambarnya diam-diam saat Sia duduk disebelahnya.

William menutup laptopnya setelah dirasa cukup. Mengamankan jaringan dan filenya serta memastikan bahwa malam itu tak ada yang mencurigainya. William kembali tidur disamping Selena tapi ia tak mau mendekatinya. Dia hanya memandangi Selena yang sexy dari kejauhan.

"Kenapa aku tak bisa menyukai wanita ini? Dia sangat tertarik padaku. Bahkan wanita lainnya begitu ingin bersamaku. Tapi.. aku tak merasakan hal apapun selain hanya ingin bercinta saja dengannya. Bagaimana cara orang-orang itu bisa menemukan cinta sejatinya? Menikah? Berkeluarga dan memiliki anak." Ucap William dalam hati yang masih tak mengerti arti sebuah cinta.

William tak mau memikirkannya. Dia pun segera tidur dan terlelap dalam selimut hangatnya. Tak terasa pagi sudah menjelang. William bangun karena alarm jam waker membangunkannya. Dia terkejut Selena sudah tak ada disampingnya.

Tapi entah kenapa dia begitu lega. Meskipun dia terlihat kesal karena Selena meninggalkan segepok uang diatas ranjangnya. Segera William mandi dan bersiap karena Sia akan ada kuliah pagi hari itu.

William mengetuk pintu Sia. Dia pun membuka pintu dengan senyum menawan dan mata bulatnya. Dia sudah bersiap. Seperti biasa mereka makan bersama sebelum berangkat kuliah. Tapi pagi itu mereka hanya makan berdua. Rio, Igor dan ayahnya tak ada disana. William membuka percakapan dengan bahasa Inggris.

"Rio kemana?" Tanya William lugu.

"Dia pergi ke Rusia bersama ayahku dan Igor. Ada pertemuan disana." Ucapnya santai sembari memakan scrambel egg-nya.

William mengangguk. Dia merasa ini waktu yang tepat untuk mencari tahu.

"Mm.. di Rusia, tepatnya dimana kalian tinggal?" Tanya William santai agar tak mencurigakan.

"Kenapa kau bertanya seperti itu?" Tanya Sia melirik William sepintas dan menyingkirkan wortelnya. William menatap Sia seksama.

"Aku.. belum pernah ke Rusia. Aku penasaran saja. Seperti apa Rusia itu?" Ucapnya tersenyum tipis.

Entah kenapa Sia menganggap William begitu lugu. Dia tersenyum manis menundukkan wajahnya.

"Padahal aku sampai bosan bolak balik ke Kremlin. Huff.." batin William.

"Krasnodar." Ucapnya singkat. William mengangguk.

-------------------

~ILUSTRASI KRASNODAR, RUSIA

~SOURCE : Google

"Pasti sangat indah disana." Ucap William asal.

"Ya seharusnya tapi.. tidak untukku. Aku lebih suka disini. Disana terlalu banyak kenangan pahit." Ucap Sia terlihat sedih. William menatapnya seksama.

"Ada apa di Rusia?" Tanya William.

Sontak Sia kaget. Dia keceplosan. Sia buru-buru menghabiskan jus jeruknya dan segera mengelap mulutnya.

"Eh.. kita sudah terlambat. Ayo cepat segera berangkat." Ucap Sia sembari menenteng tas jinjingnya. William bingung.

Segera dia juga menyelesaikan sarapannya dan berdiri merapikan pakaiannya. William mengantarkan Sia pergi ke kampusnya. Seperti biasa kampus ramai dipenuhi para mahasiswa yang berlalu lalang dengan segala aktifitasnya dan sama seperti hari kemarin Sia disambut oleh teman-teman se-gengnya. William cuek saja.

"Eh Sia. Kudengar kau bertunangan dengan Tomy?" Ujar Chyntia. Sia terkejut.

"Katanya kau tak mau kembali lagi dengan si brengsek itu. Kenapa kau mau menikah dengannya?" Tanya Bella bingung.

Sia menghembuskan nafas keras.

"Aku dijodohkan oleh ayahku. Puas?" Ucap Sia jengkel dan langsung berpaling pergi meninggalkan teman-temannya masuk ke ruang kelas.

"Sia tunggu. Ihh.. kenapa kau selalu pergi begitu saja. Kau menyebalkan." Gerutu Bella sembari berlari kecil mengejarnya diikuti teman-temannya.

William menghela nafas pelan. Saat dia akan beranjak, ia melihat Tomy sedang berjalan merangkul pinggang seorang gadis dengan mesra keluar dari koridor. William menatapnya dengan seksama. Dia berjalan mendekatinya.

"Tomy. Bukannya kau akan bertunangan dengan Sia. Kenapa masih bersama gadis lain?" Tanya William to the point.

Tomy kaget tiba-tiba seorang lelaki dewasa berada disampingnya dan mengintimidasinya. Gadis disebelahnya tertegun.

"Jadi benar kau akan menikahi Sia?" Tanya gadis pirang itu menatap Tomy kesal.

Terlihat Tomy kebingungan. Gadis itu mendorongnya dan PLAKK! "Ahh.." Tomy terkejut. Dia memegangi pipinya yang sakit karena tamparan gadis di depannya.

"Dasar brengsek! Jangan menemuiku lagi." Ucap gadis itu marah dan langsung beranjak pergi dengan berjalan tergesa.

William tersenyum miring meledek Tomy. Terlihat Tomy marah padanya.

"Hei, kau siapa? Beraninya bicara seperti itu padaku. Apa kau tak tahu aku siapa?" Ucapnya sombong.

"Aku tahu. Kau Tomy calon menantu Julius." Ucap William menatapnya tajam.

Entah kenapa Tomy sedikit takut padanya. Dia masih memegangi pipinya. William pergi meninggalkan Tomy dan segera menyusul Sia ke kelasnya. Tomy menatap William seksama.

"Aku pernah melihatnya. Tapi dimana ya?" Ucap Tomy mencoba mengingat-ingat.

"Ah sudahlah. Tak penting." Ucap Tomy mengabaikan rasa penasarannya.

Dia pun segera pergi ke kelasnya dimana Sia dan teman-temannya juga berada disana. Tomy mendekati Sia lagi dan Sia hanya menatapnya dengan pandangan kesal.

"Sia sayang. Nanti kita makan siang yuk." Ucap Tomy mencoba merayunya lagi.

"Tak mau. Kau pergi saja dengan pacarmu." Ucap Sia ketus.

"Pacar apa? Aku sendirian tak ada siapapun disampingku. Bukannya kamu satu-satunya pacar kesayanganku." Ucap Tomy menggombal.

Sia dan teman-temannya terkekeh. Tomy merasa dipermalukan. Dia kesal.

"Terserah kau saja. Seperti apapun caramu menolak pernikahan kita, kau tetap akan berakhir denganku." Ucap Tomy sombong.

Sia dan teman-temannya terlihat kesal akan gaya sok Tomy. Tiba-tiba dosen pengajar datang. Tomy segera beranjak pergi dan duduk di kursi paling belakang tempat favoritnya. Sia dan teman-temannya selalu duduk di depan dengan alasan agar para dosen mudah mengenali mereka yang begitu populer di kampus dengan segudang prestasi mereka.

William menunggu di luar kelas dan mengintip dari balik jendela kelas Sia. Lagi-lagi seseorang menyelipkan kertas di kantong celananya. Tapi kini William memergoki orang itu.

Dia kaget ternyata itu Catherine, informan dari agensinya di CIA. Catherine melebarkan matanya memberi kode agar melepaskan cengkraman tangan William di lengannya. William pun melepaskannya. Catherine berjalan melenggang meninggalkan William.

"Dia memakai wig dan tak bermake up. Pantas aku tak mengenalinya. Tapi.. cantik juga. Lain kali aku akan mengajaknya makan malam." Ucap William dalam hati mulai bersikap playboy lagi.

Segera William beranjak pergi ke toilet untuk membuka sepotong kertas pemberian Catherine. Disana tertulis,

"Kerja bagus. Kini cari tahu siapa ayah Tomy. R."

William mengangguk paham. Dia pun menyobek kertasnya dan membuangnya kedalam closet kemudian menyiramnya. Saat William keluar dari bilik pintu toiletnya, Tomy ada di depannya. Mereka berdua sama-sama terkejut. Tomy menunjuk William dengan berkerut kening.

"Aku sudah ingat. Kau bodyguard Sia yang baru kan. Pantas saja kau tak asing." Ucapnya yakin.

William mengangguk pelan.

"Bodyguard saja sombong. Dengar ya, kau harus hormat padaku. Ayahku teman baik paman Julius. Ingat itu." Ucapnya mulai berlagak.

William melihat kesempatan.

"Benarkah. Sehebat apa ayahmu?" Tanya William memancing.

"Wah kau tak tahu? Ayahku sangat berkuasa. Ingat baik-baik ya namanya. Dimitri Konstantin dan aku Tomy Konstantin. Kau juga sudah mengenal kakakku, Selena Rita Konstantin." Ucapnya tegas.

William tersenyum miring.

"Tentu saja, Tuan Konstantin." Ucapnya mengangguk memberi hormat.

Terlihat Tomy bangga dan bertolak pinggang. Tapi tiba-tiba..

"Oh shit, aku sudah tak tahan. Awas minggir." Ucap Tomy terburu-buru masuk ke bilik toilet dan buang air disana.

William geleng-geleng kepala.

"Kasihan Sia. Sepertinya Tomy orang yang bodoh dan konyol." Ucap William menyindir Tomy.

William pun segera meninggalkan toilet dan kembali mengamati Sia yang masih terlihat fokus belajar di kelasnya. Tak lama Tomy muncul. Mereka berdua hanya saling memandang tak bicara. Tomy kembali masuk ke kelasnya dan mengedipkan sebelah matanya saat melewati Sia. Terlihat Sia begitu kesal dengan sikap Tomy. William hanya terkekeh melihat sikap mereka berdua dari kejauhan.