Chereads / Naksir Kamu [ Hiatus ] / Chapter 4 - Bab 4 – He

Chapter 4 - Bab 4 – He

Suasana kelas sebelas IPA 3 sudah cukup ramai saat Fayra masuk. Padahal masih sekitar lima belas menit lagi sebelum bel berbunyi. Saat baru tiga langkah cewek itu melangkah, Nana, teman kelasnya berteriak cempreng ke arahnya.

"Fayraaa… ya ampun penyelamat hidup kita akhirnya lo datang jugaaaa." Seketika suasana kelas menjadi hening dan hampir semua mata di kelas itu menatap Fayra dengan pandangan berkaca-kaca.

Fayra melongo akan hal tersebut.

"Pr fisika, Fay. Pinjem buku pr fisika lo dong, ayo cepat!" Kembali Nana bersuara memecah keheningan kelas.

Oh pr fisika. Fayra kira ada apa. Pantas saja kelas sudah ramai di jam segini. Fayra yang mengerti akan suasana tersebut, segera berjalan cepat ke mejanya di barisan terdepan dan bergegas mengeluarkan buku pr yang telah dikerjakannya tadi malam.

"Oke teman-teman, ini penyelamat hidup kalian, cepat kerjakan sebelum bel masuk berbunyi,'' teriak Fayra hiperbola tak kalah heboh dengan Nana. Segera melemparkan buku pr-nya ke Nana yang berada di dua meja belakangnya.

Nana dengan sigap segera menangkap buku tersebut dan secepat kilat hampir seluruh murid di kelas itu mengerubungi meja Nana untuk melihat pr fisika Fayra. Ada beberapa murid yang langsung dengan cepat mengeluarkan ponsel mereka dan memfoto halaman demi halaman buku pr tersebut lalu duduk kembali ke bangku mereka masing-masing untuk menyali. Tentu tidak lupa mereka mengucapkan banyak terima kasih kepada Fayra. Ada juga beberapa anak yang setia duduk di bangku sekitar meja Nana untuk menyalin langsung pr fisika itu.

Fayra hanya tersenyum geli melihat tingkah teman-teman sekelasnya. Ia kadang tak habis pikir, masa dari tiga puluh siswa di kelas, hanya ia yang membuat pr tersebut dengan benar. Memang ada beberapa murid yang mengerjakan, tapi tingkat kebenarannya jelas diragukan. Pantas saja mereka menatap berkaca-kaca ke arah Fayra karena mereka nanti bisa mengumpulkan pr yang diberikan Pak Danu, salah satu guru 'killer' di sekolah ini. Fayra dengan santai duduk di bangkunya. Lalu tiba-tiba ia terkejut dengan sapaan seseorang yang sudah duduk manis di kursi sebelahnya.

"Astaga, Sisil! Elo mau buat gue jantungan hah? Datang tiba-tiba. Kaget tau gue!" seru Fayra yang hanya dibalas kekehan oleh Sisil. Di depan Sisil juga ada Dira. Mereka memang tidak satu kelas. Sisil dan Dira sekelas di 11 IPA 5, sedang Fayra bersama Chesta di sini.

"Sejak kapan lo berdua di sini?"

"Cukup lama untuk melihat aksi sok heroik lo tadi," jawab Dira sambil tersenyum geli ke arah Fayra.

"Haha wah keren lo, Fay, jadi penyelamat untuk mereka dari hukuman Pak Danu," tambah Sisil sambil menepuk-nepuk bahu Fayra.

"Gue gitu lho. Si cantik jelita, cerdas, serta baik budi pekerti. Hahaha."

Dira dan Sisil hanya bisa tertawa geli melihat tingkah teman mereka satu ini. Sisil yang menyadari satu hal langsung bersuara dengan semangat menggebu-gebu. "Aaaaa Fayra, lo tau gak, sekolah kita kedatangan murid pindahan dari luar kota. Katanya tuh cowok ganteng maksimal. Kak Regan aja kalah."

Ya, Fayra sudah mendengar kabar tersebut tadi. Tapi masa iya lebih ganteng dari Regan? Yang merupakan... ekhem sang gebetan Fayra. Regan aja menurut Fayra udah ganteng banget, gimana dengan si anak pindahan itu.

Regan itu murid kelas 12 IPA 1. Fayra pun mulai tersenyum-senyum sendiri mengingat wajah ganteng Regan. Matanya yang teduh dengan dinanungi alis hitam tebal, hidungnya yang tingkat kemancungannya jelas Fayra kalah, lesung pipi di sebelah kanannya yang akan muncul apabila ia tersenyum, suaranya yang menurut Fayra enak banget didengar….

"Ye ni anak. Tiap ngomongin hal yang menyangkut Kak Regan, mulai gilanya kumat. Senyum-senyum sok imut lagi," ucap Dira sadis yang disambut tawa Sisil dan tatapan mendelik Fayra.

"Kak Regan ganteng banget sih. Tembak gue dong, Kak," jawab Fayra gak nyambung.

Fayra suka sama Regan sejak hari pertama MOS. Bisa dibilang, Regan ini yang menjadi penyebab Fayra mulai memperhatikan penampilan. Waktu itu, Regan menjabat sebagai Ketua Osis. Fayra suka sama sikap dan pembawaan Kak Regan yang dewasa itu. Ia pun mulai ingin mendekati Regan, tapi sayang menurut kabar saat itu, Regan udah punya pacar. Batal deh niat Fayra.

Gini-gini Fayra nggak mau ngerebut cowok orang lain. Tapi akhir-akhir ini Regan mulai dekat dengan Fayra. Semoga mereka udah putus, harap Fayra. Kalau udah putus, Fayra mau lah ngedekatin Regan. "Kak Regan udah putus belom ya sama ceweknya?"

"Ya mana gue tahu lah, orang yang mana ceweknya aja kita gak tau kok, ya gak Dir?" jawab Sisil yang meminta persetujuan dari Dira dan dibalas anggukan oleh yang dimintai persetujuan.

"Tapi kok akhir-akhir ini Kak Regan mulai ngedekatin balik gue ya, biasanya kalau gue mau sok caper ke dia, dianya ngelengos pura-pura gak ngeliat gue. Kalo Kak Regan masih punya pacar, gak mungkin dong mau deketin gue balik, ya gak Dir, Sil?''

"Entah," jawab Dira singkat gak berperasaan. Temannya ini lagi curhat lho.

"Nyebelin!" ucap Fayra ke Dira.

"Gue gak tau juga ya, Fay. Gini aja deh, kalau Kak Regan ngerespon sikap lo, anggap aja dia udah putus sama pacarnya. Udah gitu aja sih," jawab Sisil.

Fayra manggut-manggut mengerti akan ucapan Sisil, "Oke deh, fighting, Fayra! Kak Regan tuh sebenarnya udah lama suka sama lo, tapi mungkin dia lagi terikat aja sama pacarnya dan emang pacarnya aja tuh yang menghalang-halangi," ucap Fayra pada dirinya sendiri dengan kepercayaan tingkat tinggi yang kebenarannya diragukan.

"Idih pede."

"Ya gak gitu juga kali, Fay," jawab Dira dan Sisil bersamaan yang dibalas tatapan kecewa dari Fayra.

"Biasa aja kali mukanya. Oh ya, mana Chesta? Kok jam segini belom datang sih. Lima menit lagi masuk,'' ucap Sisil mengalihkan topik pembicaraan. Tak lama kemudian, ponsel mereka bertiga berbunyi hampir bersamaan, tanda ada pesan masuk. Segera mereka membacanya.

Guys, gue gak sekolah hari ini. Kesiangan gue, ni aja baru bangun tidur. Jadi jangan kangen gue ya. Gue mau lanjut tidur lagi nih

"Ni anak baru bangun bukannya cepetan siap-siap sekolah, eh malah mau lanjut tidur lagi," omel Dira.

"Ih Chesta bolos sekolah gak ngajak-ngajak,'' ucap Sisil yang langsung dihadiahi jitakan dari Dira dan Fayra.

"Yah, gue duduk sendirian dong. Eh temenin gue dong Dir, Sil." Fayra memasang wajah memohonnya ke arah Dira dan Sisil. Mereka gak mempan dengan tatapan tersebut.

"Kita beda kelas cintah, jelas gak bisalah. Udah ya, kita mau balik ke kelas kita dulu. Dadah Fayra,'' ucap Sisil sambil beranjak berdiri lalu menarik tangan Dira keluar dari kelas Fayra.

Tapi ketika Sisil dan Dira tepat berada di pintu kelas, Sisil berbalik dan berteriak, "Kalau cowok ganteng pindahan itu masuk kelas lo, mintai fotonya ya Fay, buat koleksi di album cowok-cowok ganteng sekolah kita. Hahaha.''

Fayra memutar bola mata malas. Dia gak berminat sama cowok lain, karena di hatinya cuma ada Regan. Setelah mereka berdua hilang dari pandangan Fayra, bel masuk pun berbunyi. Murid-murid yang tadi sibuk menyalin pr fisika Fayra di sekitar meja Nana segera bubar kembali ke bangku masing-masing sambil mengucapkan banyak terima kasih ke Fayra.

"Na, sudah belom?" tanya Fayra kepada Nana yang masih menyalin pr-nya dengan cepat.

"Belom, Fay. Nanggung nih nomor terakhir," jawab Nana di sela-sela kegiatan tulis kilatnya.

Fayra menginjit dan memanjangkan lehernya ke arah jendela untuk melihat apakah Bu Yuni –guru Biologi sekaligus wali kelas mereka– sudah berjalan ke kelas mereka. Fayra memanjangkan lehernya lagi. Bu Yuni ini memang rajin banget deh, cepet banget masuk kelasnya. Fayra melihat Bu Yuni sedang berjalan menuju kelas mereka dan hmm sepertinya ada seorang murid laki-laki yang berjalan di samping guru tersebut.

Fayra pun menoleh ke belakang lagi, "Sudah, Na?"

"Udah, Fay." Nana segera menutup bukunya beserta buku Fayra. Ia membereskan alat tulis yang berserakan di atas mejanya.

"Lempar aja Na buku gue, Bu Yuni udah mau sampai kelas ni kayaknya."

Nana pun mengangguk mengerti dan mengembalikan buku Fayra dengan cara dilemparkan. Fayra sudah siap dengan tangan dibentangkan untuk menangkap bukunya. Tapi karena mau buru-buru, sepertinya tenaga yang Nana keluarkan untuk melempar buku itu terlalu besar. Sampai-sampai bukannya menuju ke arah Fayra, buku tersebut terus terlempar keras ke depan, melewati Fayra yang tak berhasil menangkapnya.

Bertepatan dengan itu, Bu Yuni beserta seseorang di belakangnya memasuki kelas. Untung saja buku tersebut tidak mengenai Bu Yuni, tetapi buku tersebut tepat mengenai kepala seseorang di belakang guru tersebut. Sehingga dengan refleks, cowok yang sepertinya murid pindahan tersebut berhenti berjalan.

Seketika kelas menjadi hening. Hampir semua murid perempuan menahan napasnya atas pemandangan indah di depan kelas tersebut. Sedang para murid laki-laki tentu memandang datar ke arah tersebut, ada juga yang memberikan pandangan menilai. Murid pindahan yang satu sekolah gosipkan itu ternyata masuk kelas mereka! Tentu saja para murid perempuan kelas tersebut sangat senang.

Fayra yang sadar kalau bukunya mengenai orang tersebut, menepuk pelan dahinya. 'Nana nih, buku gue rusak nih entar,' rutuknya dalam hati.

Cowok itu mengusap pelan kepalanya yang terkena lemparan tadi. Wajahnya nampak datar, membuat para murid di kelas itu bertanya-tanya apa reaksi yang akan diberikan. Mengingat sambutan pertamanya di kelas sudah seperti ini.

Cowok tinggi itu menundukkan badannya untuk mengambil buku Fayra yang terjatuh di dekat kakinya. Dilihatnya nama yang tertulis pada buku tersebut. Setelah itu, ia mendongak dan tatpannya langsung bertemu dengan tatapan mata Fayra.

Bertemu dengan tatapan tajam itu membuat Fayra seketika membeku. Ia mengira ni cowok pasti bakal marahin dia. Padahal kan bukan dia yang salah. Nana tu yang asal lempar aja. Fayra sempatkan untuk melirik Nana yang malah menduduk dalam-dalam di tempatnya. Ia mendengus karena tingkah temanya itu, lalu ia alihkan pandang dan menatap takut-takut ke cowok tersebut.

***