"Gak usah pura-pura gak ngerti. Elo nyogok Chesta ya biar tu anak mau pindah?" Fayra memicingkan matanya menatap Rivay sambil mengerucutkan bibir kesal.
"Wah gue baru dateng, tapi udah dituduh macem-macem aja," ujar Rivay kalem. Ia sama seklai tidak merasa terganggu dengan tindakan Fayra ini.
"Gue bukannya nuduh, tapi nebak. Ini pasti ada kaitannya sama lo. Ayo cepet bilang apa yang lo omongin sama Chesta," Fayra tetap dengan sikapnya, sama sekali tidak melunak.
Rivay menyandarkan badannya dengan tangan bersedekap. "Emang menurut lo, gue omong sama Chesta?" tanyanya balik dengan ekspresi yang membuat Fayra semkain sebal.
"Ya mana gue tau. Kalo gue tau, ngapain gue pake nanya segala."
Rivay tersenyum tipis. Ia suka sekali melihat wajah orang di depannya ini. Sudah berapa lama ia tak melihatnya?
"Hei, gue itu nanya baik-baik sama lo, eh lo-nya malah bengong," ujar Fayra lagi yang mendarkan Rivay dari lamunannya.
"Gue kemaren cuma bilang baik-baik aja sama dia kalau gue mau duduk di tempatnya." Rivay pun akhirnya memilih untuk menjawab.
"Semudah itu?" tanya Fayra gak percaya.
"Iya."
"Gak percaya gue." Fayra kembali memicingkan mata curiga ke Rivay. "Lo pasti ada ngasih sesuatu kan ke dia?"
Rivay pura-pura berpikir keras.
Fayra memutar bola mata sebal. "Kasih tau tuh jangan separuh-separuh, dong!"
"Ya sebagai capan terima kasih, gue kasih dia voucher belanja di Double D,'' jawab Rivay enteng.
Mendengarnya, membuat Fayra mengerti. Oh pantes! batin Fayra kesal.
Kini rasa sebalnya bukan hanya untuk orang yang ada di depannya saja, melinkan pada sahabatnya juga.
"Fayra, maaf…," mohon Chesta kepada Fayra. Saat ini mereka sedang berada di kantin. Selama pelajaran berlangsung tadi, Fayra diam saja saat diajak ngobrol oleh Chesta. Fayra kesal dong, masa Chesta ngebiarin dia duduk semeja sama Rivay hanya demi voucher belanja di Dopule D? Eh, tapi siapa yang mau nolak kalau dikasih voucher belanja di situ? Double D itu salah satu butik terkenal di Indonesia. Hasil-hasil keluaran Double D, pasti selalu menjadi incaran para remaja. Pantas saja Chesta dengan senang hati menerima voucher tersebut.
"Fay…," rengek Chesta pada orang di sampingnya ini. Masih didiamkan, Chesta mengguncang pelan lengan Fayra. "Fayra maafin gue dong."
Fayra masih memasang muka kesalnya. Ia pura-pura sibuk membuka salah satu akun sosial medianya.
Dira dan Sisil yang tepat berada di hadapan mereka makan dengan santai, tak merasa perlu membantu Chesta membujuk Fayra. Menurut mereka, acara diam Fayra ini tidak akan berlangsung lama.
"Dir, Sil, bantuin gue dong…," pinta Chesta kepada dua orang yang sedang sibuk makan di hadapannya ini.
"No comment," ucap Dira dan Sisil bersamaan. Chesta memanyunkan bibirnya mendengar jawaban tersebut. Dira dan Sisil bukannya gak mau bantuin, menurut mereka, acara diam Fayra ini nggak akan berlangsung lama. Jadi, lebih baik makan saja sambil menonton aksi permintaan maaf Chesta ini. Bagi mereka, tontonan ini cukup menarik. Seperti melihat anak kecil yang sedang berusaha minta maaf kepada temannya setelah saling berebut permen.
"Fayra jangan kacangin gue dong, maaf…."
Fayra masih tetap diam di tempatnya sambil sesekali meng-scroll layar ponselnya.
"Fay…."
Dira dan Sisil berusaha mati-matian menahan agar suara tawa mereka tidak pecah. Bagaimana tidak? Ekspresi wajah Chesta sudah hampir mau menangis. Sedang Fayra masih tetap diam di tempatnya.
"Fayra…. Oke, gue balikin lagi nih voucher dari Rivay-nya. Tapi maafin, ya." Chesta segera beranjak dari duduknya. Ya walaupun Chesta gak rela-rela amat kalau vouchernya dibalikin, tapi tetap hubungan baiknya dengan Fayra lebih penting.
"Eh, jangan!" seru Fayra cepat mencegah Chesta berjalan pergi. Bagaimanapun juga, Fayra tahu betapa Chesta begitu menginginkan voucher itu. Bebrapa hari yang lalu, Chesta bercerita padanya betapa ia menginginkan salah satu sepatu keluaran terbaru Double D. Tapi karena harga di situ yang memang cukup mahal dan Chestanya yang gak terlalau pandai ngumpulin uang, jadi ya sampai sekarang ia belum membelinya.
Chesta cukup terkejut mendengar ucapan Fayra itu, ia masih bergeming diam sambil berdiri. Chesta menatap Fayra tanpa berkedip. "Apa, Fay?" tanya Chesta memastikan pendengarannya tadi.
"Gak usah di balikin," jawab Fayra degan nada yang sengaja dibuat sedatar mungkin.
Sontak awan mendung yang menaungi wajah Chesta pergi tak bersisa. Chesta girang bukan main mendengar ucapan Fayra tadi. "Tapi dimaafin juga, kan?" tanya Chesta sambil tersenyum lebar.
Fayra memasang tampang berpikirnya.
"Fay?" Terdengar suara melas Chesta.
"Iya, Chesta. Gue maafin," ucap Fayra akhirnya sambil tersenyum lebar.
"Aaaaa makasih Fayraaa. Elo emang sohib gue yang paaliiing baik," ucap Chesta girang sambil memeluk Fayra erat. Dira dan Sisil hanya geleng-geleng kepala saja melihat itu.
"Uhuk-uhuk. Gu-e gak bi-sa na-pas…," ucap Fayra terputus-putus di pelukan Chesta.
Chesta langsung melepas pelukannya sambil nyengir lebar dan kembali duduk di tempatnya tadi, "Hehe maaf."
"Kira-kira dong meluknya. Kan pose gue tadi gak cantik. Gimana kalo tiba-tiba Kak Regan lewat dan liat gue kayak tadi?" ucap Fayra sewot. "Tapi ada syaratnya…" ucap Fayra kembali sambil menaik-turunkan alisnya.
"Apa? Selagi gue mampu, gue turutin deh."
"Traktir gue ya sekarang," pinta Fayra sambil tersenyum sok imut.
"Oke. Silakan lo mau pesen apa aja, gue yang bayar." Cuma traktir doang kan? Gak masalah lah. Paling cuma makanan satu dan minuman satu, batin Chesta.
"Aseeek. Kalau gitu gue mau pesen bakso, batagor, roti keju, jus strawberry, es teh manis, chiki dua bungkus, sama cokelat tiga batang," ucap Fayra girang menyebutkan pesanannya.
"Perut apa karung, Neng?" ucap Dira gak pake hati.
"Perut lah." Fayra tersenyum lebar, tak terpengaruh sama sindiran Dira.
Ups. Sepertinya perkiraan Chesta salah. "I-itu lo sendirian yang makan?" Chesta memandang Fayra dengan pandangan tak percaya.
"Yep. Tapi kalau gue gak sanggup ngabisin, kan ada Dira sama Sisil." Fayra melirik Dira dan Sisil yang tengah menatapnya tak percaya.
"Gue gak ikutan," ucapa Dira singkat lalu kembali melanjutkan makannya.
"Oke. Gue siap bantuin," ucap Sisil tak kalah girang.
"Sana cepet beliin pesenan gue ya, Ches." Fayra mendorong pelan bahu Chesta. Chesta pun bangkit berdiri dan mulai membeli semua pesanan Fayra. It's okay lah. Yang penting dimaafin dan dapat voucher belanja di Double D, yeay! batin Chesta girang.
Setelah Chesta membelikan apa keinginan Fayra, suasana kembali ceria. Tidak ada adegan membujuk yang tadi ditampilkan Chesta.
"Jadi, gimana rasanya ditembak sama si anak pindahan itu, Fay?" tanya Sisil tiba-tiba yang menatap Fayra dengan antusias. Setelah mendnegar kabar heboh itu, Sisil sebanrnya ingin seklai merecoki Fayra dengan berbagai pertanyaan, tapi ditahnnya dulu. Selain karena kuota dan pulsa yang habis, dikarenkan juga Chesta yang tadi sempat membuat ulah.
Fayra yang sedang asyik menyantap makanannya, menatap Sisil seolah itu adalah pertanyaan paling gak penting sedunia.
"Apa?? Lo ditembak Rivay?" Chesta menyahut terkejut. "Serius, Fay? Kok gue gak tau?"
"Lo kan kemarin gak masuk. Makanya jangan dikit-dikit bolos terus," komentar Dira.
"Tu anak emang sinting, males gue ngeladeninya," jawab Fayra acuh tak acuh.
Chesta, Sisil, dan Dira menatap Fayra tak percaya. Bagimana mungkin sahabat mereka ini bisa bersikap begitu. "Kayaknya elo yang sinting, Fay," ucap Sisil kemudian.
Fayra mendelik. "Dih kok gue sih?"
Sisil mengela napas berat. "Y ague gak bisa nyalahi lo sepenuhnya juga sih. Seandainya status lo lagi gak naksir siapa-siapa, pasti lo udah klepek-klepek sama Rivay."
"Apa banget deh, Sil. Udah lah gak usah dibahas lagi," jawab Fayra keki sendiri.
***
"Pulang bareng gue yuk!" ajak Rivay kepada Fayra yang sedang sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Bel pulang berbunyi beberapa saat yang lalu. Fayra diam saja tak menghiraukan ajakan Rivay.
"Ciye yang ditawarin pulang bareng, ekhem," goda Chesta kepada Fayra yang disambut pelototan oleh yang digoda. Chesta cekikikan gak jelas lalu beranjak keluar dari kelasnya setelah sempat bilang 'duluan ya' sama Rivay.
"Fay, mau gak?" tanya Rivay lagi.
"Gak," jawab Fayra ketus. Fayra masih kesal sama Rivay.
"Kenapa gak mau?" Rivay mengikuti Fayra yang juga tengah berjalan keluar kelasnya.
"Gue bawa motor."
"Lain kali gak usah bawa motor aja, biar gue yang anter-jemput lo, gimana?"
"Elo sekarang beralih profesi jadi tukang ojek ya?" ucap Fayra sinis.
"Khusus buat elo aja," jawab Rivay sekenanya sambil tersenyum tipis.
"No, thanks." Fayra terus berjalan dengan Rivay yang setia berjalan di sampingnya. Beberapa siswi yang berpapasan dengan mereka tentu menoleh dua kali untuk melihat si murid baru itu, Rivay.
"Wah ternyata ganteng banget ya," ucap salah satu siswi sambil terpekik tertahan.
"Aduh senyumnya itu loh, gak nahaaaann."
"Badannya oke juga."
"Pengen kenalan…."
"Itu Fayra kan yang jalan bareng dia? Ih Fayra beruntung banget sih," ucap salah satu siswi lainnya.
Itu beberapa percakapan yang Fayra dengar selama perjalanannya dari keluar kelas sampai sekarang saat mereka sudah berada di lantai satu. Fayra memutar bola mata malas. Rivay doang ini. Masih cakepan Kak Regan lah ke mana-mana, batin Fayra kesal. Rivay sih stay cool aja mendengar itu semua. Ia sama sekali gak berminat dengan mereka semua. Yang terpenting adalah cewek di sebelahnya ini.
"Udah ah berhenti ngikutin gue," ucap Fayra akhirnya. Panas juga lama-lama kupingnya mendengar krasuk-krusuk di sekitarnya ini yang membicarakan Rivay.
"Gue kan juga mau ke parkiran Fay," ucap Rivay sambil terkekeh geli.
"Ya jalannnya agak jauhan kek," ucap Fayra keki.
"Gak mau."
Fayra mendumel sebal atas sikap Rivay itu. Akhirnya ia berjalan cepat meninggalkan.
"Yah ditinggal," ucap Rivay sok sedih dengan suara yang cukup besar. Fayra masih bisa mendengarnya, tapi pura-pura tak dengar. Ia masih terus berjalan cepat meninggalkan Rivay di belakangnya.
"Ckckck. Kasihan. Ditolak mentah-mentah sama cewek," ucap Dani yang tiba-tiba sudah berhenti tepat di samping Rivay. "Sabar ya, Bro," sambung Dani dengan nada prihatin yang dibuat-buat sambil menepuk-nepuk pelan bahu Rivay.
Rivay tersenyum tipis ke orang di sampingnya ini. "Ini baru permulaan kok."
"Yayaya." Dani menanggapi malas omomgan Rivay. "Yuk balik."