Chereads / Naksir Kamu [ Hiatus ] / Chapter 12 - Tingkah Aneh

Chapter 12 - Tingkah Aneh

Fayra memarkir motornya di dekat tenda sate langgananya. Saat sedang menonton acara televisi yang menayangkan acara wisata kuliner, tiba-tiba saja Fayra juga ingin makan sate seperti yang disajikan di acara itu.

"Pakde, sate ayamnya satu porsi ya. Kayak biasa ya Pak, agak pedas," pesan Fayra kepada Pakde, panggilan akrab Fayra kepada penjual sate tersebut. Fayra memang cukup sering makan sate di sini.

"Siiip, Neng," jawab Pakde ramah.

Fayra segera mengambil tempat duduk terdekat. Di dalam tenda ini, juga ada empat pelanggan lain yang sedang sibuk menyantap hidangan mereka. Fayra sibuk mengotak-atik ponselnya, bermain game.

Setelah beberapa saat, sate pesanan Fayra sampai juga. Fayra menyimpan ponselnya dalam saku daan mengucapkan terima kasih kepada Pakde yang telah mengantar satenya. Fayra makan dengan lahap.

"Pak, sate ayamnya satu porsi ya,'' pesan seseorang dengan suara baritonnya yang khas. Orang tersebut mengambil tempat duduk tepat di samping Fayra.

Fayra yang tentu saja mengenali dengan baik suara tersebut segera menoleh untuk memastikan. "Kak Regan?"

"Eh Fayra, hai," sapa Regan ramah.

"Hai, Kak. Wah gak nyangka nih bisa ketemu Kakak di sini." Fayra memperhatikan dengan detail penampilan Regan. Kaos oblong putih yang dilapisi jaket kulit hitam dengan celana dasar selutut. 'Ih kok makin keren sih,' puji Fayra dalam hati.

"Hehe iya. Sendirian aja, Fay?"

"Iya, Kak."

"Wah ini lumayan malam lho, gak takut?"

"Baru jam sembilan. Abis pusing nih Kak, ngerjain pr fisika gak kelar-kelar." Alibi. Fayra sengaja nih ngomong kayak gitu.

Fayra tahu banget kalau Regan itu pintar dalam pelajaran fisika. Beberapa kali Regan pernah memenangkan olimpiade fisika yang diadakan antar sekolah, bahkan ada yang tingkat Nasional. Fayra sih ngarepnya Regan jadi peka gitu.

"Susah ya?"

"Yah pake ditanya. Jelas susah dong, Kak." Fayra mengerucutkan bibirnya pura-pura kesal. Ayo dong Kak, bilang mau bantuin gue. Please bilang mau bantuin gue, please!

Pakde datang membawa pesanan sate Regan. Setelah mengucapkan terima kasih, mereka kembali melanjutkan obrolannya.

"Mau dibantuin?" tawar Regan sambil tersenyum manis. Ia mulai memasukkan setusuk sate ke mulutnya.

Aaaaaaaa, mau. Mau pake banget! girang Fayra dalam hati.

"Sama Kakak?" tanya Fayra pura-pura gak ngerti. Padahal dalam hati udah mau jingkrak-jingkrak dia.

"Iya lah," ucap Regan tersenyum geli.

"Wah mau dong," ucap Fayra girang.

"Kapan dikumpul pr-nya, Fay?''

"Lusa nanti, Kak."

"Oke, nanti besok sepulang sekolah, gue bantuin. Sekalian kalo lo ada beberapa materi yang kurang ngerti, bisa sekalian gue bantu."

'Yes!' batin Fayra girang. Fayra gak nyangka bisa ketemu Kak Regan di sini, bahkan bisa sampai janjian belajar bareng lagi. Siapa sih yang gak senang bisa belajar bareng gebetan?

"Wah serius?" tanya Fayra antusias.

"Yep."

"Wah makasih, Kak," ucap Fayra dengan mulut yang hampir penuh dengan sate.

"Iya sama-sama. Makannya pelan-pelan, Fay, sudut bibir lho tu," ucap Regan sambil menunjuk sudut bibir Fayra.

Fayra mematung. Ternyata di sudut bibinya ada sisa bumbu kacang satenya. Ih Kak Regan perhatian banget sih, pengen gigit kan jadinya,girang Fayra dalam hati.

"Eh ma-makasih Kak," ucap Fayra agak gugup setelah mengelap sudut bibirnya dengan tisu terdekat.

Sate Fayra udah hampir habis, Pakde yang kebetulan lewat setelah mengantarkan pesanan pelanggan lain menawarkan, "Nambah satu porsi lagi kayak biasanya gak, Neng?"

JLEB. 'Pakde ini nawarinnya gak sesuai sikon banget sih. Lagi sama gebetan ini! Haduh!' dumel Fayra dalam hati.

"Eh, ehm gak usah, Pakde," jawab Fayra sambil tersenyum kikuk.

Regan kelihatan seperti sedang menahan senyumnya.

Malu! jerit Fayra dalam hati.

"Nana… masih banyak gak sih catatan bahasanya?" tanya Fayra lemas kepada Nana, sekretaris kelas mereka, yang masih sibuk berkutat dengan spidol dan papan tulis putih di depannya.

Di papan tulis tersebut sudah hampir penuh dengan tulisan rapi milik Nana. Bu Ratna, guru bahasa Indonesia mereka, sedang berhalangan untuk mengajar, makanya ia memberikan catatan yang nanti akan diperiksa oleh ketua kelas mereka apakah sudah dikerjakan. Kalau gak dicatat sekarang, mereka bisa dihukum sama Bu Ratna.

"Masih sekitar tiga halaman lagi, Fay," jawab Nana setelah membolak-balik buku catatan yang sedari tadi dipegangnya.

Suasana kelas kembali hening. Tentu saja mereka semua sedang sibuk mencatat.

"Tangan gue pegel, Na," ucap Fayra dengan kepala terkulai lemas di atas meja.

"Mau dipijitin?" goda Rivay.

"Sejak kapan lo jadi tukang pijit?" ucap Fayra sinis.

"Baru beberapa hari ini sih," ucap Rivay sambil nyengir minta ditabok.

Fayra tak menghiraukan ucapan Rivay. Ia kembali fokus mencatat. Di belakangnya, Chesta sibuk menggodanya. "Suit-suit…."

"Diem deh, Ches."

"Ekhem-ekhem…."

"Batuk, Non?"

"Eciyeeee…."

'Plak!' Fayra melempar Chesta dengan kertas yang telah diremas-remasnya terlebih dulu.

"Aduh, jidat gue benjol nih kena lemparan Fayra," ucap Chesta dengan nada sakit yang dibuat-buat.

"Kamfreet," gumam Fayra sebal tapi masih kedengaran oleh Chesta.

"Hahaha….," tawa Chesta.

"Diem woy!" seru Andre, ketua kelas mereka.

Mereka berdua pun terdiam. Chesta berusaha menahan tawanya yang siap meledak lagi, sedang Fayra mendongkol dalam hati.

Beberapa lama kemudian, Nana selesai mencatat di depan tulis. Ia kembali duduk di tempat duduknya. Tak lama kemudian, Fayra pun juga telah menyelesaikan catatannya. Yah meskipun tulisannya gak rapi-rapi amat, tapi tetap masih bisa di baca kok. Fayra meregangkan tangannya ke atas. Terdengar suara jari-jari Fayra dan pinggangnya bergemelutuk.

"Akhirnyaaaa selesai juga," ucap Fayra lega.

Rivay sih udah keluar kelas dari tadi. Ke toilet mungkin.

Bel istirahat pun berbunyi. "Ke kantin yuk, Fay," ajak Chesta.

"Males ah Ches, ngantuk gue. Mau tidur bentar. Lo duluan aja ke kantin ya." Fayra sudah siap-siap ingin tidur, kepalanya ditaruh di atas lipatan kedua tangannya di atas meja.

"Ya udah gue ke kantin ya. Mau nitip gak?"

"Roti keju sama es teh manis, ya. Thanks." Setelah berkata begitu, Fayra kembali menenggelamkan kepalanya di antara lipatan tangan. Tapi baru sedetik ia terpejam, suara Chesta mengganggunya.

"Uanganya mana? Ya kali lo asal nitip aja tanpa ngasih uangnya."

"Kirain mau traktir gitu," jawab Fayra asal.

"Dih maana ada. Sini cepetan mana duitnya," ujar Chesta sambil menadahkan tangannya tepat di hadapan muka Fayra.

Dengan malas, Fayra pun meraih uang yang ada di sakunya. "Nih bawel, ya udah tolong beliin ya. Gue mau tiduran bentar."

Chesta pun menarimanya lalu bersiap akan beranjak pergi. Fayra pun memejamkan matanya berusaha untuk tidur. Tapi baru saja Fayra hendak sampai di 'pulau kapuk', lagi-lagi suara Chesta kembali menggangunya.

"Fay… Fay!" seru Chesta bersemangat sambil mengguncang-guncang tangan Fayra.

"Apaan lagi sih?" jawab Fayra mendongakkan sedikit kepalanya untuk melihat Chesta.

"Ada Kak Regan di depan, nyariin elo!" seru Chesta antusias.

"Beneran?" Seketika rasa ngantuk Fayra menguap entah ke mana.

"Iya, udah sana cepetan keluar," ucap Chesta gak sabaran. Ini bisa dibilang hal langka, soalnya gak pernah-pernah sebelumnya Regan mau menghampiri kelas mereka untuk mencari Fayra. Biasanya sih Fayra yang suka mondar-mandir gak jelas di depan kelas Regan untuk melihat cowok itu, tapi sekarang berbeda.

Fayra dengan semangat beranjak dari duduknya dan menuju ke pintu kelas, hilang sudah rasa malas dan mengantuknya. Ia menoleh ke kiri. Di sana Regan sedang duduk manis di bangku panjang yang memang disediakan di setiap depan kelas.

"Kak Regan," sapa Fayra ramah lalu duduk di samping cowok itu.

"Fay, gimana? Jadi gak belajarnya hari ini?"

Jadi Kak Regan nyamperin gue buat bantuin ngerjain pr fisika? Aaaaa seneng. Fayra jadi ingat kejadian semalam. Setelah mereka makan sate, Regan menawarinya untuk diantar pulang. Tapi karena Fayra bawa motor, akhirnya Regan ngikutin Fayra aja dari belakang, soalnya kan udah malam. 'Gak baik cewek jalan sendirian malam-malam,' gitu kata Regan waktu Fayra mau menolak tawarannya. Padahal sih dalam hati Fayra udah ngangguk-ngangguk setuju aja.

"Jadi dong, Kak," jawab Fayra semangat. "Tapi Fayra lupa bawa bukunya, Kak," sambung Fayra dengan mimik muka sedih yang dibuat-buat. Sebenarnya ia memang sengaja tidak membawanya, biar nanti bisa belajar bareng di rumahnya aja.

"Hm ya udah, kalau gitu nanti kita belajarnya di rumah lo aja, gimana? Gak keberatan kan?"

"Ya enggak dong. Aduh jadi ngerepotin nih."

"Enggak kok. Gue seneng kok bisa ngajarin lo," ucap Regan sambil tersenyum manis.

Fayra melting di tempat. Kak Regan gak menderita diabetes kan? Kok senyumnya manis banget siiihhhh, ucap Fayra gemas dalam hati. Beberapa teman Fayra yang melihatnya sedang mengobrol dengan Regan sibuk mengodanya. Fayra jadi makin melting kan jadinya.

"Gak ke kantin?'' tanya Regan perhatian.

Aw. Salting kan gue ditanya kayak gitu. Aduh jadi pengen gigit sesuatu ini,gemas Fayra dalam hati.

"Lagi males, Kak. Tapi tadi udah nitip jajan kok sama Chesta," ucap Fayra sambil tersenyum lebar.

Jreng. Tiba-tiba Rivay datang sambil memetik gitar yang entah ia dapat dari mana. Ia duduk bersila di lantai tak jauh dari tempat Fayra dan Regan duduk.

Perasaan Fayra gak enak ini. Beberapa orang yang melihat hal tersebut, mulai menjadikan Rivay pusat perhatian.

Dia untukku, bukan untukmu

Dia milikku, bukan milikmu

Rivay mulai bernyanyi dengan suara yang tidak terbilang kecil. Ia memetik gitarnya dengan lihai sesuai dengan irama lagu yang ia nyanyikan. Beberapa murid di sekitar itu memperhatikan Rivay yang tengah khusyuk bernyanyi. Para siswi yang melihatnya terpekik tertahan, bahkan ada beberapa yang gak segan mengabadikan momen itu dengan cara memvideokannya.

Pergilah kamu, jangan menggangu

Biarkan aku mendekatinya

Sesekali Rivay melirik Fayra dan Regan yang masih duduk bersampingan. Fayra menganga dibuatnya. Sedang Regan menatapnya dingin.

Kamu tak akan mungkin mendapatkannya

Karena dia

Berikan aku pertanda cinta

Jadi janganlah kamu banyak bermimpi yo…

Rivay menghentikan aksinya. Ia lalu melewati Fayra dan Regan sambil menatap tajam ke Regan.

I-Itu maksudnya apaan coba? batin Fayra setengah kesal setengah gugup.

***