Chereads / Naksir Kamu [ Hiatus ] / Chapter 10 - Good news

Chapter 10 - Good news

"Pagi, Fay," sapa Regan ramah saat Fayra baru keluar dari tempat parkiran.

"Eh? Pa-pagi juga, Kak," jawab Fayra agak terkejut, tapi tentu girang bukan main. Pagi-pagi gini, Kak Regan udah setor muka aja sama dia.

"Bawa motor sendiri ya?"

"Iya, Kak." Mereka berjalan berbarengan menuju gedung kelas mereka.

"Wah sayang nih. Berarti gak bisa dong kita pulang bareng?"

A-apa? Fayra gak saah dengar kan? Kak Regan berarti secara gak langsung nawarin dia pulang bareng kan? Aaaaa mau. Kalo gitu, gue rela deh gak bawa motor sekalian biar bisa pulang bareng Kak Regan, batin Fayra.

"Nanti pacarnya Kak Regan marah lagi." Fayra harap-harap cemas menunggu reaksi dari Regan. Fayra sih ngrepnya Regan ngejawab kalau dia lagi jomblo sekarang. Please jawab kalo elo lagi jomblo, please jawab kalo elo lagi jomblo, Kak. Please! batin Fayra gemas sambil meremas-remas tangannya.

Regan terdiam cukup lama. Sekilas seperti ada raut wajah sedih di mukanya. Tapi ia cepat-cepat mengubahnya menjadi senyum lebar. "Gue gak punya pacar kok sekarang."

Hah? Demi apa? Serius Kak Regan gak punya pacar sekarang? Bukannya dulu punya? Berarti sekarang udah putus dong ya? Yes!

"Ckckck kasihan. Kita senasib lho, Kak." Kode itu, kode!

"Gue juga lagi single kok sekarang," celetuk seseoramg yang sekarang tepat berjalan di samping Fayra.

Mata Fayra membelalak melihat orang di sampingnya ini. Rivay, ia dengan santainya berjalan berdampingan dengan Fayra, tak menghiraukan kehadiran Regan.

"Gak ada yang nanya," ketus Fayra. Gagal ini aksi kide-kodeannya dengan sang gebetan.

"Cuma mau ngasih tau aja sih," ucap Rivay santai. "Lho lo ngapain ada di di sini?" tanya Rivay kepada Regan. Sekarang mereka bertiga sedang berjalan di koridor kelas sebelas.

"Mau nganterin Fayra ke kelas," jawab Regan.

Mata Fayra membelalak senang. Demi apa Regan mau mengantarnya ke kelas? Fayra girang bukan main itu. Rasanya kalau gak ada orang, dia mau loncat-loncat kegirangan di sini.

"Ng…."

"Wah makasih, Kak," ucap Fayra cepat memotong ucapan Rivay.

Rivay menipiskan bibirnya.

"Sama-sama." Regan tersenyum manis ke Fayra.

Fayra menggigiti bibir bawahnya gemas. Nggak tahannn…!! Kak Regan manis banget sih.

Mereka bertiga pun sampai di depan kelas 11 IPA 3. "Belajar yang rajin, ya," ucap Regan dengan tak lupa memamerkan senyumannya.

"O-oke," jawab Fayra gugup. Regan pun berbalik pergi setelah sempat memberi senyum manisnya pada Fayra yang masih bergeming di tempatnya.

"Ya ampun Kak Regan pagi-pagi udah buat jantung gue marathon aja. Aaaaaaa seneeeeng," ucap Fayra girang sambil loncat-loncat sendiri di tempatnya. Dia gak merasa kalau ada Rivay yang menatap tak suka ke arahnya. Ia lalu berjalan sambil bersenandung kecil masuk ke dalam kelas.

"Girang amat, Non," sapa Chesta begitu Fayra duduk di tempatnya.

"Iya dong, tadi pagi ketemu sama Kak Regan," ucap Fayra sambil tersenyum lebar.

"Aaaaaaa lo tau gak, Ches…."

"Nggak," potong Chesta cepat.

"Ih dengerin dulu!"

"Hehe, iya iya. Apa?"

"Kak Regan udah putus sama pacarnya. Aaaaaaa gue seneng banget ngedengernya, Chestaaaa." Fayra loncat-loncat girang sambil memegang kedua tangan Chesta.

"Hah? Yang bener?" Chesta ikut bangkit berdiri menghadap Fayra.

"Iya. Bener dong. Tadi Kak Regan bilanmg kalau dia lagi jomblo sekarang."

"Waaaah selamat, Fay. Akhirnya permintaan lo terkabul juga." Chesta ikut-ikutan melompat-lompat seperti Fayra.

"Kalo mau tinggi itu jangan lompat-lompat di sini dong. Cari alternatif lain kek," ucap Rivay menghentikan aksi lompat-lompat Chesta dan Fayra.

Fayra dan Chesta menatap galak ke arah Rivay.

"Gue gak salah ngomong kan?" Rivay menaikkan salah satu alisnya.

"Gak tau!" ketus Fayra. "Ke kelas Dira sama Sisil yuk, Ches. Gue mau cerita yang tadi sama mereka," ucap Fayra kembali antusias kepada Chesta.

Chesta mengangguk girang. "Yuk!"

"Caroline, makannya yang banyak, ya." Fayra mengelus-ngelus bulu halus Caroline yang berada di pangkuannya. Tangannya memegangi wortel yang sedang digigiti oleh kelincinya itu. Fayra saat ini sedang duduk bersila di lantai kamarnya.

Ponsel Fayra tiba-tiba bergetar, tanda ada pesan masuk. Fayra meraih ponselnya yang terletak di sampingya. Ia terkejut saat melihat siapa nama pengirimnya. Regan!

Malam, Fay. Udah tidur?

Fayra memekik tertahan setelah membaca pesan Line dari Regan. Tumben-tumben Regan mau mengirimi pesan duluan. Dulu, sebelum Fayra tahu kalau Regan udah punya pacar, ia sering mengirimi Regan pesan basa-basi tentang sekolah. Tapi setelah Fayra tahu kalau Regan waktu itu sudah punya pacar, ia berhenti deh ngerecokin seniornya itu. Fayra dengan cepat mengetik balasan pesan.

Malam juga, Kak. Belum nih.0

Fayra berharap Regan cepat membalas pesannya. Tak Fayra rasa, ia sudah memeluk erat Caroline. Caroline sendiri hanya bisa mengap-mengap atas tingkah tuannya ini. Fayra baru sadar saat Caroline mulai mengeluarkan cicitannya dan menggeliat minta dilepas.

"Aduh, maaf ya, Car. Gak sengaja." Fayra mengelus bulu Caroline lembut seraya minta maaf. Caroline sendiri pura-pura gak dengar sambil tetap terus memakan wortelnya yang sudah terkapar di lanatai akibat dilepas oleh Fayra tadi.

Ponsel Fayra bergetar lagi. Ternyata Regan cukup cepat juga membalas pesan dari Fayra.

Kok belum tidur, Fay? Ini udah hampir jam sepuluh lho 

"Aaaaa Caroline liat nih hape gue… liat!" teriak Fayra girang sambil menunjuk-nunjukkan layar ponselnya tepat di muka Caroline. "Kak Regan nanyain kenapa gue belum tidur Caaar, mana pake emot senyum lagi. Ih gemes…." Fayra mengguncang-guncang badan Caroline yang sedang sibuk makan. Ia lalu cepat melepas Caroline saat sadar kalau ia harus cepat membalas pesan itu.

Lagi ngasih makan Caroline, Kak.

Fayra sengaja tuh nyebut nama Caroline, gak langsung nyebut kelinci. Kan lumayan buat nambah-nambah bahan obrolan.

"Tuh, Car. Gue sebut-sebut nama lo noh. Seneng gak lo?" Fayra kembali mengguncang-guncang tubuh kelincinya. Caroline yang gak tahan segera menggeliat berusaha melepaskan tubuhnya. Setelah dilepas Fayra, ia segera masuk ke kandangnya.

"Carolin gitu deh. Cemburu ya karena gak ada pasangan? Hehe. Jangan ngambek dong Car."

Caroline diam saja mendengar ucapan Fayra. Mungkin kalau ia bisa berbicara, ia akan bicara kayak gini: 'Dasar sarap!'

Ponsel Fayra kembali bergetar. Dengan semangat menggebu-gebu, cepat-cepat ia membuka balasan pesan dari Kak Regan.

Caroline? Siapa?

Tuh kan. Rencana Fayra berhasil.

Kelinci Fayra, Kak.

"Caroliiiine, elo jadi topik pembicaraan nih," teriak Fayra yang tak dihiraukan oleh Caroline.

Wah, sejak kapan lo pelihara kelinci?

"Ih Kak Regan kepo deh," ucap Fayra girang sambil menggigitin bantal.

Sejak 4 bulan yang lalu, Kak. Kakak ada peliharaan juga?

Tak lama setelah pesan Fayra terkirim, ponselnya kembali bergetar.

Udah lama juga ya. Enggak. Udah malam nih, Fay. Tidur gih.

"Kak Regan perhatian banget sih. Iya pasti bentar lagi tidur kok, sambil mimpiin Kak Regan pastinya," ucap Fayra girang pada dirinya sendiri.

"Caroliiinnne, lihat nih Kak Regan nyuruh gue bobo sekaraang," Fayra menunjuk-nunjukkan layar ponselnya ke arah Caroline.

Iya, Kak. Kakak juga tidur gih.

"Caroline, gue mau tidur dulu, ya. Elo juga tidur, ya." Fayra mengelus-ngelus kepala Caroline sebentar lalu beranjak dari duduknya dan berjalan ke tempat tidur. Ia menggulingkan badannya miring ke kanan sambil memeluk guling. Senyum manis terukir di bibirnya.

Oke. Good night, Fay.

Dan senyumnya pun semakin lebar setelah membaca pesan tersebut.

***

"Kak," panggil Fido kepada Fayra setelah ia membuka pintu kamar kakaknya itu. Di atas kursi belajar, Fayra sedang duduk bersila menatap serius ke sebuah buku yang terletak di atas meja belajarnya. Fayra berdeham menjawab panggilan Fido.

"Kak…," panggil Fido lagi, berharap orang yang dipanggil memusatkan perhatiannya kepada dirinya. Kini ia sudah duduk di atas kasur Fayra memperhatikan kakaknya itu. Fido melirik ke arah buku yang sedang dibaca Fayra.

"Apa, Dek?" jawab Fayra yang masih fokus membaca buku di hadapannya tanpa menoleh sedikit pun ke arah Fido. Sesekali Fayra mengkerutkan keningnya lalu beberapa detik kemudian mengangguk-angguk mengerti. Lalu tiba-tiba tersenyum-senyum sendiri.

"Kakak…."

"Apaaa?"

"Baca novel aja kok serius amat sih, Kak?" omel Fido kesal.

"Ya dong. Ini namanya membaca dengan penuh penghayatan dek. Jadi Kakak bisa paham dengan cerita dalam novel ini, sehingga Kaka bisa membayangkan setiap kejadiannya seolah-olah terjadi di depan mata Kakak," jelas Fayra panjang lebar yang belum tentu disimak oleh Fido.

"Kakak cantik…," panggil Fido lagi.

"Ya?" jawab Fayra cepat sambil menolehkan kepalanya ke arah Fido.

'Akhirnya,' batin Fido lega. "Anterin Fido les dong Kak sekarang," pintanya.

"Huh?" tanya Fayra bingung.

"Anterin Fido les bahasa Inggris, Kakak. Sekarang udah jam setengah empat,'' jelas Fido berusaha meredam kekesalannya.

"Hah? Sekarang udah jam setengah empat? Kok cepet amat sih? Perasaan tadi Kakak baru duduk deh." Fayra yang baru sadar segera beranjak dari tempat duduknya dan mengambil cardigan yang tergantung di belakang pintu kamar.

"Keasyikan baca novel sih," dumel Fido pelan tak terdengar oleh Fayra yang tengah berjalan menghampiri Caroline di atas kasur.

"Dadah, Caroline. Jangan nakal, ya," pamit Fayra pada Caroline yang tengah sibuk bermain dengan mainan busa yang diberikan Fayra. "Yuk berangkat!"

Setelah mereka pamit ke Tante Rena, mereka pun segera berangkat ke tempat les Fido yang kira-kira ditempuh dengan perjalanan selama 20 menit. Fayra mengendarai motornya dengan santai membelah jalanan kota ini.

"Nanti jemput Fido jam setengah enam ya, Kak," ucap Fido setelah ia turun dari boncengan motor Fayra. Kini mereka telah sampai di depan gedung les Fido.

"Sip," jawab Fayra. Fido mencium punggung tangan Fayra lalu masuk ke gedung tempat lesnya. Fayra berpikir sejenak.

Satu setengah jam lagi ia harus kembali ke tempat ini, Fayra pikir daripada ia bolak-balik ke sini, lebih baik ia mampir saja ke toko buku yang terletak tak jauh dari tempat ini. Fayra segera melajukan motornya ke toko buku tersebut, berharap bisa menemukan beberapa novel bagus yang akan menambah koleksi novel-novelnya di rumah. Ia terus melajukan motornya menuju tempat yang dituju, tanpa merasa kalau ada yang mulai mengikuti.