Chapter 23 - 23

Setelah berabad-abad, Shin muncul lagi!

Happy Reading โค๏ธ

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..." Gior mengucapkan salam dengan segenap jiwa dan raga serta suara lantang.

"Selamat pagi menjelang siang, Kianna Augustephi, Mama mertua cantik..." jerit Gior lagi dari depan pagar rumah Kianna.

"Papa mertua yang belom kenalan," ucap Gior pelan ketika melihat Papa Kianna muncul dari balik pintu pagar.

Gior segera berlari mendekati papa Kianna yang berdiri di pagar lalu menyodorkan tangan untuk sungkem.

'Bisa kena pecat jadi pacar anak gadisnya kalo gak salim sama papa mertua,' batin Gior.

Andi meneliti penampilan Gior dari bawah sampai ke atas kepala. Tidak ada hal aneh yang ditemukannya, anak muda di depannya ini berpenampilan wajar, wajah benar seperti kata istrinya, ganteng di atas rata-rata, senyum sapa salamnya juga bagus, cara berpakaian bukan seperti berandalan.

Andi menatap lekat wajah Gior dengan ekspresi datar.

"Pa, eh, Om. Anu, belek saya udah gak ada lagi kan? Tadi soalnya sudah mandi bersih, pake sabun muka yang diiklan tipi itu," Gior memecah keheningan diantara mereka berdua.

"Ck! Kamu ini pacarnya Kianna?" tanya Andi tegas membuat Gior mengkeret di tempatnya.

Gior mengangguk kaku. "Iya, Om. Baru jadian kemarin. Niatnya saya mau izin dulu sama Om, tapi Om kerja jadi saya izin sama Tante aja,"

"Hmm... kamu artis?" tanya Andi dengan rait wajah datar.

Sepertinya Gior tahu dari mana asal muasal ekspresi triplek milik Kianna ketika melihat perwujudan papa Kianna.

"Bukan, Om. Saya Giorgio Fernandes, bukan artis," jawab Gior serius.

"Heh! Maksud saya, apa kerjaan kamu artis?" Andi mengulang pertanyaannya.

"Bukan, Om. Saya kerjaannya pelajar, bukan artis," jawab Gior lagi tanpa ragu.

"Allahuakbar!" Andi menggeram.

"Allah maha besar, Om." kata Gior.

"Gak gitu juga kali, Bambang!" kesal Andi akhirnya.

Gior meraih telapak tangan Andi dan menjabatnya erat.

"Om, nama saya Giorgio Fernandes, panggilannya Gior. Pacarnya Kianna Augustephie anak Om. Bambang itu temen saya, gebetannya temen Kianna namanya Andara, Om. Jangan ketuker, please ya, Om," Kelakuan Gior sontak membuat Andi geleng-geleng kepala. Benar-benar di luar dugaannya.

Andi melepas jabat tangan mereka dan berjalan masuk halaman rumahnya dengan diikuti oleh Gior yang sudah diizinkan masuk.

Keduanya duduk di kursi teras. Andi lagi-lagi memandang lekat Gior.

"Kamu yakin bukan artis?" tanya Andi lagi untuk ketiga kalinya.

Gior menggeleng. "Saya yakinnya cuma bisa jadi menantu Om aja,"

"Saya cuma pelajar Om, gak bakat jadi artis," lanjut Gior.

"Terus bakat kamu apa?" Andi menaikkan sebelah alisnya menatap Gior.

Remaja belasan tahun itu tersenyum tengil balas menatap Andi.

"Ngegombalin anak Om. Hehe... canda doang, Om!" Gior tertawa garing sambil menggaruk tengkuk kepalanya.

Andi mendengkus mendengar banyolan Gior. Pria paruh baya itu tampak menggeleng tanpa ekspresi.

"Pantes istri saya suka sama kamu. Ternyata modelannya begini," gumam Andi.

"Coba ceritakan sama saya, prestasi yang sudah kamu raih sampai detik ini," Andi menyuruh Gior dan cowok itu tampak begitu sumringah ketika disuruh melakukan itu.

"Prestasi yang menurut saya paling gemilang yang pernah diraih itu, Kianna nerima saya jadi pacarnya, Om. Perasaan saya terbalaskan setelah hampir 3 tahun cuma liat-liat aja. Ini serius ya, Om. Saya gak becanda, Om."

"Selebihnya ya prestasi biasa aja, Om. Menang basket, lomba cerdas cermat, jadi juara kelas, gitu-gitu aja." celoteh Gior.

"Kamu pintar?" Gior menoleh sambil cengengesan.

"Kata mama gak boleh sombong, Om. Jadi, biar orang lain aja yang nilai. Tapi kalo Om maksa ya saya harus jawab, yaiyalah saya pintar Om. Kan bintang kelas," jawab Gior cengar cengir.

"Dasar sombong. Saya kan gak maksa kamu jawab, cuma tanya aja," kata Andi datar.

"Astagfirullah. Saya itu kelewat jujur Om orangnya, jadi gak bisa bohong kalo ditanya orang, apalagi yang nanya calon papa mertua di masa depan," Gior mengangkat jari telunjuk dan tengah membentuk simbol V pada Andi.

Andi menggeleng melihat kelakuan pacar anaknya. Untung ganteng ngelebihinya kalo enggak mungkin sudah Andi usir jauh-jauh macem ayam tetangga.

"Om, om ngizinin Kianna pacaran sama saya kan, Om?" tanya Gior tanpa takut, Andi menoleh menelisik.

"Kamu bisa apa emangnya? Yakin gak nyakiti hati anak saya?" tanya Andi balik.

Gior menunjuk idungnya dengan telunjuk.

"Saya bisa semuanya, Om. Om mau saya ngapain? Saya bakal lakuin demi Kia, Om." kata Gior bersemangat.

"Nah, kalo masalah yakin gak nyakitin itu, saya gak bisa janji Om. Manusia tempatnya berbuat salah dan khilaf, kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Tapi sebisa mungkin saya berusaha gak bikin kecewa Kia, selama pacaran kalo bisa sampe selamanya. Aamiin,"

Gior mencolek lengan Andi sambil memperagakan cara berdoa, mengangkat kedua telapak tangan ke udara.

"Tolong bantu aamiin-in ucapan saya tadi, Om," kata Gior tanpa ragu dan lagi-lagi membuat Andi speechless dengan kelakuannya.

"Iya. Aamiin," ucap Andi dan Gior mendadak mesam mesem.

"Mau kamu ajak ke mana Kia hari ini?" tanya Andi kepo.

"Jalan-jalan, Om." jawab Gior.

"Ke Mall? Bioskop?" tebak Andi dan Gior menggeleng sambil cengar cengir.

"No, no, Om! Saya mau bawa Kia ke gerobak bakso di simpang tiga Taman Purbakala, Om," jawab Gior sangat percaya diri.

Andi tidak menyangka jika Gior akan membawa putrinya ke tempat yang super langka untuk remaja zaman now. Biasanya mereka menghabiskan waktu di Mall, bioskop atau bahkan kafe.

"Boleh kan, Om, saya bawa Kia ke sana?" tanya Gior tanpa ragu.

"GAK BOLEH!!" kata Andi tegas dan Gior tercengang. Wajah Gior menegang mendengar ucapan keras yang ke luar dari mulut calon papa mertuanya di masa depan itu.

'Gila! Perasaan tadi adem ayem aja. Biarpun hati gue kebat kebit liat kumisnya si Om naik turun, eh sekarang gue kena bentak dong. Aelaaah, nasip bener gue!' batin Gior.

Gior melirik takut-takut calon papa mertua di masa depannya itu. Andi menatap garang Gior membuat Gior menunduk takut. Cowok yang biasanya menjadi raja gombal kini sedang mengkeret di tempatnya.

"CIE... KENA PRANK!!" teriak Andi tiba-tiba sambil tertawa terbahak-bahak.

Mama Kia pun ikut ke luar dari balik pintu sambil tertawa lebar sembari menghapus airmata yang ke luar di matanya. Sedangkan Gior hanya bisa melongo takjub di buatnya.

"Muka kamu... HA HA HA... lucu banget, calon mantu mama yang ganteng di atas rata-rata," kata Fanny tetap dengan tawanya.

Gior menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia merasa bodoh karena ternyata papa Kia hanya mem-Prank dirinya.

"Jadi, calon papa mertua di masa depan cuma nge-Prank saya?" tanya Gior dan dijawab serentak anggukan Andi dan Fanny.

"Kamu gak boleh pergi sama Kia kalo pulangnya gak bawa bakso buat saya," ujar Andi setelah tawanya mereda.

Kia yang mengintip dari balik gorden jendela hanya bisa geleng-geleng.

'Ternyata papa bisa humoris juga, kirain kaku kayak kanebo kering,' batin Kianna.

"Tenang aja. Nanti Gior yang gantengnya di atas rata-rata bakal bungkusin porsi double spesial pula buat calon papa dan mama mertua di masa depan. Janji deh," Gior mengancungkan telunjuk dan jari tengahnya bersamaan.

"Awas ya kalo enggak. Mama ngambek," kata Fanny dengan nada merajuk.

"Ashiyaaaapp!" kata Gior.

"Ya sudah sana ajak Kia pergi," ucap Andi.

"Om, sebelum pergi saya punya teka-teki buat Om," kata Gior dan membuat Andi mengerenyitkan dahinya.

"Rel - rel apa yang bikin Gior seneng?" tanya Gior.

"Ya mana saya tau," jawab Andi enteng.

Gior menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan salah tingkah.

'Salah banget gue bikin tebak-tebakan sama orangtua,' batin Gior.

"Jadi apa jawabannya?" tanya Fanny antusias.

"Rel- Relain Gior pergi berdua sama Kianna, Om," Andi hanya ber-Oh ria bersama istrinya.

'Gak bapak gak anak, sama lempengnya. Hadeeeeh...' pikir Gior.

Kianna ke luar dari rumahnya dan menghampiri Gior beserta orangtuanya. Kianna tersenyum samar melihat ekspresi Gior yang speechless menghadapi papanya.

"Yuk, Kak, kita pergi sekarang," ajakan Kianna seperti angin surga bagi Gior. Cowok itu segera mengangguk sambil tersenyum lebar menampilkan deretan gigi putihnya.

Gior segera mengambil telapak tangan Andi untuk bersalaman sambil mencium telapak tangannya, karena tiba-tiba Andi terlihat shock.

"Om eh salah, calon papa mertua masa depan. Saya pinjem anaknya sebentar ya, Om eh calon papa. Saya janji nanti dibaliki utuh seperti sedia kala. Termasuk janji bawa bakso juga tadi," ucap Gior saat mencium telapak tangan Andi.

Andi hanya bisa menghela napas melihat kelakuan pacar anaknya itu.

"Sudah sana pergi!" usir Andi.

"Oke. Kami berangkat dulu, calon papa calon mama. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," pamit Gior sambil membukakan pintu mobilnya untuk Kia.

Di dalam mobil Gior menatap Kianna sambil melempar senyum sumringahnya.

"Kenapa Kakak ngeliatin Kia begitu?" tanya Kianna heran.

"Duduk di samping elo kayak gini, gue ngerasa mirip mentega," Kianna menaikkan sebelah alisnya mendengar ucapan Gior.

"Maksudnya?"

"Ya kayak mentega yang jatuh di atas wajan panas, langsung meleleh kalo liat kamu," Pipi Kianna mendadak blushing mendengar gombalan Gior yang gak pernah ada habisnya itu.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

Fiuuhh... setelah berabad-abad nyari mood buat ngelanjutin cerita ini!

Well, Shin gak bisa nulis kalo moodnya gak ada. Nulis cerita Gior itu kudu dalam keadaan yang super bahagia, otak rada miring dikit, biar khasnya Gior gak ilang, jadi kalo Shin gak update, itu tandanya Shin gak mood buat nulis dibanding nanti hasilnya gak banget.

Maklumi ya, ini emak2 yang berusaha buat bikin cerita anak ABG, jadi moodnya naik turun! wkwkwk

Udah deh... semoga mengobati kerinduan kalian ke Gior yang gantengnya di atas rata-rata.

Jangan males tinggalin jejak ih...!!

Kuy, komen dong ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚