Chapter 28 - 28

Happy Reading!

Ditunggu komen + Review + PS yang banyak

Kalo gak ngefeel harap maklum, yg nulis emak2

๐Ÿคง๐Ÿคง๐Ÿคง๐Ÿคง

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

Damayanti menegur Gior ketika melihat cowok itu membantu Kianna membawa bola basket.

"Kok lo yang bantuin? Lutfi mana?" tanya Dama pada Gior dan Kianna.

Sontak kedua remaja itu serempak menunjuk ke arah belakang, memberi tahu jika Lutfi ada di belakang mereka sedang membawa keranjang besi bola basket sendirian terseok-seok.

"Kenapa gak sekalian bantuin Lutfi bawa itu keranjang, kok elo malah cuma bawa bola basket satu doang. Lemah banget elo jadi cowok," ketus Dama.

Kianna mengkeret mendengarnya. Ternyata Dama begitu berani pada semua orang termasuk pacarnya, Giorgio.

"Bagus-bagus udah diringanin kerjaannya dibawain ini bola. Gue pemain basket inti, bukan panitia. Kenapa gak lo aja yg mikul tuh keranjang gak usah nyuruh orang," ucap Gior santai, tapi nyelekit.

Kianna menarik tangan Gior, memberi isyarat agar cowok itu mengerem mulutnya, tapi bukan Gior namanya jika diam saja.

"Lo jangan kejam-kejam nyuruh pacar gue kerja. Kalo dia sampe pingsan, awas aja! Gue dribel lo nanti," ucap Gior santai.

Dama memutar bola matanya. Ternyata memang benar apa yang digibahkan teman-temannya kalau Gior berubah jadi cowok super posesif dan cemburuan jika berhubungan dengan Kianna. Entah apa yang merasukinya sehingga berubah menjadi seorang seperti itu. Harus diakui memang hebat dan dahsyat pesona Kianna bisa bikin Gior klepek-klepek kayak ikan keabisan air.

"Iya! Lo bawel banget sumpah! Pergi sana," usir Dama dan Gior bergeming.

"Lo gak boleh capek-capek. Lo harus berdiri di pinggir lapangan sambil teriakin nama gue. Lo juga gak boleh kayak kipas angin, toleh sana sini. Cukup jadi AC aja yang fokus sama satu tempat yaitu gue. Inget dan tanamkan di pikiran kamu kalo Giorgio Fernandes itu adalah cowok paling ganteng di atas rata-rata yang ada," pesan Gior pada Kianna.

Dama dan Lutfi yang ada di sana bertingkah seperti orang mau muntah saat mendengarnya.

"Lo ingetkan semua pesan gue ini?" tanya Gior pada Kianna. Gadis itu mengangguk mengerti seperti anak sedang diberi nasihat oleh ayahnya.

"Good girl," Gior menepuk puncak kepala Kianna lembut.

"Udah kak Gior siap-siap aja, Kianna di sini aja gak kemana-mana," Kianna mendorong tubuh besar Gior agar pergi dari hadapannya untuk bersiap-siap karena sebentar lagi upacara pembukaan acara.

"Ashiyap bossque!" Gior memberi hormat pada Kianna. Kakinya melangkah namun, berhenti lagi dan berbalik menatap Dama dan juga Lutfi.

"Buat lo, Dama, awas aja bikin cewek gue capek. Dan buat elo, Fi, awas aja jadi orong-orong, gue pantau terus lo yah," setelah mengucapkan semua itu Gior berlari menjauhi Kianna, Dama dan Lutfi yang secara bersamaan menghela napas panjang.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

"Gior datang!" seru Paiman dan semua teman-teman squad-nya serta satu tim basketnya duduk rapi dan merapat di ruang ganti. Hening dan sunyi bak kuburan di dalam sana saat Gior melangkah masuk.

"Rapat dilanjut," ucap Gior dan semua memasang telinganya baik-baik.

"Kue mochi gue ampir aja digondol sama orong-orong alias adonan gagal. Kita udah kecolongan sebelum hasil rapat disahkan. Gue gak mau kue mochi gue, diembat sama kucing garong yang bakal datang ke sekolah kita lagi. Jadi, dengan ini, gue Giorgio Fernandes yang gantengnya melebihi kalian semua, menyatakan siaga satu untuk pengawasan serta penjagaan terhadap kue mochi gue,"

"Kalo ada yang lalai, sebagai hukumannya kudu traktir gue makan batagor dan teman-temannya sesuai hati dan mood gue, sepuasnya. Tapi kalo tugas dijalankan dengan baik, gue bakal beliin kuota kalian masing-masing yang unlimited merek Ashiyaaap. Untuk sinyal dan hape yang gak support beban ditanggung diri sendiri. Rapat berakhir. Terima kasih dan selamat bekerja keras," ucap Gior mengakhiri rapat pengaturan strategi penjagaan Kianna.

Hebatnya, semua teman-temannya yang satu golongan dan satu frekuensi dengan otak Gior yang alay upay iyuh, tidak ada yang protes bahkan mereka begitu semangat karena diiming-imingi kuota unlimited.

"Khusus buat Bayu, gue kasih bonus duit lima puluh ribu buat beli skincare. Dia gercep kasih tau gue tentang cengiran kuda liarnya si orong-orong," mendengar ucapan Gior, Bayu melompat-lompat kegirangan.

Semuanya bubar jalan dan mengambil tempat masing-masing sesuai hasil hompimpa mereka sendiri. Sedangkan Gior sudah berganti baju basket.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

"Seger banget, ya Allah," bisik Andara dan Kianna menoleh.

"Apanya yang seger?" tanya Kianna heran.

Keduanya duduk di tribun atas tempat favorit Kianna, tempat yang jarang sekali diduduki oleh orang lain. Tribun bawah dan tengah sudah hampir penuh sesak, teman-teman satu sekolahnya dan murid dari sekolah lain yang ingin menonton pertandingan.

"Itu, murid sekolah lain ternyata seger-seger, banyak yang kiyuuut, Ki," ucap Andara dengan antusias dan mata berbinar dan Kianna hanya menggeleng tanpa ingin menanggapi ucapan Andara.

Ponsel Kianna bergetar nama Alula muncul di layar ponselnya. Dahi Kianna berkerut, bingung tumben kakak kelasnya anggota cheersleader itu meneleponnya.

"Hallo...!" ucap Kianna agak keras karena disekitarnya cukup berisik.

"Hah? Di sini aja saya, Kak,"

"Tap---, hallo?" Andara menaikkan sebelah alisnya melihat ekspresi lesu Kianna.

"Kenapa?" tanya Andara.

"Kak Alula nyuruh aku buat ke bawah. Ke bagian kursi cheerleader," kata Kianna.

"Ngapain? Kamu disuruh jadi Cheerleader juga? Gak kebayang aku, Ki," tawa Andara menyembur begitu saja.

Kianna menghela napas beratnya dan berdiri berjalan menyeret Andara yang masih tertawa membayangkan Kianna memakai pom pom dan berteriak-teriak di pinggir lapangan.

Saat berjalan mengarah ke kursi anggota Cheers, Kianna tidak sengaja menginjak kaki seorang pemain basket yang menjadi lawan perdana sekolahannya.

"Maaf, Kak. Saya gak sengaja," ucap Kianna spontan.

"Kiaaa... dia ganteng!" pekik Andara tertahan sambil menggenggam kuat tangan Kianna.

"Iya, gak apa-apa," ucap cowok berwajah tampan, berkulit putih dari SMA Mulia Bakti tersenyum ramah pada Kianna.

Ketika Kianna menoleh dan hendak melanjutkan perjalanannya menuju kursi cheerleader sekolahnya, ternyata di dekatnya sudah berdiri Bambang, Paijo, Paiman, Bayu dan Edo yang menatap Kianna lekat.

"Astagfirullah, ini kenapa sih gayanya kayak bodyguard?" Andara yang lebih dulu menanyakan maksud dan tujuan mereka yang terkenal dan tergabung di Gior's Squad berdiri mengelilingi Kianna dan Andara persis bodyguard artis-artis kpop.

"Kue mochi diamankan. Segera meluncur ke lemari es!" ucap Bayu.

Bambang mendekati Andara dan mengambil telapak tangannya untuk digenggam.

"Udah gue keep yang satu ini," ucap Bambang pada rival basket sekolahnya yang sedang duduk berjajar rapi menatap mereka.

Bayu mendekati Kianna dan berbicara pada cowok yang tidak sengaja Kianna injak kakinya tadi.

"Fred. Ini udah taken punya cowok yang gantengnya di atas rata-rata sekolah ini. Jadi, jangan tepe-tepe sama nih cewek. Bahaya loh!" ucap Bayu dan Kianna melotot mendengarnya.

"Gue aja belom sempet ngajakin kenalan udah dapet warning duluan. Btw, salam kenal ya, cewek. Gue Fredinan, panggilan gue Fred. Makasih sudah ngotorin sepatu baru gue," ucap cowok ganteng itu.

Bukan Kianna namanya jika cewek itu akan memasang ekspresi malu-malu kucing dan salah tingkah. Gadis itu hanya diam tanpa ekspresi menatap Fred yang sedang tersenyum manis padanya.

"Salam kenal balik, Kak. Permisi dan maaf," ucap Kianna datar dan segera berbalik berjalan meninggalkan orang-orang aneh di sana.

"Kue mochi, super!" Paijo memberi kode dari headset yang ia pakai.

Baik Bambang, Paiman, Paijo terutama Bayu yang tertawa kencang melihat muka terperangah Fred dan teman-temannya melihat balasan Kianna yang super datar. Andara yang menyadari kepergian Kianna, segera berlari menyusul sahabatnya itu.

"Pikir ulang kalo mau sama kue mochi sekolahan kami," kata Paiman sambil menepuk pundak Fred yang masih terperangah.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

Gior menatap kedatangan Kianna di pinggir lapangan tidak bisa menyembunyikan cengiran khasnya. Pacarnya itu berdiri di samping para anggota cheerleader sekolahnya.

"Mantep betul, pacar lo, Gi. Selevel Fred aja doi nanggepinya B aja, coba kalo Alula and the geng yang di sapa Fred, gue yakin mereka pasti udah kelonjotan kayak orang sakau," kata Aris pada Gior.

Gior cengar cengir persis orang gila. Sepertinya ilmu semar mesemnya yang diritualkannya di semak semak sudah bekerja dengan baik. Melihat Kianna terlampau santai bahkan mengabaikan Fred, orang yang cukup membuatnya was-was karena kegantengan cowok itu hampir setara dengannya.

Terlihat Kianna sedang berbicara dengan Alula, kapten cheerleader sekolahnya dan Alula menunjuk Gior yang sedang berdadah ria ke arah Kianna dengan cengiran lebar. Cowok itu berlari mendekati pacarnya yang berhasil mengembalikan 105% semangatnya.

"Kenapa Kia disuruh berdiri di sini, Kak?" bisik Kianna saat Gior mendekatinya.

Gior masih cengar cengir sambil menaik turunkan alisnya memandang wajah Kianna.

"Kak... Kak Gior, Kak Gior kan mau main basket, kenapa Kia disuruh pindah ke sini? Di sana sama aja kok, bisa liat kakak main juga," ucap Kianna.

"Karena kalo elo di sana itu nakutin," jawab Gior.

Kianna mengerenyitkan dahi. "Nakutin kenapa?" tanya gadis itu bingung.

"Iya buat gue takut kehilangan elo," Kianna yang mendengarnya langsung menunduk malu, sedangkan anggota Cheerleader yang mendengarnya bersorak cie-cie.

"Cukup antartika aja yang jauh, Sayang. Antarkita jangan ya Kianna Cayang," ucap Gior.

"Kak Gior udah ah, sana balik ke lapangan aja. Kia malu," kata Kia pelan sambil menunduk memilin -milin jarinya.

"Baiklah. Kolak pisang tahu sumedang. Walau jarak membentang, cintaku tidak akan hilang," teriak Gior sambil berlari masuk ke lapangan.

Kianna menggeleng sambil memejamkan mata.

"Kadang beras kadang ketan, kadang waras kadang edan. Ya Allah, sabarkan hati Kianna," gumam Kianna bermonolog.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ