Chapter 27 - 27

Happy Reading!!

Selamat bercenat cenut hatinya

dan

Senam pipi serta bibir!

Gangguan kejiwaan tidak ditanggung BPJS jd hati-hati

๐Ÿ’ƒ๐Ÿป๐Ÿ’ƒ๐Ÿป๐Ÿ’ƒ๐Ÿป

Jangan lupa Komen, like and PS kayak biasa

Uhuiiiiiii

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

Kianna begitu sibuk mondar mandir membantu untuk menyiapkan segala macam keperluan di atas meja tamu kehormatan sekolahnya. Ya, hari ini sekolahnya mengadakan turnamen bola basket antar SMA swasta se-kotanya.

Acara ini pula terbuka untuk umum, siapa pun bisa masuk ke dalam sekolahnya untuk menonton pertandingan basket asal memiliki karcis yang dijual oleh panitia sekolahannya.

Kianna memang bukan anggota OSIS, tapi ia dipilih untuk menjadi perwakilan kelas turut andil membantu keberlangsungan acara yang sekolahnya adakan. Gadis itu diperbantukan di bagian seksi perlengkapan.

Tanpa banyak bicara, Kianna bekerja dengan tekun dan ulet. Ia bahkan memilih untuk berangkat ke sekolah sendiri diantar papanya ketimbang pergi bareng Gior yang akan sibuk juga seharian ini.

"Ki, jangan lupa nanti siapin bola basketnya enam aja buat ditaruh di dekat lapangan ya. Minta tolong Lutfi buat angkatin keranjang isi bolanya. Kita pake bola basket yang baru semua ya, yang lama simpen aja," perintah Dama untuk Kianna.

"Iya Kak," jawab Kianna.

"Lo tau Lutfi kan?" tanya Dama lagi.

"Kak Lutfi temennya kak Ridwan kan Kak?" Kianna balik bertanya.

"Yup! Betul sekali. Ya udah sana lo cari Lutfinya bilang gue yang nyuruh," usir Dama dan Kianna segera berlalu dari pandangan ketua seksi perlengkapan itu.

Damayanti sendiri dipilih sebagai ketua seksi perlengkapan karena ia tegas dan terkenal kejam. Dia juga suka banget merintah orang lain. Tidak peduli senior atau juniornya semua sama rata.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

"Kak Lutfi..." panggil Kianna saat melihat Lutfi sedang ada di depan kelas pacarnya. Lutfi yang dipanggil menoleh begitu juga cewek manis yang berada di samping Lutfi.

"Maaf ganggu waktunya," ucap Kianna sopan.

"Kenapa dek?" tanya Lutfi heran sekaligus sedikit antusias.

Kianna tersenyum pada pacar Lutfi dan beralih pandang ke Lutfi.

"Pesan kak Dama, Kia harus nyiapin bola basket ke pinggir lapangan, tapi Kia gak kuat harus bawa keranjangnya. Jadi, Kia mau minta tolong kakak buat angkatnya," jelas Kianna jujur.

Pacar Lutfi memasang ekspresi tidak bersahabat. Gadis itu terlihat tidak menyukai kehadiran Kianna di sana apalagi mengganggu mereka yang sedang asyik pacaran.

"Oh, oke!" Lutfi langsung berdiri cepat dan pamit dengan pacarnya. Kianna hanya bisa menunduk sopan, permisi dengan gestur tubuh pada pacar Lutfi.

Kianna dan Lutfi berjalan bersisian menuju gudang penyimpanan bola basket. Wajah Lutfi terlihat begitu cerah ceria sedangkan Kianna seperti biasa ekspresi datar dan tidak banyak bicara. Benar-benar pemandangan yang kontras untuk dilihat.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

Gior and Squadnya sedang melakukan rapat kecil-kecilan di tangga menuju kelas Kianna. Gior sedang menyusun siasat agar penjagaan terhadap pacarnya diperketat. Ia begitu khawatir ancaman yang akan muncul ketika pihak-pihak luar sekolahnya masuk ke dalam lingkungan sekolah melalui acara pertandingan basket ini.

Lebay! Memang sudah khas Gior tentu saja. Baru saja mau memberikan arahan pada Paiman, ponsel Gior bergetar ada panggilan masuk yang ternyata dari Bayu.

"Woi, Bro! Lapor! Siaga satu. Kue mochi elo lagi melangkah bersama orang yang pernah gagal meraih cinta kue mochi elo. Alarm bahaya, tikungan tajam setajam mulut netijen. Pemuda itu menampilkan cengiran kuda liar. Apa yang harus daku lakukan?" Gior mengepalkan tangan saat mendengar laporan dari Bayu di telepon.

"Diem di sarang, terus keker mangsa, senggol dikit langsung tembak. Gue meluncur ke sana, siapin landasan," balas Gior sambil menggeram. Cowok itu menutup teleponnya dan menyimpan dalam saku celananya.

"Kenawhy, Gi?" tanya Bambang.

"What happen, Bro?" Paijo ikut kepo.

"Gue kecolongan kue mochi gue mau diembat sama adonan gagal. Sialan! Udah, rapat bubar," Gior segera meninggalkan teman-teman squadnya.

Baik Bambang, Paijo, Paiman dan lain-lain ikut berlarian mengekor Gior meskipun mereka tidak begitu paham apa yang dimaksud Gior tadi. Kue mochi, adonan gagal, mereka pikir Gior akan mengarah ke kantin atau stan-stan makanan yang mulai dibuka, tapi ternyata Gior berlari menuju gudang penyimpanan alat-alat olahraga.

"Bangke! Emang kue mochi ada di dalem gudang?" umpat Bambang sambil ngos-ngosan.

"Sekurang kerjaan itu bikin adonan kue dalem gudang, ya rabb!" timpal Paiman.

Dan yang lainnya berhenti sambil mengatur napas mereka yang ngos-ngosan mengejar Gior yang kini masuk ke dalam gudang.

Bayu berjalan santai mendekati teman-temannya. pria sedikit kemayu itu menyodorkan tisu yang selalu ia bawa ke mana-mana.

"Kalian ngapain lari-larian? Belom juga mulai pertandingannya," tanya Bayu heran.

"Nyari kue mochi - adonan gagal!" jawab mereka berbarengan. Bayu mengangkat kedua alisnya mendengar ucapan teman-temannya.

"DASAR GOBLOK!!! Malu-maluin kelas unggulan aja kalian ini, astagfirullah. KE-TER-LA-LU-AN!!" umpat Bayu.

Semuanya saling toleh satu sama lain. Kesal dengan umpatan Bayu, Paiman melemparkan sepatu kirinya ke arah cowok gemulai itu.

"Ya BANGKE! Bukannya ngejelasin malah ngatain, mulut lo ntar gue pakein pampers baru tau rasa," ucap Paiman emosi.

Bayu ngakak sambil menjinjing jijik sepatu Paiman yang baunya nauzubillah, tai ayam aja kalah bau dengan sepatu itu.

"Najis! Sepatu lo, berapa abad gak dicuci sih? Bau banget, njir!" Omel Bayu sambil melemparkan sepatu Paiman ke arah yang empunya.

"Baru sebulan, Nyet!" jawab Paiman tanpa dosa.

"Kenapa kalian malah bahas sepatu sih. Kita kan lagi kepo sama kue mochi dengan adonan gagal," kata Bambang menyudahi adu argumen sepatu bau kembali ke pembahasan awal.

"Kue mochi itu kata sandi Kianna, adonan gagal itu si Lutfi, kayak begitu aja kalian ini gak ngerti, gimana bisa lulus Universitas Cambodia. Hal kecil begini aja lola, loading lambat," jelas Bayu dan semua ber-oh ria.

"Pantes Gior kayak cacing kena api, kepanasan," gumam Paijo dan semua mengangguk setuju.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

"Eheeem..." Gior berdeham cukup keras dan berhasil mengagetkan Kianna dan juga Lutfi yang sedang mengambil bola basket. Keduanya sontak menoleh ke sumber suara.

Kianna melotot horor melihat penampakan Gior di sana begitu pula Lutfi, wajahnya menjadi tandus kembali.

"Kak Gior ngapain ke sini?" tanya Kianna terlebih dahulu sambil berjalan menuju Gior berdiri dengan menenteng dua bola basket di kanan kiri tangannya.

"Lagi mantau pergerakan orong-orong yang cukup gesit," ucapnya tanpa ekspresi dan menatap Lutfi cukup tajam.

"Orong-orong? Bukannya Kakak mau tanding basket nanti, kok malah nyari orong-orong, kan pelajaran Biologi atau apapun itu ditiadakan beberapa hari ke depan," kata Kianna polos.

Ambyar sudah emosi Gior mendengar pertanyaan Kianna. Cowok itu hanya mengembuskan napas pasrah sambil mengelus dada.

'Polos banget ya Allah pacar gue! Tulalit pula sama isyarat bahasa yang dipake ini. Ampun... ampun!' batin Gior sambil menatap Kianna.

Gior mengabaikan ucapan Kianna dan fokusnya kembali pada Lutfi yang P2T2 ( Pura-pura tidak tahu ).

"Pantesan alarm ninu ninu gue bunyi, ternyata oh ternyata lo sedang berduaan dengan pacar gue," sindir Gior.

Lutfi terkekeh mendengar ucapan Gior. Dia baru tahu kalau ternyata Gior aslinya pencemburu berat.

"Gue baru tau kalo elo ini pencemburu akut. Gue gak ngapa-ngapain cewek elo. Gue cuma ambil bola basket doang ini atas titah Damayanti," jelas Lutfi.

"Hmm... ya, karena ada gue elo gak jadi ngapa-ngapain, coba gue lalai dikit aja, lo pasti nyalip pake ilmunya Marc Mรกrquez," kata Gior.

"Gue nyalip pake ilmu santet sekali pun, kalo cewek lo gak tergoda cuma lempeng aja, ya gagal aja ilmunya," ucap Lutfi dan Gior mengangguk-angguk setuju.

"Bener juga kata lo," timpal Gior.

Kianna yang sedang jadi bahan perbincangan lagi-lagi hanya diam memperhatikan. Apa dia termasuk makhluk tak kasat mata di pandangan Gior dan Lutfi, kenapa kedua cowok itu selalu bergibah di depannya tanpa memikirkannya.

"Kak Gior mending siap-siap ke ruang ganti deh. Gak lama lagi acaranya mau mulai. Lagian juga, ini kerjaan kalo gak diselesaiin cepet, nanti Kia sama Kak Lutfi kena marah Kak Dama," ucap Kianna menarik Gior menuju pintu keluar gudang.

"Astagadragon, gue diusir," gumam Gior.

"Gak diusir, Kak. Cuma Kia ingetin aja, Kianna gak mau kena marah Kak Dama cuma gara-gara Kak Gior cemburuan gak jelas gini. Kianna gak ngapa-ngapain sama Kak Lutfi, cuma ambil bola basket doang. Suer!" Kianna mengancungkan dua jari, telunjuk dan manisnya ke arah Gior.

Gior yang ganteng di atas rata-rata terkekeh melihat wajah melas Kianna.

"Oke deh. I trust you," kata Gior pada Kianna.

"Tapi gue gak trust you, Fi. Denger ya, lo tepe-tepe (tebar pesona) sama cewek gue awas aja. Alarm ninu ninu gue bisa kapan aja bunyi," ancam Gior serius dan Lutfi segera mengancungkan jempol.

Kali pertama Lutfi melihat Gior yang biasanya pecicilan serta teramat santai, kini mendadak serius hanya karena Kianna, adik kelas yang pernah ia taksir. Secinta itu kah, Gior pada Kianna.

Gior mendekati Kianna dan mengambil bola basket yang tadinya dipegang Kianna ke tangannya.

"Gue anterin ke lapangan, ntar orong-orong biar nyusul aja," kata Gior memberi isyarat agar Kianna berjalan di sampingnya.

Gadis itu hanya menurut tanpa mau menyela. Hatinya bahkan sedang jaipongan ketika mendengar ancaman serius yang diberikan Gior pada Lutfi. Ia tidak menyangka jika, Gior akan melakukan semua itu. Biasanya cewek-cewek di novel akan kesal kalau pacarnya cemburuan atau posesif, tapi tidak untuk Kianna. Gadis itu malah senang bukan kepalang.

'Berasa hidup di dalam cerita novel remaja romantis jadinya,' batin Kianna sambil tersenyum simpul.

๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

Yuhuu~

Hari ini gak ada gombal gembel Gior!

Doi lagi mode cembokuurrr ๐Ÿ˜†๐Ÿ˜†

Bisa gitu cembokur sama org yang gagal dapetin hati Kianna! Ngaco emang Gior!

Kuy... Komen + Vote + PS yang banyak terus, biar Shin semangat ngerjain cerita ini ๐Ÿ’ƒ๐Ÿป๐Ÿ’ƒ๐Ÿป๐Ÿ’ƒ๐Ÿป