Gong Xi Fa Cai
Selamat imlek untuk semua pembaca Shin yang merayakannya ๐ฎ๐ฎ๐ฎ๐๐๐๐๐๐๐
Happy Reading โค๏ธ
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Gior menurunkan kaca mobilnya benar-bebar sampai bawah. Semua orang bahkan bisa melihat dengan jelas isi dalam mobil tersebut. Kianna menganga terkejut atas apa yang dilakukan Gior ini.
"Kenapa kacanya dibuka lebar banget, Kak?" tanya Kianna bingung.
Gior tersenyum sambil mengangguk dan juga mengisyaratkan agar Kianna tetap tenang.
"Permisi, Pak. Saya Gior, pacarnya anak Bapak Andi. Jadi, nanti Bapak, ingetin yah plat mobil saya ini. Nanti saya kenalin juga sama plat motor scoopy dubidubidu punya saya. Saya bakal sering mondar mandir komplek ini soalnya, Pak. Biasa jemput pacar kesayangan," Satpam komplek yang Kianna tahu namanya Kardun hanya melongo mendengar ucapan Gior yang panjang lebar.
"Pak, kita kenalan dulu sambil salaman biar afdol. Nama Bapak siapa?"
"Nama saya Kardun, Mas." Gior mengangguk.
"Mas artis ya?" tanya Kardun ragu.
"Saya bukan artis, Pak. Saya ini pacarnya Kianna, anaknya Pak Andi. Giorgio yang gantengnya di atas rata-rata,"
Lagi-lagi satpam tersebut diam, mungkin bingung kenapa ada manusia seaneh Gior.
"Tapi Masnya ganteng banget," kata Kardun datar mengamati wajah Gior yang cengar cengir.
"Biasa aja, Pak. Tapi gimana ya, emang adonannya udah kualitas super sih jadi, wajar aja jadi begini," jawab Gior santai dan Kianna hanya menepuk dahinya mendengarnya.
"Ya udah ya, Pak. Nanti kapan-kapan kita ngobrol lagi. Saya mau pergi dulu. Assalamualaikum," pamit Gior.
Kardun masih diam melongo melihat Gior pergi meninggalkannya. Gior melirik Kardun dari kaca spion hanya tersenyum.
"Bapak satpam komplek lo aja terpesona liat gue. Jadi, sangat wajar kalo elo juga suka sama gue, ye gak, Cayang!" kata Gior narsis.
Kianna menautkan alisnya sambil menahan senyum mendengarnya.
"Iyain biar Kakak seneng," jawab Kianna sekenanya.
"Baksooo... time!" seru Gior.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
Pasangan muda mudi yang baru saja jadian itu sudah duduk lesehan di pinggir jalan di bawah rindangnya pohon akasia. Gior yang memesan bakso spesial komplit pake semuanya, sedangkan Kianna memesan bakso biasa tanpa mie dan juga bawang goreng.
Gior melongo melihat bakso Kianna.
"Yakin cuma makan bakso biasa?" Kianna mengangguk.
"Lo gak lagi diet kan, Ki?" Gadis itu menggeleng.
"Gila! Makan lo hemat banget. Bisa cepet kaya kalo kayak begini," ujar Gior.
Kianna memulai makannya dengan tenang. Berbeda dengan Gior yang matanya sibuk ke sana kemari melihat sana sini.
"Kak Gior lagi nyari orang?" tanya Kianna penasaran.
"Enggak!"
"Kenapa dari tadi tolah toleh sana sini terus?" tanya Kia lagi.
Gior menoleh lantas tersenyum sumringah.
"Aciee... Perhatian ni yee... Cemburu ya? Aduduh... senangnya!" seru Gior tiba-tiba.
Kianna menggeleng sambil kembali memakan baksonya.
"Gimana baksonya? Rasanya apa?" tanya Gior memecah keheningan diantara mereka.
Kianna berhenti mengunyah lalu menoleh Gior dengan tatapan datar.
"Rasanya? Rasa bakso," jawab Kianna santai dan Gior menepuk dahinya sambil tertawa terbahak sampai terbatuk-batuk.
"Anjir, lo lawak banget sih, Cayang,"
"Ya kali, bakso rasa gado-gado," Kianna mendadak kikuk.
"Abis ini kita ngobrol serius ya," kata Gior yang seketika sudah mengubah ekspresinya menjadi lebih datar.
Kianna mengamati Gior dari samping, apa cowok itu punya dua kepribadian. Tapi pemikiran itu segera ditepis Kianna dan ia melanjutkan kunyahan baksonya yang masih setengah itu.
"Kak, Kia boleh pinjem kunci mobilnya gak? Kia mau ambil tisu di tas," kata Kianna dan Gior memberikan kunci mobilnya.
Ponsel Kianna tergeletak di meja. Tiba-tiba ada satu notifikasi masuk ke dalam ponsel itu.
+62 8171234567
Yang, telepon sekarang. Penting! Ke nomor ini aja.
Mendadak rasa bakso yang Gior kunyah menjadi hambar. Ia menggeram kesal karena tidak sengaja membaca notifikasi itu.
Di otak cowok itu mulai berseliweran perkiraan ini itu. Apa mungkin Kianna selingkuh darinya? Apa mungkin Kianna sebelumnya sudah punya pacar, tapi kasihan padanya lantas menerimanya? Siapa sontoloyo yang sudah kirim WA itu ke Kianna?
Kianna kembali dan menyodorkan kunci mobil beserta tisu pada Gior.
"Kakak kenapa? Kok mukanya kayak kesel begitu?" tanya Kianna polos.
Gior hanya diam tidak menggubris pertanyaan gadis manis di sebelahnya itu.
"Nih, tisu," Kianna menyodorkan tisu ke depan Gior, tapi lagi-lagi cowok itu mengabaikannya.
Kianna menggigit bibirnya dalam. Ia ragu untuk melakukan hal yang sebenarnya lumrah dalam hubungan pacaran. Ia memandang tisu di tangannya.
Dengan memberanikan diri, Kianna mengelap keringat Gior yang ada di dahi kiri cowok itu dengan tangan gemetaran.
Gior terpaku, badannya kaku. Sentuhan tisu Kianna memberikan efek luar biasa pada tubuhnya. Jantungnya berdisko ria, kepalanya pun terasa kaku untuk menoleh ke arah Kianna.
Ia berasa sedang mimpi. Kianna yang ia kenal sebagai cewek super tidak peka dan cuek serta pemalu mendadak menjadi pacar yang manis. Perlakuan kecil Kianna sukses mengubah mood Gior kembali menjadi baik.
"Lo emang gak ada bedanya sama pesawat," ucap Gior tiba-tiba membuat Kianna cepat menarik tangannya.
"Maksudnya?" tanya Kianna polos.
"Ya, karena sama-sama bikin gue terbang melayang," Kianna memutar bola matanya namun, pipinya memerah mendengar gombalan receh Gior.
Gior tersenyum manis padanya.
"Lo sudah kelar makannya?" Kianna mengangguk.
"Ya udah, yuk, kita pindah tempat lain yang lebih enak buat ngobrol," Gior mengulurkan tangannya ke depan Kianna.
Kianna hanya diam memandang telapak tangan Gior, bingung harus bertindak seperti apa.
"Ck! Ayo gandengan, masa kalah sama kereta api," Gior meraih tangan Kianna dan menggenggamnya erat.
"Bang, sisain bakso spesial empat bungkus ya. Nanti saya balik lagi ke sini ngambilnya. Saya mau pergi pacaran sebentar," kata Gior pada penjual bakso sembari memberikan dua lembar uang seratus ribuan.
Penjual bakso mengancungkan jempol pada Gior.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
"Kita mau ke mana lagi, Kak?" tanya Kianna setelah mereka masuk ke dalam mobil.
"Jalan-jalan," jawab Gior singkat.
Hatinya masih mendidih perih, mengingat isi chat yang muncul di ponsel Kianna. Gadis itu terlihat panik ketika membaca pesan di ponselnya.
Kianna menempelkan ponselnya ke telinga membuat Gior berdecih kesal.
'Anjir! Selingkuh terang-terangan banget ini! Keterlaluan, emang!' batin Gior.
Kianna menelepon seseorang dengan suara super mini, telinga Gior pun berasa tidak berfungsi karena sama sekali tidak bisa mencuri dengar isi pembicaraan itu. Gior heran, apakah Kianna dan yang di telepon itu menggunakan bahasa batin atau bahasa isyarat. Luar biasa sekali.
Wajah Kianna mendadak berseri-seri ketika telepon ditutup. Gior lagi-lagi berdecak kesal melihatnya.
"Siapa yang lo telepon?" tanya Gior ketus.
Kianna menoleh dan tersenyum manis. "Oh, itu ---"
"Gak usah jawab deh. Males dengernya!"sela Gior dan membuat Kianna menyatukan alisnya tampak bingung.
'Kak Gior kenapa banget deh, dari tadi aneh!' batin Kianna.
Mobil berbelok ke sebuah taman kota. Di sana cukup ramai, Kianna mengamati sekitar dan kembali melihat Gior yang tidak ada tanda-tanda ingin turun dari mobilnya.
"Kita gak turun, Kak?" tanya Kianna.
Gior menggeleng dan mendesah sambil menggenggam erat setir. Kianna mengangkat sebelah alisnya heran dengan tingkah Gior hari ini, yang biasanya cerah ceria mendadak mendung mengikuti cuaca hari itu.
"Kak Gior sakit perut ya?" tanya Kianna.
Hari ini sepertinya, Kianna lebih ekspresif dibandingkan biasanya. Gadis itu lebih banyak bertanya pada Gior dibanding diam.
"Lo beneran suka sama gue?"
Pertanyaan Gior mendadak membuat Kianna bingung sekaligus deg-degan. Ekspresi Gior terlihat sangat datar, benar-benar bukan Gior yang biasanya jadi raja gombalnya Kianna.
Kianna bingung harus mengatakan apa. Dalam hatinya sudah bersorak sorai mengiyakan pertanyaan Gior, tapi tentu saja otak dan mulutnya selalu tidak sejalan.
Kianna hanya mengangguk pelan dan Gior mendesah lagi.
"Lo nulis cerita di aplikasi itu beneran tentang Kita? Atau hasil halu lo doang?" tanya Gior lagi.
"Kenapa tiba-tiba Kakak nanya begini?" Kianna balik bertanya karena heran.
"Karena gue takut cuma gue yang cinta sendirian di hubungan kita ini," jujur Gior yang berhasil membuat Kianna terkesiap.
Gadis itu tidak menyangka jika jawaban itu yang akan diucapkan oleh Gior padanya. Ternyata Gior memang se-blak-blakan itu mengungkapkan perasaannya.
"Lo tau gak, Ki. Gue semaleman nebak-nebak apa yang sebenernya elo rasain ke gue. Apa elo nerima gue karena kasihan doang, apa gimana. Mangkanya gue mau ngobrol serius tentang ini," jelas Gior.
Kianna mengibas-ibaskan telapak tangannya sambil memandang Gior sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Kia gak seperti yang Kakak pikirin itu," elak Kianna.
Kianna memilin-milin jari tangannya. Bingung harus menceritakannya bagaimana, ia tidak ingin pujaan hatinya salah paham atas sikap pasifnya itu. Tapi untuk berkata jujur ia malu, jika diam saja gadis itu takut pacarnya itu akan minta putus.
Gadis berwajah oriental itu memutar tubuhnya dan menatap Gior lekat sambil merapalkan doa di dalam hatinya.
"Kia gak seperti yang Kakak pikir. Kia nerima Kakak yah karena Kia su- suka sama Kakak. Bukan karena Kia kasihan. Itu kalimat yang salah," ungkap Kianna berani.
Gior menoleh Kianna masih dengan wajah datarnya.
"Yang elo tulis itu? Tentang gue? Apa cowok--,"
"Tentang Kia sama Kak Gior. Bukan tentang orang lain," Kianna menyela cepat dan Gior hanya ber-oh ria menanggapinya.
'Wah, kenapa cuma oh doang sih! Aku salah apa ini, ya Allah,' batin Kianna.
"Kianna iseng nulis semua itu. Kia pikir Kakak gak akan mungkin baca, apalagi sampe tahu kalo itu Kia yang nulis. Kia nyesel nulisnya, karena Kakak tahu sekarang kalo Kia nulis tentang Ki--- ta," jelas Kianna.
"Lo mengangsumsikan sesuatu yang lo sendiri belom tahu kebenarannya," ucap Gior.
"Gue naksir elo udah dari hampir tiga tahun lalu. Masalah perasaan gue gak perlu diraguin lagi. Tapi elo... gak tau deh," curhat Gior.
"Kia kan juga naksir Kakak dari hampir tiga tahun lalu," lirih Kianna.
Gior mendesah. "Tapi elo baru beberapa hari jadian udah selingkuh," ucapan Gior sukses membuat Kianna melotot.
"Aku? Selingkuh? Sama siapa?" kaget Kianna.
Gior mengedikkan dagunya menunjuk ponsel yang sedang berada dalam pangkuan Kianna.
"Ini?" Kianna mengangkat ponselnya dan Gior mengangguk.
"Kakak cemburu sama hape aku?" tanya Kianna mulai lambat loadingnya.
Gior memutar bola matanya mendengar pertanyaan Kianna.
"Yang lo telepon tadi siapa? Kenapa dia panggil lo sayang sayang pala peyang? Itu selingkuhan lo, kan? Lo mendua ya?" cecar Gior dan Kianna hanya melongo mendengar tuduhan itu.
Kianna menggaruk kepalanya yang tidak gatal, bingung sekaligus aneh dengan tudingan Gior padanya.
"Maksud Kakak yang Kia telepon barusan ini?" Gior tampak tak acuh.
Kianna tersenyum tersipu membuat rona di pipinya kembali muncul.
"Kak Gior salah paham. Itu Kinno, abangnya Kia." Sekarang gantian Gior yang melotot terkejut mendengar penjelasan Kianna.
"Lo punya sodara kembar? Pinokio?"
"Kinno Kak. Dia abang Kia, bukan sodara kembar. Dia udah kuliah," jelas Kianna.
"Jadi, dia bukan selingkuhan apa pacar lo, kan? Serius nih?" Kianna menggeleng tegas.
"Bukan, Kak. Kinno abangnya Kia. Kianna gak punya pacar selain Kak Gior,"
"Alhamdulillah kalo kayak gitu. Hati elo harus kayak kapasitas motor kalo sama gue," ucap Gior sedikit sumringah.
"Kenapa begitu, Kak?"
"Iyalah. Jadi, isinya cuma kita berdua aja," jawab Gior dan Kianna menggeleng menanggapinya.
"Makan bakso dua mangkok, sudah itu makan bubur," Gior memulai pantunnya.
Kianna menunggu lanjutannya, tapi Gior hanya diam.
"Terus? Lanjutannya?" tanya Kianna penasaran.
Gior nyengir lebar. "Alhamdulillah kenyang," Kianna melongo dibuatnya.
"Ya iyalah, makan bakso dua mangkok terus makan bubur, ya kenyang dong," Gior tertawa terbahak.
'Kampret! Kutil badak, kirain mau pantun gombal,' keluh Kianna di dalam batinnya.
Keduanya diam.
"Kak Gior tadi bilang suka sama Kia sudah lama. Sejak kapan?" tanya Kianna.
"Cieee... kepo yah? Pembaca lo juga pasti kepo kan? Gue belom mau cerita sampe umur pacaran kita tepat sebulan. Pas ngerayain monthsary gitu, nanti gue ceritanya. Semuanya," jawab Gior.
"Bilang sama pembaca lo. Harus sabar nungguin cerita dari Giorgio yang gantengnya di atas rata-rata ini, kapan mulai naksir elo. Gak boleh buru-buru, ntar ceritanya cepet ending," gelak tawa Gior membahana di dalam mobil dan Kia hanya bisa mengulum senyumannya.
"Nenek-nenek udah pikun, kalo bengong matanya belo. Walau sampai kapanpun, gue akan mencintai elo," Gior mencolek lengan Kianna.
Pipi Kianna bersemu merah merona macem udang rebus.
๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ๐ธ
yang penasaran sama visual Gior, kuy kepoin Fb Shin : Bebbyshin atau Instagram Shin : @Akubebbyshin