Helga dan Charlie sibuk membuat kopi untuk mereka berdua di dapur. Helga merasa dirinya sejak tadi diperhatikan oleh Charlie.
"Apaan sih lihatin aku mulu dari tadi"
Charlie kemudian menghampiri Helga dan menaikkan hoodie sweater Helga, dan tersenyumlah dia melihat gadis kelinci di hadapannya sekarang.
"Jangan diturunin, kamu cocok pakai itu", Helga hanya cuek dan menaikkan bahunya, tetap sibuk membuat kopi.
Helga dan Charlie kemudian duduk berdua di kursi meja makan menikmati kopi mereka.
"Helga, kamu kan lulusan hukum. Kok bisa sih kamu lebih memilih jadi redaktur majalan?"
"Yah, karena aku mau pekerjaan ini aja. Dan buktinya, aku suka sama pekerjaanku"
"Tapi yang aku dengar, kamu kemari resign yah dari majalah Bright Sun?"
"Yah, sejak masalah aku ini, mungkin lebih baik aku resign aja. Masa magang aku kan cuma dua bulan dan gak ikat kontrak"
"Oh gitu. Tapi, kalau kamu butuh pekerjaan jadi redaktur majalah lagi, kamu bisa kerja di perusahaan majalah aku"
"Lho, bukannya kamu CEO perusahaan telekomunikasi?"
"Sebenarnya, aku presdir dari Putra Mahkota Grup, menggantikan kakek menjabat"
"Oh, jadi kamu sekarang presdirnya?"
"Iya"
"Emangnya PMG punya perusahaan majalah?"
"Fashion Diamonds", mendengar itu, Helga hampir saja memuncratkan kopi yang diminumnya.
"What? Fashion Diamonds? Majalah fashion terbesar se negeri ini kan?"
"Bagaimana, kamu tertarik gak?"
"Oke, aku mau banget. Fashion Diamonds tuh incaran aku sejak lama"
"Kamu boleh masuk kerja kapanpun kamu siap"
Helga mengangguk dengan girangnya. Charlie lalu mengulurkan tangannya sebagai isyarat jabat tangan bahwa mereka telah menyepakati sesuatu, dan Helga membalas jabat tangan itu. Lagi-lagi, dari kejauhan kakek melihat mereka berdua, dan tersenyum.
Pagi itu setelah dari pengadilan, Helga langsung menuju ke kantor Evan. Dari basement setelah memarkir mobilnya, Helga lalu menaiki lift sebanyak 12 lantai.
Akhirya Helga sampai di lantai dimana ruang kerja Evan berada. Saat keluar dari lift, Helga sadar, saat itu semua mata tertuju padanya.
Helga lalu meminta asisten Evan untuk memberitahu Evan bahwa ia datang menemui Evan. Tidak lama menunggu, asisten Evan kemudian mempersilakan Helga untuk masuk di ruang kerja Evan.
"Helga..."
"Maaf, mungkin aku kesini ganggu waktu kerja kamu. Tapi aku harus serahkan ini sama kamu"
"Kamu sudah daftar di pengadilan?", tanya Evan saat tau bahwa Helga menyodorkan surat panggilan dari pengadilan.
"Aku harap kamu datang ke mediasi lusa. Karena masalah ini sudah tersebar di publik, mungkin ini akan cepat terselsaikan"
"Helga..."
"Aku harap kita berpisah dengan cepat, biar kamu bisa melanjutkan hidupmu tanpa terganggu dengan ikatan kita"
Helga lalu pamit, dan melangkah pergi keluar dari ruang kerja Evan. Evan tak bisa berkata banyak, bahkan saat ia berusaha memanggil nama Helga, seperti ada yang menahan hatinya sehingga ia tak bisa mengeluarkan suaranya memanggil nama Helga.