Chereads / Musim Gugur adalah Helga / Chapter 45 - Empat Puluh Lima

Chapter 45 - Empat Puluh Lima

Saat itu di ruang kerja Charlie, Helga duduk di sofa berhadapan dengan Charlie, menyerahkan file dan ponsel Charlie yang tertinggal di mobilnya.

"Helga, maaf banget yah untuk kejadian yang tadi"

"Gak apa-apa kok. Mereka kan gak pernah lihat aku disini"

"Iya yah, Evan gak pernah bawa kamu kesini. Padahal, dia juga pemegang saham di PMG"

"Benaran? Aku gak tau lho"

"Iya, dia punya saham 10%. Oh iya ga, aku ada ide"

"Ide apa kak?"

"Harta perceraian kamu. Kamu gak usah meminta tunjangan bulanan dari Evan, kamu cukup minta setengah dari jumlah saham Evan disini, itu lebih menguntungkan"

"Hemm, benar juga yah kak. Kak Charlie memang hebat!"

Mereka berdua kemudian saling tersenyum. Tidak lama, pintu ruang kerja Charlie diketuk, Charlie kemudian memberi perintah untuk masuk. Asisten Charlie pun masuk.

"Pak presdir, pak Evan datang dari firma hukum"

"Suruh dia masuk"

Evan kemudian masuk ke ruang kerja Charlie, dan mendapati Helga juga ada disana. Evan sedikit terkejut, entah sejak kapan Helga begitu dekat dengan Charlie.

"Kak Charlie, aku bawa berkas dari pak Hasan. Aku ada urusan kesini jadi aku yang langsung sampaikan file ini", Charlie lalu mengambil file itu dari Evan, sambil memperhatikan Evan yang sempat memandangi Helga.

"Oke, kamu bisa pergi sekarang"

"Helga, kamu kesini?", Evan mengacuhkan Charlie yang memintanya pergi dan bertanya pada Helga yang tidak mau menatapnya.

"Aku ketemu Helga di kantormu, terus aku minta dia antar aku kesini, karena aku gak bawa mobil, dan sekalian tadi kita makan siang"

Evan semakin bertanya-tanya setelah mendengar pernyataan Charlie, entah sejak kapan Helga dan Charlie sangat dekat.

"Kalau begitu aku pamit sekarang. Oh ya Helga, mediasi perceraian kita lusa, aku pasti datang"

Evan lalu pergi keluar dari ruang kerja Charlie. Helga yang sejak tadi diam ternyata memendam amarahnya mendengar apa yang dikatakan Evan. Tanpa sengaja, ia menjatuhkan cangkir kopi yang dipegangnya, membuat keduanya terkejut. Helga yang sadar, dengan segera ingin memungut pecahan-pecahan itu, membuat jarinya tergores dan mengeluarkan beberapa titik darah.

"Helga!", Charlie dengan segera menghampiri Helga dan menutup lukanya dengan beberapa lembar tisu.

"Kak Charlie, aku gak apa-apa"

"Kamu ini bagaimana? Kamu berdarah tau! Asisten!"

"Ya pak", asisten Charlie kemudian masuk ke ruangan itu.

"Panggil orang bersihkan semua ini, dan bawakan first aid sekarang juga"

Setelah mandapatkan kotak first aid, Charlie lalu membersihkan luka Helga, memberinya obat dan kemudian membalut luka itu.

"Aku gak apa-apa kak"

"Sudah berdarah begini, masih bilang gak apa-apa"

"Ini sama sekali gak sakit kak. Ada yang lebih sakit daripada ini"

Charlie sangat tau apa yang dimaksudkan Helga. Namun, kata-kata Helga yang cukup membuat hatinya ikut sedih, Charlie semakin bertambah melihat Helga menangis.

"Helga, kamu harus tau. Seperti apapun, aku akan tetap dukung kamu. Kalau bisa, aku akan menjadi orang yang selalu ada untuk kamu seumur hidup"

Helga hanya menangis dan tertunduk, sementara Charlie hanya bisa menatapnya. Dalam hati, Charlie ingin sekali memeluk wanita yang kini sedang menagis di hadapannya. Namun ia tak bisa, ia tak bisa membiarkan Helga kembali membencinya.