Charlie tersadar saat itu. Tubuh lemahnya tidak mampu menahan sakit di dadanya, sangat sesak. Dia kemudian memegang tangan dokter yang sedang memeriksanya, seakan meminta sesuatu.
Dokter yang menangani Charlie keluar dari ruangan, tampak seluruh keluarga telah menanti kabar mengenai Charlie.
"Pasien meminta kakek untuk masuk"
Entah apa yang sedang dibicarakan antara kakek dan Charlie di dalam. Namun, perasaan Helga menjadi sangat tidak baik. Tangannya masih gemetar saat mengingat keadaan Charlie terakhir kali.
"Helga, masuklah nak. Temui Charlie", panggilan kakek berhasil membuyarkan lamunan Helga. Dan Helga dengan cepat masuk ke dalam ruangan itu.
Saat Helga melangkah masuk, hanya ada suara monitor ICU yang terdengar, dan Charlie yang sedang berbaring.
"Helga. Kemarilah"
"Ya", Helga lalu melangkah, dan meraih tangan Charlie, menggenggamnya dengan penuh harapan.
"Mungkin aku udah pernah bilang ini, tapi, sekali lagi, Helga maafkan aku. Untuk semua kesedihan kamu yang terjadi karena aku"
"Kakak ini! Aku udah maafkan kak Charlie kok"
"Helga. Hari itu kamu datang di saat aku benar-benar kesepian setelah kematian orang tua aku. Dan sejak saat itu, cuma kamu wanita yang aku cinta. Bahkan sampai nafas terakhirku ini, aku cuma cinta sama kamu"
"Jangan bicara sembarangan! Kak Charlie akan sembuh dan bertengkar sama aku lagi! Bukankan kita udah janji akan menikah!"
Sekilas, mereka berdua mengingat kembali saat pertama kali mereka bertemu dan membuat janji itu, dan saat-saat mereka bersama belakangan ini. Charlie hanya tersenyum melihat Helga yang terus menangis.
"Mungkin orang tuaku sangat sayang padaku, dan meminta Tuhan untuk mengambilku, biar bisa bersama mereka"
"Cukup! Jangan bicara sembarangan lagi!"
"Helga, mungkin aku cuma bisa mencintaimu"
"Kak Charlie jangan bicara lagi!"
Helga lalu menyaksikan Charlie yang perlahan menutup kedua matanya. Perasaan Helga menjadi sangat buruk, diiringi suara monitor ICU yang membuatnya semakin khawatir.
"Kak Charlie?! Kak Charlie?!"
Helga menggoyangkan sedikit tubuh Charlie, namun tak ada respon. Helga segera keluar dari ruangan dengan perasaan itu.
"Dokter! Kak Charlie...!"
Tidak lama setelah dokter masuk ke dalam ruang ICU, ia kembali keluar dan menghampiri kakek.
"Bagaimana cucu saya?"
"Maaf pak, Tuan Charlie sudah wafat. Kami turut berduka"
Mendengar itu, Helga dan kakek langsung masuk ke ruang ICU, dan mendapati para perawat yang sedang melepaskan beberapa peralatan yang ada pada Charlie.
Kakek yang menangis hanya bisa memeluk jasad cucu sulungnya itu. Sementara Helga yang tersedu-sedu, terus menggenggam tangan Charlie.
Helga menyesal telah melupakannya selama bertahun-tahun.
Helga menyesal tidak bisa menghabiskan banyak waktu untuk mengenal Charlie lebih dekat.
Dan Helga tau, Charlie benar-benar mencintainya, karena lelaki itu sampai mengorbankan nyawanya sendiri demi Helga.