Dalam keadaannya yang mabuk, cukup berat, Helga berhasil di antarkan oleh Charlie ke kamarnya. Charlie lalu mendudukkan Helga di tepi ranjang.
"Helga, kamu tidur aja yah"
Helga hanya menatap Charlie yang melangkah keluar dari kamarnya.
Charlie kemudian tiba di kamarnya sendiri. Melepaskan jas dan jam di tangannya. Tak lama pintu kamarnya diketuk. Charlie lalu membuka pintu, dan yang ia lihat adalah Helga yang sedang mabuk itu.
"Helga?"
"Minggir! Aku mau masuk!"
Helga lalu masuk, kemudian menarik tangan Charlie dan menutup pintu kamar Charlie. Charlie yang begitu heran dan terkejut hanya bisa melihat Helga yang mengunci pintu kamar dan melempar kuncinya ke sembarang arah.
"Helga! Kamu ini kenapa?"
Helga lalu mendekap Charlie dan meletakkan jari telunjuknya di bibir Charlie, sebagai isyarat diam untuk Charlie.
"Kak Charlie tampan, ayo cium aku!"
"Helga, kamu ini lagi mabuk!"
"Kenapa tidak mau? Apa karena aku ini janda?"
"Helga, aku..."
"Aku memang janda, tapi aku ini masih suci. Aku tidak pernah disentuh sama si brengsek itu!"
Helga lalu mencium bibir Charlie, membuat Charlie terkejut dan membiarkan hal itu beberapa saat.
"Kakak tampan ini, bibirnya sangat manis"
Helga lalu melepaskan pakaian atasnya sehingga bagian atasnya hanya memakai bra. Helga lalu mendorong keras Charlie ke atas ranjang dan menindihnya.
"Helga, lepaskan!"
"Tidak mau! Aku mau bercinta sama kakak tampan!"
Helga berusaha untuk mencumbu Charlie, namun Charlie terus menahannya. Karena tidak tahan, Charlie mencari cara agar ia daoat menghentikan Helga. Charlie dengan sekuat tenaga membalikkan keadaan sehingga kini Helga ada di bawahnya.
Berhasil! Karena usaha Charlie, akhirnya Helga tertidur saat itu. Charlie kemudian memperbaiki posisi tidur Helga dan menyelimutinya. Setelah itu, barulah Charlie mencari kunci pintu yang dilempar Helga. Karena malam ini Helga ada di kamarnya, akhirnya ia memilih untuk tidur di ruang baca.
Terik matahari melalui jendela kamar berhasil membangunkan Helga. Kepalanya terasa pusing akibat mabuk semalam. Ia kemudian melihat sekeliling. Ini bukan kamarnya. Ini kamar Charlie. Helga kembali mengingat kelakuannya semalam yang mencium Charlie dan berusaha menggoda lelaki itu. Ia kemudian hanya bisa menepuk jidatnya mengingat hal memalukan itu.
Helga memakai kemejanya kembali dan beranjak dari ranjang. Tak lama ia melihat Charlie keluar dari kamar mandi yang hanya mengenakan celana pendek.
"Astaga!"
"Helga? Sudah bangun?"
"Kak Charlie, aku..."
"Tenang saja, kita tidak seperti itu semalam"
"Benarkah?"
"Ya. Aku tidur di ruang baca semalam"
"Hufft, syukurlah"
"Kamu mau tetap disini lihat aku pakai baju atau apa?"
"Oh, maaf! Aku balik ke kamar aku!"
Dengan sedikit berlari keluar dari kamar Charlie. Setelah menutup pintu kamar Charlie, Helga pun sedikit berlari ke arah kamarnya. Namun langkahnya terhenti saat meluhat kakek tiba di lantai dua dari tangga.
"Nak Helga, kenapa kamu disini?"
"Ah, itu kek, aku olahraga sedikit, lari-lari di koridor"
"Oh, begitu. Ya sudah kakek mau ketemu Charlie. Apa anak itu sudah siap"
"Kayaknya kak Charlie sudah siap, soalnya dia baru aja selesai mandi"
"Kok kamu bisa tau?"
Helga akhirnya sadar, kalau kalimatnya tadi bisa mengundang kecurigaan kakek.
"Anu kek, pas kebetulan lewat depan kamarnya, aku dengar kayaknya dia lagi mandi tadi"
"Yah sudah, kamu siap-siap dan turun sarapan. Kamu pindah hari ini kan?"
Helga hanya mengangguk dan melangkah pergi dari kakek. Dalam langkah jalannya ke kamarnya, Helga mengelus-elus dadanya, berpikir bahwa kakek tidak tau apa yang terjadi semalam.
Kakek hanya tersenyum melihat Helga. Tentu saja kakek tau apa yang terjadi semalam. Kakek sempat menguping di luar kamar Charlie saat Helga menggoda Charlie, dan kakek menyaksikan saat Charlie meninggalkan kamar itu. Setidaknya kakek legah dengan tindakan Charlie semalam.