Evan baru keluar dari kamar mandi dan melihat Helga yang duduk di tepi ranjang sambil menatapnya manja. Helga lalu beranjak, berjalan menuju Evan dan mencoba memeluk suaminya. Namun, Evan menahan kedua tangan Helga, menolak pelukan itu.
"Kamu aneh"
"Aneh? Aku kan istri kamu"
"Tapi kamu sebelumnya menolak aku"
"Apa salahnya, sayang?"
"Gak ada yang salah. Aku capek dan mau tidur"
Evan lalu meninggalkan Helga berdiri sendirian, mengambil posisi tidur di salah satu sisi ranjang dan mematikan lampu bed post di sisinya. Helga hanya terdiam tanpa ekspresi, dan benar-benar menyadari, bahwa Evan sudah berubah.
Pukul 2.30 pagi, Reina belum juga bisa terlelap. Ia masih belum terbiasa tidur sendirian sepulang dari liburan di Paris. Reina lalu mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Evan.
Di tempat lain di kamar Helga dan Evan, Helga terbangun karena merasakan getaran dari ponsel Evan, namun ia tidak melakukan apapun, walau Helga tau itu adalah panggilan dari Reina.
Tak lama, Evan mulai menyadari panggilan di ponselnya, dari Reina. Ia melihat ke arah Helga yang sedang terlihat tertidur pulas. Evan bangkit dari ranjang dan berjalan keluar dari kamar.
"Halo?", suara Evan begitu pelas seakan sedang berbisik.
"Evan kenapa kamu berbisik kayak gitu?"
"Eh, yah, aku gak mau Helga terbangun dengar suara aku", kalimat Evan membuat Reina mengerti bahwa Evan sedang tidur bersama Helga malam itu.
"Oh, belum berapa lama kita pisah dan kamu udah tidur sama Helga!"
"Reina, sayang, jangan salah paham. Pas aku datang dia udah pindahin barang aku di kamar dia dan kamar aku udah diberesin sama dia. Aku terpaksa tidur di kamar dia. Aku dan dia gak ngapa-ngapain kok"
"Aku harus percaya, gitu?"
"Ayo dong sayang, kamu jangan marah. Aku ngomong yang sejujurnya. Oke, besok siang pulang dari kantor, aku akan ke apartemen kamu"
"Janji?"
"Iya sayang aku janji"
Evan kemudian mengakhiri panggilannya dengan Reina. Ia kemudian kembali masuk ke kamar dengan cara mengendap-ngendap, jangan sampai Helga terbangun. Evan kembali mengambil posisi tidurnya seperti semula, seperti tidak terjadi apa-apa, padahal selama berbicara dengan Reina tanpa Evan sadari Helga berdiri dari pintu kamar dan mendengae semua yang dikatakan Evan pada Reina.
Pagi hari saat Evan terbangun, ia sudah tidak mendapati Helga di sisinya. Setelah mandi, ia turun ke bawah dan melihat Helga sibuk menyiapkan sarapan.
"Pagi, sayang", sapa Helga kepada Evan yang hanya dibalas dengan senyuman Evan, yang kemudian sibuk mengambil posisi di meja makan untuk sarapan.
"Helga, ayo panggil kak Charlie untuk sarapan"
"Oh iya, kamu gak tau. Kak Charlie sudah pindah ke rumahnya dua hari yang lalu"
"Oh ya? Kok dia gak kasi tau aku dulu?"
"Gimana caranya mau kasi tau kamu. Kamu aja gak bisa dihubungi"
"Harusnya kak Charlie hubungi aku lewat jaringan internasional"
"Internasional? Kamu kan pamitnya cuma keluar daerah, bukan keluar negeri kan"
Mendengar itu, Evan jadi tersedak oleh sarapannya sendiri. Helga bergegas mengambilkan segelas air untuk Evan. Evan kemudian mencari cara untuk mengalihkan pembicaraan, agar Helga tidak membahas luar negeri lagi. Sampai pandangannya tertuju pada beberapa bekal yang disajikan di atas meja.
"Kamu bawa bekal ke kantor?", Helga menggelengkan kepalanya.
"Bukan"
"Bekal buat aku?"
"Hemm, kurang tepat"
"Terus itu bekal siapa, Ga?"
"Itu bekal buat kita. Hari ini aku ambil cuti, dan aku akan ikut ke kantor dengan kamu, seharian, kita nanti pulang bareng"
Mendengar itu, Evan langsung terkejut dengan rencana Helga untuk ikut ke kantornya seharian sampai selesai bekerja. Dan tentu saja, hal itu menjadi penghalang bagi Evan untuk bisa mengunjungi Reina.