Saat itu diperjalanan menuju kantor, Papaku, Handoko Wiguna atau yang lebih dikenal dengan Pak Han, melihat sosok lelaki yang dulu sempat membuat hidupnya menderita akibat perusahaan yang akan hancur. Ya, dia adalah Zuriawan, mantan karyawan kepercayaannya yang telah menipunya itu. Zuriawan telah bekerja lebih dari 8 tahun dan menjabat sebagai direktur keuangan diperusahaan kami, PT. Wiguna Utama, perusahaan konstruksi baja dengan spesialisasi untuk bangunan bertingkat, pabrik, jembatan dan menara struktur baja. Melihat pria yang dulu sempat mengkhianati kepercayaannya tersebut, Papa memilih untuk pergi mengikutinya. Setelah mengikutinya selama beberapa saat, Papa terkejut.. Dia melihat pria tersebut memasuki salah satu gedung yang ia cukup kenal, Pratomo Tower. Apa yang dilakukan pria itu digedung milik besannya itu, pikir Papa. Papa menunggu dan menunggu.. hingga akhirnya memutuskan untuk masuk dan pergi menemui besannya saat itu. Sebenarnya dia ingin menanyakan pada besannya langsung, apa mungkin Zuriawan bekerja sebagai salah satu karyawannya disana. Akan tetapi, pada saat itu besannya tidak ada ditempat. Pak Pratomo beserta istrinya sedang melakukan perjalanan dinas ke negeri Paman Sam. Dengan perasaan kecewa, akhirnya Papa memutuskan untuk kembali ke kantor.
Dalam perjalanan kembali ke kantor, Papa tiba-tiba menelponku.
"Halo Lena.." sapa Papa ditelpon
"Papa.." ucapku senang menjawab telpon
"Papa.. Gimana kabarnya? Tumben Papa telpon aku" jawabku
Tanpa menjawab pertanyaanku, Papa berkata
"Apa Papa bisa bicara dengan Ryan?" tanya Papa
"Ryan kebetulan lagi mandi Pa.. Apa ada yang mau Papa bicarakan sama Ryan? Nanti selesai mandi, aku suruh Ryan hubungi Papa.." balasku
"Tidak usah Sayang.. Nanti saja Papa hubungi dia lagi. Oh iya kamu lagi apa? Gimana keadaan kamu sekarang? Gimana Oka? Sudah lama dia gak main ke tempat Papa.. "
"Aku baik Pa. Oka juga.. Alhamdulillah kita semua baik disini. Nanti kalau ada waktu, kita semua main ke tempat Papa. Maaf ya Pa.. Sudah lama Lena gak nengokin Papa.."
"Iya gak apa-apa Sayang. Tugas kamu yang nomor satu itu urus keluargamu dulu, baru urus Papa.."
"Iya Pa. Papa jangan lupa jaga kesehatan ya. Makanan terutama dijaga.. harus rutin konsumsi obat dan vitamin. Ikutin nasehat dokter Pa. Pokoknya Papa harus jaga kesehatan Papa demi Lena.. Karna Papa satu-satunya keluarga yang Lena punya.. Masalah perusahaan, gak usah terlalu dipikirin. Serahin aja sama asisten Papa itu.."
"Iya Sayang. Kamu cerewet banget deh.. makanya Papa males nelpon kamu. Pasti gini ujung-ujungnya.."
"Ihh.. Papa. Lena itu cerewet kan karna Lena peduli dan sayang sama Papa. Lena gak mau kalau ada hal buruk yang menimpa Papa nanti, apalagi kalau sampai Papa sakit.. Pokoknya inget semua yang Lena barusan bilang ya Pa.."
"Iya Sayang.. Kalau gitu Papa tutup dulu ya telponnya. Dah Sayang.. Salam buat Ryan dan Oka.."
"Iya Pa.. Dah.. Hati-hati ya.."
Sebelum sempat menutup telpon, Papa kembali bicara..
"Lena begini saja, nanti sepulang kantor Ryan suruh mampir ke tempat Papa ya. Ada yang mau Papa omongin ke dia.."
"Ohh gitu.. Iya Pa, nanti aku sampein ke Ryan."
"Yasudah Sayang.. Dah.." dan Papa pun menutup telponnya
Beberapa saat kemudian, setelah Ryan selesai mandi
"Mas, tadi Papa telpon katanya Mas nanti disuruh mampir ke tempatnya Papa sepulang kerja nanti" ucapku pada Ryan
"Ada apa ya? Tumben Papa manggil aku kayak gini.." jawab Ryan
"Gak tahu. Papa tadi gak ngomomg ke aku Mas.. Mungkin masalah perusahaan.." balasku
Beberapa menit kemudian,
"Aduh.. Mampus.." ucap Ryan sambil menepuk jidatnya
Aku yang bingung melihat sikapnya kemudian bertanya,
"Kenapa Mas?"
"Sayang.. Kayaknya kebohongan aku kebongkar nih sebentar lagi.." ucap Ryan
"Kebohongan?? Kali ini masalah apalagi.." ucapku tidak senang sambil mengernyitkan dahiku
"Sayang, kamu janji jangan marah sama aku ya?" pinta Ryan tiba-tiba
"Marah? Ihh.. Kamu ngapain lagi sih Mas.." ucapku kesal sambil mencubit-cubitnya
"Gak Sayang.. Aduh.. Berhenti dulu.. Gimana aku mau cerita kalau kamu nyubitin aku terus gini.." keluh Ryan
yang kemudian dengan cepat memegang tanganku yang tadi mencubitnya
Ryanpun akhirnya menceritakan masalahnya, dia mengaku telah berbohong kalau sekarang aku sedang hamil. Dan diapun menceritakan alasan kenapa dia sampai berbohong seperti itu, dan bagaimana gosipnya bisa tersebar hingga ke perusahaan dan juga mungkin orang tua kami.
"Maaass..." ucapku dengan nada sebal dan sedikit marah padanya
"Iya Maaf Sayang.. Aku terpaksa ngelakuinnya. Kamu tahu kan, aku tuh gak suka ngantri. Waktu itu tuh, crowded banget dan yang ada dipikiranku saat itu, supaya aku bisa cepet ketemu kamu dan anterin semua makanannya..."
"Ini semua kan aku lakuin demi kamu.. Kamu jangan ngambek dong Sayang.." Ryan memohon
"Tapi terus kalau udah begini jadinya gimana.. Kasihan mereka yang udah berharap sama kita tapi ternyata kita cuma bohongin mereka.." balasku
"Solusinya gampang kok. Kita tinggal wujudin apa yang mereka mau.. Selesaikan persoalannya.."
"Maksudmu buat anak?" tanyaku
"Iya.. " jawab Ryan sambil tersenyum menggoda
"Memangnya Mas pikir gampang buat anak, sekali langsung jadi gitu kayak sulap.." balasku
"Ya kalau gak jadi sekali, ya tinggal lakuin berkali-kali sampai jadi anaknya.."
"Maaass.." ucapku dengan nada kesal
"Iya Sayang.. Kamu mau kita lakuin itu sekarang?" ucap Ryan dengan ekspresi bahagia
"Aku gak lagi bercanda ya Mas.."
"Aku juga serius Sayang, ngomong kayak gitu ke kamu dan ngajakin kamu buat sekarang.." balas Ryan yang masih menggoda
Tanpa mempedulikannya, aku pun memilih keluar kamar sambil berkata,
"Pokoknya kamu selesaiin masalah ini dan katakan pada mereka kalau aku gak hamil.."
"Tapi Sayang.. Memang kamu gak mau kalau Oka punya adik lagi?" ucap Ryan
"Sayaangg.." Ryan masih berusaha membujukku dari dalam kamar
Saat itu, ketika keluar kamar Karin melihatku.
"Kenapa Len? Berantem lagi lw sama Ryan??" tanya Karin
"Iya tuh rese.. Masa dia buat gosip gw hamil sih.. kan kesel Rin." balasku
"Hahahaa.." Karin menertawaiku
"Mungkin dia emang mau punya anak lagi kali Len.." jawab Karin
"Masalahnya tuh orangtua kita udah pada denger gosip itu.. Kan gw jadi meresa gak enak.."
"Yaudah, tinggal lw buat aja lagi kan ma Ryan, gampang.." balas Karin
"Sama aja lw sama Mas Ryan.. Lw pikir buat anak itu gampang apa?" balasku
"Gampang.. Apalagi model Ryan. Lw liat aja buktinya, udah ada kan tuh disebalah (nunjuk ke dinding/unit sebelah) sama dikamar itu (menunjuk kamar Oka). Suami lw itu termasuk cowok yang perkasa Len, buktinya ama Shina langsung jadi. Dan lw juga kan, gak lama nikah langsung hamil Oka.." Karin menjelaskan
"Sialan lw.." makiku pada Karin
Tak lama setelah itu, Oka pun keluar kamar. Ternyata dia mendengar makianku tadi ke Karin.
"Kenapa Ma?" tanyanya penasaran
"Gak Oka.. Ini si Lena bilang katanya dia mau hamil lagi.."
"Serius Ma??" ekspresi Oka senang
"Gak Sayang. Bohong tuh Tante Karin.." aku menjelaskan pada Oka
"Yah.." ekspresi Oka berubah seketika menjadi tidak senang
"Tuh Len.. Lw liat, semua orang mengharapkan adanya penambahan anggota keluarga baru disini. Udah lw turutin aja ya kemauan mereka" pinta Karin
"Huuh..!" keluhku sambil menarik nafas dalam panjang.
Beberapa saat setelah itu, akhirnya kami pergi ke salon yang berada di Mall persis disebrang unit apartemen. Saat itu, entah kenapa Rani tidak jadi ikut dengan Shina sehingga menyebabkan hanya kita bertiga saja yang pergi. Sesampainya disalon, aku dan Karin melakukan treatmen perawatan rambut dengan melakukan masker, kemudian wajah, dan tak lupa mani pedi. Sedangkan Shina, dia memotong rambutnya menjadi pendek diatas bahu dan melakukan perawatan wajah dan juga mani pedi.
Setelah beberapa jam di salon,
"Len, menurut lw apa gw pisah aja ya sama Mr White. Gw udah ngerasa hubungan kita udah gak sehat kalau kayak gini terus.." keluh Karin
"Ihh.. Lw gak boleh ngomong kayak gitu Rin. Ntar kalau malaikat lewat dan doa lw dijabah, bisa bahaya lw.." balasku
"Abis.. Masa udah jadi pasangan suami istri kayak gini masih LDR-an, udah kayak pacaran aja.." balas Karin
"Lagian lw nya sendiri yang gak mau diajak buat tinggal disana." balasku
"Bukannya gak mau tapi gak nyaman. Lagian kan kita orang Indonesia, lebih nyaman dan tenang tinggal dinegeri sendiri kan.."
"Siapa suruh lw nikah sama orang luar kalau lw ternyata lebih suka tinggal diIndonesia.. Maksud gw kenapa gak sama orang Indonesia aja Rin, atau orang Indo yang blesteran tapi WNI.."
"Karna gw gak suka.. Namanya selera kan Len. Sama kayak lw juga, kenapa lw gak suka cokelat sama kopi.. Kalau gw tanya alesannya, pasti lw bakalan bilang gitu juga kan.. Karna lw emang gak suka n' gak selera.." Karin mencoba membuat perbandingan
"Apa gw cari cowo baru aja ya disini, yang berondong.. yang indo.. lumayan kan buat hiburan diwaktu senggang..hehehee.." ucap Karin tiba-tiba
"Dasar.. Tante-tante girang lw.." ledekku pada Karin
Tak lama setelah ucapan kami yang tadi, tiba-tiba ada seorang pria berparas rupawan yang menghampiri.. Dia berjalan melewati kami, kemudian
"Hello My baby Ice Queen.." sambil berlutut menggunakan satu kaki dan mengecup tangan Shina yang saat itu sedang di blow rambutnya.