"Calon kakak ipar??" ucap Aris tidak senang sambil mengulang perkataan Roy
"Iya, aku kan tunangan adik angkatmu.. Jadi sudah sewajarnya aku memanggilmu begitu bukan?" jawab Roy
"Hey Roy, Apa kau tahu status dari Shina sebelum kau menyebut-nyebut dirimu itu sebagai tunangannya, hah? Cepat pergi dari sini, selagi aku masih bisa bersikap baik padamu.." ucap Aris memperingatkan
"Dan satu hal lagi.. Mulai sekarang, jangan pernah mendekati Shina atau berinteraksi dengannya. Jika kau melanggarnya, kau akan berurusan denganku dan juga jalur hukum. Kau tidak mau kan karirmu sebagai artis berakhir hanya karena kau harus masuk jeruji besi.." Aris masih mengancam
Tanpa menunggu respon dari Roy, Aris pun kemudian menutup pintu apartemennya. Sementara Roy, dia masih berdiri di depan pintu unit 702, mencoba menghubungi Shina kembali.
"Baby.. Aku tidak menyangka statusmu kini telah berubah menjadi istri dari seseorang.." ucap Roy ditelpon yang seketika membuat Shina tersadar dan membuka matanya itu lebar-lebar
"Meskipun aku kecewa, tapi aku masih tetap bisa menerimanya. Ngomong-ngomong kapan kau menikah? Kenapa tidak mengundangku pada saat itu? Bukannya hubungan kita ini lumayan dekat untuk hanya sekedar mengirim undangan pernikahan?" ucap Roy kembali yang kali ini benar-benar membuat Shina tersadar secara penuh hingga bangkit duduk di atas kasur
"Bagaimana kalau kita menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi dibelakang suamimu itu. Aku tidak keberatan menjadi seorang simpanan atau selingkuhan demimu Baby, sungguh.."
"Sekarang aku berada didepan unit apartemenmu.. Meskipun suami atau orang yang kau anggap sebagai kakak angkatmu itu tidak mengijinkanku masuk, tapi aku tetap tidak akan beranjak dari sini. Aku akan terus menunggumu Baby.. Kau mau kan datang kemari dan menyambutku disini?" ucap Roy
Shina yang saat itu telah sadar, kemudian segera bergegas keluar kamar untuk menemui Roy. Namun, saat dia hendak keluar kamar, dia berpapasan dengan Aris.
"Kau sudah bangun?" sapa Aris tersenyum
Tetapi saat itu Shina tidak menanggapinya. Dengan terburu-buru sambil berlari-lari kecil, dia segera menuju ke pintu depan, hingga
"Kau mau kemana dengan pakaian seperti itu?" ucap Aris tidak senang sambil menahan Shina membuka pintu
Saat itu, Shina mengenakan gaun tidur baby doll yang mungkin menurutnya biasa, tetapi tidak untuk kaum laki-laki yang memandangnya. Gaun yang digunakannya saat itu adalah gaun berwarna peach pendek diatas lutut, berbahan dasar satin dengan dua tali spagheti yang mengikat di kedua ujung bahunya, sehingga memperlihatkan kesan sexy.
Dengan segara kemudian Shina kembali kekamar dan mengambil Night Robe untuk menutupi pakaiannya tadi. Tiba-tiba dia berpikir,
"Untuk apa aku mengikuti perkataan si bodoh itu.. Lagipula, apa haknya dia mengatur-atur aku harus menggunakan pakaian seperti apa saat keluar. Brengsek! Pasti karena efek kejadian semalam atau efek karena aku masih mengantuk.. Tidak.. tidak.. tidak.. Shina sadarlah.. Aku tidak boleh dikendalikan oleh siapapun, terutama si bodoh Aris itu" ucap Shina dalam hati sambil menggeleng-gelengkan kepalanya
Shina yang baru keluar kamar, kemudian memasang wajah juteknya ketika berjalan melewati Aris. Kemudian
"Shina.." ucap Aris seketika yang menghentikan langkahnya
"Jika aku melarangmu keluar untuk menemui Roy saat ini, apa kau mau menurutinya..?"
"Aku tahu sebagai suami kontrakmu aku tidak berhak melakukan hal tersebut, sesuai isi kesepakatan kontrak yang kita buat juga, tapi.. "
"Aku kan telah berjanji padamu, untuk tidak membawa Jessy kemari ke apartemen kita dan tidak membiarkannya bertemu denganmu.. Jadi, tidak bisakah kau memberlakukan hal yang sama terhadap Roy juga disini.." ucap Aris meminta
Shina sangat senang mendengar perkataan Aris. Dia merasa bahwa Roy telah membuat Aris cemburu padanya. Dengan perasaan bahagianya, kemudian Shina menjawab
"Tenang saja.. Aku dan Roy, maksudku hubungan kami tidak seperti apa yang heboh diberitakan media. Saat ini aku hanya sedang memanfaatkan dan meminta bantuannya untuk menyelesaikan masalah gosipku denganmu direstoran waktu itu. Dan, setelah urusan ini selesai, aku juga tidak akan melakukan kerja sama apapun lagi dengannya.."
Aris tersenyum dan merasa lega mendengar jawaban dari Shina, hingga pada saat Shina membuka pintu depan dan keluar untuk menemui Roy, dia tidak merasa khawatir lagi dan membiarkannya. Kemudian,
"My baby Shica.."ucap Roy senang ketika melihat Shina keluar dari pintu
"Jadi seperti ini rupa penampilanmu saat bangun tidur.. Hmm, lumayan.. Kau masih terlihat cantik bahkan tanpa make up diwajah sekalipun." ucap Roy merayu
"Hentikan bualan busukmu itu, cepat katakan apa urusanmu datang kesini pagi-pagi dan mengganggu tidurku?" balas Shina dengan ekspresi jutek
"Tentu saja untuk menemui calon tunanganku dan memberikan ini.." Roy memberikan buket bunga tadi pada Shina
"Baiklah.. Aku terima buketnya. Terima kasih. Sekarang, bisakah kau enyah dari hadapanku?? Aku muak melihat mukamu itu" ucap Shina dingin
"Hoo.. Tidak semudah itu Baby untuk menyuruhku pergi darimu. Aku bahkan belum menghukummu atas tindakan yang kau lakukan di Club kemarin." balas Roy
"Ohh.. tindakan di Club? Maksudmu tindakanmu yang saat itu manaruh obat kedalam minumanku dan juga minumanmu itu, hah?? Jangan kau kira aku tidak tahu rencana busukmu itu Roy. Trik yang sama tidak akan berhasil padaku untuk yang kedua kali. Beruntung, saat itu aku menukar minuman cocktailku dengan cocktail lain yang sama atau kalau tidak, aku akan berakhir seperti wanita-wanita bodoh yang telah menjadi mangsamu itu.." balas Shina
"Cepat pergi dari sini sekarang sebelum aku menghajarmu.. atau kau mau kulaporkan kau ke polisi, hah?" ucap Shina sambil mengancam
"Kau mau melaporkanku? Hahahaa... Shica.. Shica.. Kalaupun memang benar bahwa aku yang melakukan itu semua kemarin malam, memangnya kau ada bukti?? Tanpa bukti, bahkan polisi tidak akan menggubris laporanmu itu Baby" balas Roy sinis
"Bukti? Tentu saja ada.. Omonganmu yang barusan adalah buktinya. Kau tidak menyangka bukan, kalau aku telah merekam semua percakapan kita ini.." Shina tersenyum sinis. Kemudian, dia menunjukkan suara rekaman handphone yang berhasil didapatnya itu dan memutarnya kembali didepan Roy.
"Aku belajar dari pengalamanku dimasa lalu.. Ketika kau berhadapan dengan orang yang licik dan berbahaya atau yang akan menjadi musuhmu nanti, kau harus mempersiapkan segalanya dengan baik.. termasuk merekam semua percakapanmu dengannya" Shina mengingat ketika dirinya dijebak oleh Bu Tomo saat itu menggunakan rekaman telpon.
"Sudahkan?? Apa kau bisa menghilang sekarang dari hadapanku Roy.. Mantan tunanganku yang halu.." ucap Shina sambil menyindir
Dengan ekspresi kekesalan diwajahnya, Roy kemudian berjalan pergi meninggalkan Shina yang saat itu melambai-lambaikan tangan, seolah mengiringinya pergi. Sementara Shina, dia kembali masuk ke unitnya.
"Sudah selesai urusanmu dengan Roy?" tanya Aris ketika Shina masuk ke apartemen
"Iya.. Orang seperti dia memang harus diberi ancaman dan peringatan agar bisa jera." jawab Shina menggebu-gebu
"Apa menurutmu Roy tidak akan mununtut balas akan tindakan yang kau lakukan itu padanya? Aku khawatir, dia nanti akan menghalangi jalan atau mengusikmu didunia entertainment ini. Terlebih lagi, kalau dia menceritakan mengenai keadaanmu sekarang yang telah menikah dan bersuami. Apa kau tidak takut publik tahu semua hal itu, Shina?" Aris terlihat khawatir
"Kau benar juga.. Aku harus melakukan sesuatu untuk menghalangi itu terjadi." ucap Shina menanggapi Aris sambil berpikir
Sesaat kemudian Shina pun kembali keluar
"Mau kemana?" tanya Aris tiba-tiba saat Shina beranjak pergi
"Menuntaskan semua masalahku dengan Roy.. Aku tahu orang yang bisa aku mintai tolong untuk hal ini" jawab Shina
"Siapa??" tanya Aris kembali penasaran
"Tetangga sebelah kita Ryan.. Dia punya teman seorang yang cukup berpengaruh di industri ini. Aku yakin dengan bantuan orang itu, Roy tidak akan bisa berkutik lagi.." dan Shina pun pergi ke tetangga di unit sebalahnya
Semantara saat itu Aris, dia merasa iri dan cemburu pada Ryan. Seandainya saja dia yang bisa membantu Shina keluar dari masalah ini.. Kenapa harus Ryan, seseorang yang dulu pernah dicintai Shina atau bahkan mungkin masih dicintainya hingga sekarang.. Sesaat, hatinya pun diluput oleh api cemburu. Dia baru menyadari kalau dirinya sepertinya telah jatuh cinta pada Shina, istri kontraknya itu.
Di apartemen Ryan dan Lena
Saat itu aku sedang menyiapkan sarapan didapur. Sementara Shina dan Ryan sedang mendiskusikan masalah Roy diruang tengah. Shina meminta bantuan Ryan agar Roy tidak menghalangi karirnya didunia entertainment, sebagaimana dulu Ryan juga telah melakukan hal yang sama pada Roy ketika mereka berdua masih menjalin hubungan. Kemudian,
"Baiklah aku akan membantumu Shina.. tapi tidak secara gratis" ucap Ryan yang mencoba bernegosiasi
"Aku tahu.. Masa pengurangan hukumanmu itu kan." balas Shina
"Ya, kau benar.. Aku ingin kau membatalkan seluruh kontrak kesepakatan yang telah kita buat itu. Maksudku, aku tetap akan bertanggung jawab pada Rani sebagai ayahnya, tapi aku tidak mau kalau harus menginap ditempatmu atau kita bertukar tempat tinggal sesuai poin nomor 1 diperjanjian.." Ryan menjelaskan
"Kalau seperti itu, maaf.. aku tidak bisa." Shina menolak
"Kenapa??" tanya Ryan
"Tentu saja itu tidak adil.. Aku mau kau juga merasakan penderitaanku dulu.. Seenaknya saja kau mau membatalkan kontrak kesepakatan yang telah kita buat. Bagaimana kalau seandainya kau yang ada diposisiku saat itu. Apa kau juga rela, jika ayah dari anak yang dulu sempat kau kandung membatalkan kontrak kesepakatan yang telah kau buat, hah?" balas Shina dengan sedikit emosi
"Lalu, apa maumu? Berapa waktu yang mau kau kurangi jika aku berhasil membantumu kali ini?" tanya Ryan
" 5 bulan.." ucap Shina
"Hah?!!" ekspresi Ryan terkejut tidak terima
"Baiklah 6.." lanjut Shina
"Satu setengah tahun.." Ryan menawarkan
"Tidak.. 9 bulan" balas Shina
"15 bulan.." ucap Ryan kembali
"10 bulan atau aku akan meminta bantuan pada orang lain" lanjut Shina
"14 bulan atau kau bebas meminta bantuan siapapun orang diluar sana selain aku.. Itupun kalau kau berhasil menemukan orang yang bisa mambantumu mengurusi masalah Roy" balas Ryan sambil meledek
"Baiklah 12 bulan.. Ini merupakan penawaran terakhirku.. terserah kau mau membantuku atau tidak. Aku disini hanya berusaha meringankan hukumanmu.." ucap Shina berharap dan setengah berputus asa
"Oke.. Deal." balas Ryan sambil mengajak Shina berjabat tangan
"Dengan begitu sisa waktu hukuman untukku itu hanya 12 bulan kurang 1 hari kan?" Ryan kembali memastikan
"Ya.. kurang lebih segitu" jawab Shina
Saat mereka sedang mendiskusikan masalah tersebut, tiba-tiba terdengar suara bel dari pintu depan.