Begitu mendengar kabar tentang Shina dari Ryan ditelpon, Aris mengehentikan rapatnya dan langsung menuju ke rumah sakit. Setibanya Aris di IGD, kami pun langsung menghampirinya. Kami menceritakan semua kejadiannya, bagaimana paniknya kami ketika Mama tiba-tiba datang ke apartemen, lalu kami menyembunyikan Shina dikamar hingga berakhir didalam lemari. Mendengar hal tersebut, Aris kemudian merespon
"Kalian benar-benar keterlaluan.. Bagaimana kalian bisa menyembunyikan orang selama berjam-jam didalam lemari pakaian??" ucap Aris kesal dan marah
"Hey Ryan.. Apa sebegitu pentingnya menyembunyikan rahasiamu itu dibandingkan dengan nyawa seseorang, hah?" ucap Aris marah sambil mendorong Ryan
"Aku tahu, mungkin bagimu Shina ini hanyalah seorang pangganggu dan menyebalkan.. tapi apa pantas kalian memperlakukannya serendah ini?? Menganggapnya barang atau aib masa lalu, kemudian kalian sembunyikan dia didalam lemari, agar tidak ketahuan oleh Ibumu itu.." ucap Aris yang masih emosi
"Sebenarnya itu adalah ideku Mas Aris.. Aku minta maaf, aku benar-benar menyesal telah menyuruh Shina untuk sembunyi disana.." ucapku tiba-tiba merasa bersalah
"Lena.. Aku sungguh tidak mengira bahwa kau akan tega berbuat seperti ini pada Shina. Aku benar-benar kecewa padamu.." dan Aris pun pergi meninggalkan kami untuk melihat Shina yang masih belum sadar
Saat itu terlihat ekspresi cemas dan khawatir di wajah Aris saat melihat Shina berbaring didepannya. Shina.. istrinya itu, yang selalu membuat masalah dan kehebohan dimana pun dia berada, selalu memanggilnya dengan sebutan "bodoh", tiba-tiba terlihat begitu lemah dan tidak berdaya. Aris terus berdiri terdiam sambil memandang wajah Shina. Tangannya terus menggenggam erat tangan Shina, berharap semoga Shina cepat kembali sadar.
Hingga beberapa saat kemudian, akhirnya Shina tersadar
"Shina.. Shina.. Kau tidak apa-apa?" ucap Aris lega sambil sedikit berteriak
"Apa kau merasa ada sesuatu yang tidak enak dibadanmu itu?" tanya Aris kembali
"Iya, aku tidak apa-apa. Ini dimana?" tanya Shina bingung sambil melihat ke sekeliling
Saat itu, akhirnya Shina menyadari bahwa Aris terus menggenggam erat tangannya dan seketika diapun merasa malu
"Kau ada di IGD Rumah Sakit. Tadi kau pingsan saat bersembunyi didalam lemari. Aku mendapat kabar dari Ryan mengenai kondisimu, makanya aku berada disini sekarang.." Aris menjelaskan
"Dimana Ryan dan Lena?" tanya Shina sambil melihat sekitar
"Aku sudah menyuruh mereka pulang. Mungkin saat ini mereka sudah kembali ke apartemen" jawab Aris
"Kalau begitu kita juga harus kembali.." ucap Shina sambil mencoba bangkit dari tempat tidur
"Tidak.. Kau tidak boleh kembali sebelum menghabiskan cairan infusmu ini." tolak Aris
"Dokter bilang kau itu masih lemah. Selain itu, gula darahmu juga rendah 57mg/dL. Dengan kondisi seperti ini kau bisa kembali pingsan dijalan, apabila kau memaksakan diri untuk pergi dari sini.." Aris menjelaskan
Shina terdiam mendengar semua penjelasan dari Aris. Sebenarnya dirinya merasa senang saat itu, melihat Aris begitu mengkhawatirkannya. Bahkan, saat ini tangan Aris juga masih menggenggam erat tangannya, seolah tidak rela untuk melepaskan.
"Oh, iya Shina kau belum makan kan? Apa ada sesuatu yang kau inginkan saat ini. Aku akan pergi untuk membelinya.."
"Tidak usah, aku tidak lapar.." jawab Shina
"Tidak lapar apa? Kau bahkan belum makan dari pagi."
"Sebenarnya aku memang tidak terbiasa sarapan. Hanya pada saat tinggal diapartemen, aku baru mulai mengikuti kebiasaan kalian sarapan." balas Shina
"Tapi tetap saja, kau harus menaikkan kadar gula dalam tubuhmu itu dengan memakan sesuatu.." Aris memaksa
"Baiklah kalau kau memang memaksa. Aku ingin makan sate.." ucap Shina malu-malu
"Kalau begitu, setelah infusmu ini habis, kita pergi keluar dan makan sate." jawab Aris yang kemudian dibalas senyum malu-malu dari Shina
Sementara ditempat lain, Ryan.. Dia terus membujukku untuk merasa tenang dan tidak khawatir akibat hal yang menimpa Shina tadi. Dia memintaku untuk tidak menyalahkan diriku sendiri. Ryan terus membujukku dan meminta maaf, karena akibat kebohongannya itu berimbas pada kedatangan Mama yang tiba-tiba ke apartemen kami dan membuat hal menjadi rumit seperti sekarang ini. Saat itu, aku hanya terdiam mendengar semua penjelasan dan ucapan minta maafnya. Selama perjalanan menuju apartemen, aku terus terdiam dengan memasang wajah datar akibat menahan perasaan kecewaku, baik padanya maupun pada diriku sendiri hingga akhirnya setelah sampai di apartemen, terdengar suara handphone Ryan berdering. Ryan yang menyadari perubahan gerakan mataku itu, kemudian berkata
"Ini dari Papa.."
Dan Ryan pun menjawab panggilannya.
"Ryan.." ucap Papaku ditelpon
"Papa sudah mengirimkan email padamu tentang orang tersebut. Kau segeralah cari tahu semua data terkait dirinya itu.. Papa tunggu kabar baik darimu mengenai hasil penyelidikannya." lanjut Papa
"Ya Pa.. Setelah ini, Ryan akan menghubungi Dodi untuk mencari tahu mengenai orang tersebut"
"Kalau begitu terima kasih ya Ryan. Salam buat Lena dan Oka" dan Papa pun menutup telpon
Aku yang saat itu juga penasaran dengan orang yang Papa ingin cari tahu, kemudian turut menatap layar handphone Ryan ketika Ryan membuka dan membaca email yang Papa kirim tadi. Kemudian,
"Zuriawan Hendarso..?" ucapku sambil terkejut
"Kau kenal dia Sayang?" tanya Ryan penasaran
"Tentu saja. Orang itu yang sempat membuat perusahaan Papa hampir bangkrut dengan menggelapkan dana. Kalau bukan karena dia, maka Papa tidak akan mengalami serangan jantung waktu itu." jawabku dengan ekspresi tidak senang sambil mengingat kejadian itu
"Berarti orang ini seorang kriminal.. Musuh Papa.." ucap Ryan
Kemudian Ryan berpikir dalam hati,
"Tapi, apa maksud Papa dengan berkata dia karyawan diperusahaan kami.. Apa mungkin.. tidak.. ini tidak mungkin. Tidak mungkin seorang kriminal bisa masuk ke perusahaan kami kan" pikirnya
Ryan pun kemudian menghubungi Heru,
"Ryan.. Hari ini Mamamu.." ucap Heru tiba-tiba panik ditelpon
"Sudah terlambat.. Pagi ini Mama sudah datang ke apartemen kami karena keteledoranmu itu Mas. Jadi, bulan depan aku akan memotong setengah dari gajimu." ucap Ryan yang membuat Heru merasa sedih dan prihatin akan dirinya.
"Kalau kau mau aku tidak jadi memotong gajimu itu, kau cepat selidiki data-data pegawai yang bekerja diperusahaan Papa. Apa ada diantara mereka yang bernama Zuriawan Hendarso.."
"Aku ingin nanti malam.. Ah, tidak.. setengah jam dari sekarang, kau sudah mendapatkan hasilnya. Kali ini, tolong jangan kecewakan aku Mas.."
"Baik Ryan, akan kuusahakan secepatnya mengirimkan hasilnya padamu. Maaf atas keteledoranku sebelumnya." ucap Heru
"Permintaan Maafmu aku terima, lain kali jangan ulangi lagi.." dan Ryan pun menutup telponnya
Tak lama dari itu, dia kembali menghubungi Dodi sahabatnya yang merupakan intel dikepolisian
"Halo Dod..!" sapa Ryan ditelpon
"Hoo Ryan.. Gimana kabarnya Bro? Gimana, udah lw selidiki data mengenai tetangga atau mantan dari isrti lw itu, hahahaa.." ucap Dodi meledek
Tanpa menggubris perkataan Dodi, Ryan kemudian berkata
"Kali ini gw perlu lw selidiki seorang kriminal.." ucap Ryan yang membuat Dodi terkejut
"Kriminal?? Kasus apa???" tanya Dodi penasaran
"Penipuan dan penggelapan dana PT. Wiguna Utama, nama orangnya Zuriawan Hendarso, jabatan terakhirnya CFO (Chief Financial Officer/ Direktur Keuangan)
"Wiguna Utama..? Bentar.. itu bukannya perusahaan mertua lw ya.. bapaknya Lena kan?" tanya Dodi memastikan
"Iya.." jawab Ryan singkat
"Wah.. benar-benar menantu idaman lw Yan. Sampai segitu seriusnya nyelidikin kasus yang menimpa mertua lw itu.. Salut gw salut sama boss kita satu ini.." ucap Dodi
"Gw gak nyangka, bocah yang dulunya anak mami ini.. bisa mendapat kepercayaan dari mertuanya buat urusin semua masalah diperusahaannya" lanjut Dodi meledek Ryan
"Brengsek lw.. Lw tuh yang masih bocah ingusan. Masih aja ngejomblo sampe sekarang. Buruan sana cari istri, biar rasain juga gimana rasanya punya mertua." balas Ryan
"Sialan.." maki Dody
"Kalau gitu secepatnya ya lw selidiki. Gw butuh cepet dapet datanya. Ntar bonus lw gw naikin, tapi setengah aja gak usah banyak-banyak.. lagian lw juga masih jomblo ini" ucap Ryan sambil meledek
"Sialan.. Mentang-mentang gw jomblo jatah gw dikurangin. Jomblo kan juga butuh duit Yan, buat memperbaiki keadaan." balas Dodi
"Yaudah.. Gw doain lw, Semoga bisa cepet nemuin pasangan hidup, kalau lw bisa dapetin semua data yang gw butuhin itu.."
"Aamiiin..!" ucap Dodi mengamini
"Thanks Sob.." dan Ryan pun mengakhiri panggilannya