Aris yang mendapat pukulan tiba-tiba dari Ryan dibuatnya terkejut. Tidak hanya sampai disitu, Ryan kembali maju untuk menghajar Aris sambil berkata
"Brengsek, rupanya kau masih belum menyerah juga ya untuk kembali mendapatkan Lena"
"Tidak hanya Lena, bahkan sekarang kau secara sembunyi-sembunyi berani juga mendekati Papa.." Ryan mengepalkan tangannya dan mencoba memukul Aris kembali
Saat itu, Aris yang sudah tahu alasan kemarahan Ryan mendadak menepis tangannya.
"Ryan kau dengarkan aku dulu.." ucap Aris sambil menahan pukulan dari Ryan
Namun saat itu Ryan tidak mau mendengarkan penjelasan dari Aris. Dia tetap berusaha memukul Aris dan membantingnya, hingga terjadi pergulatan sengit diantara mereka di parkiran Rumah Sakit yang membuat orang-orang berdatangan dan berusaha memisahkan mereka berdua.
Aris yang awalnya bersikap pasif dengan hanya menahan serangan-serangan pukulan dari Ryan, lama-lama berubah jadi turut membalas Ryan. Akhirnya dia berhasil mendaratkan satu pukulan diwajah Ryan. Aris yang tanpa sengaja melakukah hal itu, kemudian meminta maaf.
"Ryan maafkan aku.. Aku tidak bermaksud untuk membalas pukulanmu itu. Aku hanya ingin menjelaskan.. kau telah salah paham padaku" ucap Aris
Ryan tidak terima karena dirinya dihajar balik oleh Aris, kemudian semakin marah dan berusaha membalasnya.
"Salah paham omong kosong.. Apa aku bodoh sehingga mau mempercayai semua bualanmu itu.." balas Ryan dengan emosi
"Menantu.. Menantu apanya.. Kau ingin berperan menggantikan aku sebagai menantunya, hah? Ayo cepat katakan..!!!" sambil Ryan memukul wajah Aris kembali
Semua orang semakin ramai diparkiran tersebut hanya untuk menonton perkelahian mereka. Hingga ada seorang perawat yang menyadari itu merupakan salah satu keluarga pasien dari kamar 205 pun, kemudian melaporkan hal tersebut pada Papa dan juga Shina yang ada didalam ruang kamar.
Shina yang panik kemudian segera berlari keluar ke arah parkiran. Sementara Papa, dia berusaha menghubungiku untuk datang kerumah sakit dan menghentikan Ryan.
Begitu mendengar kabar dari Papa aku pun segera bergegas menuju ke Rumah Sakit. Saat itu, terjadi insiden kecil saat aku keluar dari apartemen. Aku yang tidak sabaran menunggu lift, kemudian memilih untuk turun menggunakan tangga darurat. Saat menuruni tangga, aku sempat terjatuh dan mengakibatkan luka lebam diwajah, pipi, keningku, serta tangan. Saat itu, kakiku juga sempat terkilir, tapi aku tetap berusaha menahannya dan pergi sesegera mungkin ke Rumah Sakit untuk mengehentikan perkelahian Ryan dan Aris.
Setibanya di Rumah Sakit, ternyata Ryan dan Aris sudah diamankan di suatu ruangan oleh petugas keamanan disana. Kemudian,
"Mas Ryan.." ucapku sambil setengah berteriak saat melihatnya
Saat itu, untuk pertama kalinya aku melihat suamiku itu dengan wajah yang kusut dan berantakan akibat luka saat perkelahian. Disisi lain terlihat pula Aris dengan kondisi yang sama, wajah yang terluka.. Namun saat itu, ada Shina disisinya yang mencoba membersihkan bekas luka dan menaruh obat merah diwajahnya.
Ketika melihatku, Shina tiba-tiba berkata
"Hey Lena, katakan pada suamimu itu kalau aku akan melaporkan tindakan kurang ajarnya pada Aris ke pihak berwajib." ucap Shina sambil masih mengobati luka diwajah Aris
"Melaporkanku, heh?? Silahkan.. Coba saja! Aku ingin lihat, siapa yang kira-kira akan ditahan oleh polisi dan masuk penjara nantinya." balas Ryan
"Mas, sudahlah.." ucapku
Saat itu kemudian Ryan tersadar dan memperhatikan wajahku yang lebam dan terluka. Lalu dia berkata,
"Sayang, kamu kenapa?" ucapnya khawatir sambil memegang wajahku
"Aww.. Sakit!" ringisku ketika dia menyentuh bagian wajahku yang terluka
"Ini.. tadi aku terjatuh saat terburu-buru menuruni tangga diapartemen." jawabku
"Lain kali kau harus lebih hati-hati Sayang.. Coba sini aku lihat, apa saja yang terluka" ucap Ryan yang masih mengkhawatirkanku
"Sudahlah itu tidak penting, kita temui Papa sekarang.. Tapi sebelum itu, Mas harus minta maaf dulu pada Aris atas tindakan yang Mas lakukan tadi." balasku
"Minta maaf padanya?? Yang benar saja Sayang.. Aku tidak sudi !!" ucap Ryan menolak
"Apa kamu tahu apa yang di lakukannya? Dia telah berani membohongiku. Padahal tadi kita sempat bertemu sebelumnya, tapi dia tidak mau bilang kalau Papa yang ada didalam ruangan. Belum lagi.. dia mengaku-ngaku sebagai menantu Papa.. Apa-apaan!!.. Aku yakin sampai saat ini dia masih berharap untuk menjadi menantunya.." balas Ryan tidak senang
"Mas.. Kau salah paham. Dia itu orang yang menolong Papa dan membawa Papa kesini. Kalau tidak ada Aris, mungkin Papa tidak akan selamat. Dan juga.. dia tidak mencoba berbohong dengan sengaja padamu. Papa yang memintanya untuk merahasiakan ini. Papa tidak ingin membuatku cemas dan khawatir." aku menjelaskan
"Sayang.. Kamu tahu kan, aku pernah bilang apa sama kamu. Aku tidak suka ya kamu membela orang lain, terutama pria lain didepanku.. terlebih lagi Aris ini" ucap Ryan dengan ekspresi dingin dan tidak senang sambil menunjuk ke Aris
"Bukannya aku membela dia, Mas. Tapi, kenyataannya memang seperti itu. Mas telah salah paham. Ayo, cepat Mas minta maaf.. Kalau Mas tidak mau, maka aku akan pergi sendirian ke tempat Papa.." ucapku sambil berjalan hendak membuka pintu dan meninggalkannya
"Sayang tunggu.." Ryan memanggil
"Akkkhhhh..." keluh Ryan saat itu kesal, karena bagaimanapun dirinya sebenarnya tidak mau meminta maaf pada Aris
Kemudian setelah aku keluar ruangan, Ryan pun akhirnya mau meminta maaf.
"Maaf !" ucapnya dengan singkat, tidak tulus, dan setengah hati. Lalu Ryan pun bergegas menyusulku ke ruangan Papa.
Sementara saat itu Shina dan Aris,
"Cihh.. Apa-apaan itu tadi. Apa seperti itu yang namanya minta maaf. Enteng sekali.. dan juga tidak terlihat tulus." ucap Shina sebal saat melihat perlakuan Ryan tadi
"Sudahlah.. Aku bisa memahami kenapa dia bersikap seperti itu. Benar katanya, kita telah membohonginya tadi. Mungkin kalau aku jadi dia, aku juga akan emosi dan marah" balas Aris
"Kau ini bodoh ya!!" ucap Shina kesal pada Aris
"Sudah diperlakukan seperti ini, masih saja kau membelanya.. Ckckkk.." lanjut Shina berkata
"Pantas saja Lena langsung meninggalkanmu saat itu, sebab kau sendiri yang merelakannya pergi dan tidak mau berusaha memperjuangkannya.." ucap Shina masih emosi melihat sikap Aris tadi
"Hey Aris, kau harus tahu satu hal. Jadi manusia, kita juga perlu bersikap egois dan berusaha mendapatkan apa yang seharusnya menjadi milik kita.. Jangan lembek dan pasrah seperti yang kau lakukan sekarang.. Kalau kau seperti ini terus, maka orang-orang akan memandangmu rendah dan memperlakukanmu seenaknya.." ucap Shina menggebu-gebu menasihati Aris
"Kalau itu kau.. Apa kau juga akan bersikap seperti itu padaku?.. Memandangku rendah dan memperlakukanku seenaknya?" tanya Aris pada Shina yang membuat Shina terkejut seketika
Sebenarnya saat itu Shina ingin menjawab, "Kalau aku, tentu saja tidak akan memperlakukanmu seperti itu, karena aku peduli dan sayang padamu, Ariss.."
Tapi, alih-alih menjawab seperti itu, Shina malah menjawab
"Kalau aku jadi kau, aku akan membalik keadaan.. Akan kubuat Ryan babak belur dulu, baru setelah itu kujelaskan bahwa aku terpaksa melakukan itu untuk membantu mertuanya yang saat itu membutuhkan pertolongan.." ucap Shina sambil sengaja menekan keras luka Aris menggunakan obat merah tadi yang membuat Aris meringis kesakitan
Setelah itu, Shina pun pergi meninggalkan Aris untuk menyusulku dan Ryan ke kamar Papa.
Saat itu, ketika aku memasuki kamar Papa
"Papa.." ucapku histeris dan sedih melihat kondisi Papa saat itu, sambil aku memeluknya.
"Kenapa Papa tidak bilang dan merahasiakan ini semua. Apa Papa tahu bagaimana paniknya Lena ketika Pak Asep menelpon tadi dan mengatakan bahwa Papa telah hilang.."
"Lain kali jangan lakukan ini Pa, Lena mohon.." ucapku sambil menangis
"Papa adalah satu-satunya keluarga yang Lena punya. Lena tidak mau jadi orang yang terakhir tahu kalau ada apa-apa terjadi sama Papa.. Papa jangan berbuat seperti ini lagi ya." ucapku sambil masih memeluk Papa
Saat itu, Papa yang tiba-tiba membalas pelukanku, membuatku merasa sakit dan meringis karena Papa menekan bagian luka di lenganku saat itu. Kemudian,
"Kenapa Sayang?" ucap Papa heran karena aku sempat meringis kesakitan
Begitu aku melepaskan pelukan Papa, Papa pun akhirnya melihat kondisi mukaku yang lebam dan terkejut.
"Kamu kenapa bisa kayak gini Nak?" ucap Papa terkejut sambil memegang wajahku
Tak lama dari itu, kemudian Ryan pun masuk kamar rawat inap Papa dengan kondisi muka yang terluka dan juga lebam. Lalu,
"Hey Ryan, Apa kau yang melakukan ini pada Lena, hah?" ucap Papa marah sambil menunjuk ke arah wajahku yang terluka
Aku yang melihat hal itu pun langsung menjawab,
"Bukan Pa. Luka ini Lena dapat saat Lena menuruni tangga diapartemen tadi. Karena terburu-buru, Lena terpeleset dan akhirnya terjatuh.." jawabku
"Sudah Lena, kau tidak usah membelanya. Papa tahu dia itu orangnya emosional.. Lihat saja apa yang dilakukannya pada Aris tadi.." ucap Papa sambil menunjukkan ekspresi tidak senangnya pada Ryan
"Tapi Pa.. Mas Ryan sama sekali tidak pernah berbuat hal buruk padaku. Apalagi memukulku, dia tidak pernah melakukan itu.." jawabku
"Sudahlah Sayang.. Kau diam.. !! Tidak usah merasa bersalah dengan membela suamimu itu" Papa memerintahkanku untuk diam
"Aku dengar, katanya kau juga sempat mengajak Lena ke klub malam sehingga menyebabkan insiden terjadi saat itu. Kalau bukan karena Aris, mungkin Lena sudah terluka parah.."
"Kau ini sebenarnya bagaimana sih jadi seorang suami Ryan..!! Kenapa kau bisa membiarkan itu semua terjadi pada istrimu, hah? Bagaimana kau menjaganya selama ini??" ucap Papa marah dan membentak Ryan
Sebenarnya saat itu, aku ingin sekali membela Ryan tapi.. Papa sebelumnya sudah mengingatkanku untuk diam dan tidak ikut campur. Aku tahu Papa itu orangnya sangat keras dan tidak suka omongannya di bantah. Oleh karena itu, saat itu aku memilih diam. Meskipun aku tidak tega melihat Mas Ryan dimarahi dan disalahkan seperti itu.
Ryan terus terdiam mendengarkan amarah dan kekecewaan Papa terhadap dirinya. Jujur, aku yang melihatnya menjadi tidak tega.
"Maafkan aku Pa. Maaf karena aku telah lalai sebagai seorang suami menjaga Lena.." ucap Ryan merasa bersalah sambil menundukkan kepalanya
"Kau pikir dengan meminta maaf seperti itu cukup untuk menyembuhkan luka ditubuh Lena dan membuat keadaan jadi lebih baik?? Aku benar-benar kecewa kepadamu." balas Papa
"Lebih baik kau keluar segera dari ruangan ini. Untuk sementara, aku tidak ingin melihat wajahmu itu.." Papa mengusir Ryan
"Tapi Pa.." Ryan mencoba menolak
"Papa.." ucapku tidak setuju dengan keputusan Papa
"Sudahlah kau diam saja Lena. Kau tetap disini temani Papa. Biarkan suamimu itu pulang.. Karena dengan kehadirannya disini hanya akan membuat suasana menjadi kacau dan panas.."
"Tapi Pa.." aku masih berusaha membujuk Papa untuk tidak mengusir Ryan
"Sudahh...!!!" ucap Papa sambil berteriak
Dan seketika Papa meringis kesakitan sambil memegang dadanya. Aku dan Mas Ryan yang panik melihat keadaannya kemudian
"Papa.. Papaa..." ucapku panik sambil mencoba berbicara pada Papa
"Aku akan memanggilkan dokter.." ucap Ryan tiba-tiba
Namun saat itu, sambil menahan sakit Papa kembali berkata
"Tidak perlu.. Kau segeralah pergi dari sini." ucap Papa kembali mengusir Ryan
"Dan kau Lena, cepat kau panggilkan Aris kemari.." ucap Papa padaku
"Aris??" ucapku heran sambil mengulang Papa
"Sudah, tidak usah banyak membantah. Cepat panggilkan dia sekarang." perintah Papa
Dan aku pun kemudian keluar ruangan untuk mencari Aris. Sementara Ryan, dia masih mematung di ruangan Papa. Dia masih tidak percaya oleh apa yang baru saja didengar oleh telinganya saat itu. Bagaimana bisa Papa mengusirnya dan malah menginginkan Aris, pikirnya kesal.