Saat itu, Ryan masih terlihat mematung didalam ruangan.. mendengar Papa Mertuanya lebih mengandalkan Aris yang tidak mempunyai status apapun dalam keluarga, dibandingkan dirinya yang merupakan seorang menantu. Rasa sakit hati dan kecewa menghinggapi Ryan saat itu. Ini pertama kali dia mendapat perlakuan seperti itu dari orang terdekatnya. Selama ini, semua orang selalu menghormati dan memperlakukannya dengan baik karena memandang statusnya sebagai anak tunggal Pak Pratomo, salah satu dari sepuluh orang terkaya dan berpengaruh di Indonesia. Tidak ada yang pernah marah, membentak, atau bahkan mengusirnya seperti yang dilakukan Papa Mertuanya tadi. Kemudian,
"Hey Ryan, kenapa kau masih berdiri disini. Cepat keluar sana.." ucap Papa yang menyadarkan Ryan dari lamunannya
"Aku tidak akan membiarkanmu dekat dengan Lena sebelum kau bisa mengontrol emosimu dan menyadari semua kesalahan yang telah kau lakukan pada Aris.." lanjut Papa
Ryan yang putus asa, kemudian pergi menghampiri Papa sambil berlutut dihadapannya,
"Pa, Ryan menyesal.. Ryan tahu Ryan salah telah melakukan itu semua pada Lena, dan juga Aris tadi.. Maafkan Ryan Pa.." ucap Ryan memohon
Papa terlihat diam, tidak menggubrisnya. Dan Ryan pun kembali melanjutkan,
"Saat itu, ketika Ryan melihat Papa dan Aris mengobrol diruangan ini dengan akrab sambil tertawa, Ryan merasa cemburu. Ryan merasa bahwa Aris akan menggantikan posisi Ryan sebagai menantu Papa.."
"Seperti yang Papa tahu, Aris.. dia itu dulu adalah mantan kekasih Lena. Seketika itu rasa iri dan cemburu membuat Ryan benar-benar gelap mata.. Ryan juga kesal pada Aris, karena sebelumnya ketika Ryan datang kemari, dia sempat berbohong dan bilang kalau atasannya yang sedang dirawat disini.."
"Pa, Ryan mohon.. biarkan Ryan disini menemani Papa bersama Lena. Jangan usir Ryan dari sini. Ryan benar-benar menyesal.." kali ini Ryan benar-benar terlihat pasrah, dengan tampang memelas, dia tetap memohon pada Papa
"Baiklah, aku akan memberikanmu satu kesempatan. Kali ini jangan membuatku kecewa." ucap Papa berusaha memaafkan
"Sekarang kau berdiri. Aku tidak suka melihat seseorang memohon sambil berlutut seperti itu, seperti tidak punya harga diri.." ucap Papa dingin
"Lain kali, jangan pernah kau lakukan itu terhadap siapapun Ryan, selain orang tuamu. Kau mengerti?" Papa memperingati
"Baik Pa." jawab Ryan sambil tersenyum dan mencoba berdiri
"Ryan berjanji, Ryan akan menjaga dan melindungi Lena agar tidak sampai terluka seperti tadi.."
"Ryan benar-benar mencintai Lena, Pa.. Jadi, sebisa mungkin Ryan tidak akan pernah membuatnya menderita" ucap Ryan kembali dengan sungguh-sungguh pada Papa
"Apa kali ini Papa bisa pegang ucapanmu itu?"
"Tentu saja.." jawab Ryan dengan lantang
"Baiklah. Kalau begitu aku ingin kau berjanji satu hal?"
"Berjanji? Tentu.. Apapun demi Lena pasti akan Ryan lakukan. Papa ingin Ryan berjanji apa?"
"Aku ingin kau berjanji selalu menjaga dan melindungi Lena, tidak akan pernah membuatnya terluka hingga menderita sampai.." Papa berhenti sesaat
"Sampai..?" ucap Ryan mengulang kata-kata Papa
"Lena sendiri yang memutuskan untuk pergi meninggalkanmu.. Sampai saat itu terjadi, maka kau tidak mempunyai hak lagi terhadapnya dan kau juga harus menghormati keputusan Lena saat itu" Papa melanjutkan
Tanpa berpikir panjang, Ryan pun langsung menyetujui dan menyanggupinya.
"Baiklah akan Ryan lakukan.." ucap Ryan senang
Dan Ryan pun kembali mengucap janjinya didepan Papa sambil mengangkat tangan kanannya ke atas,
"Aku Ryan Adji Pratomo berjanji akan selalu menjaga dan melindungi istriku Lena Wijayanti yang merupakan anak dari Bapak Handoko Wiguna, tidak akan pernah membuatnya terluka hingga menderita sampai dia sendiri yang memutuskan untuk pergi meninggalkanku." ucap Ryan dengan lantang dihadapan Papa
Setelah mengucapkan janjinya tersebut, kemudian Ryan pergi mendekati Papa Mertuanya itu. Lalu, tanpa disuruh, diapun kemudian memijat tangan Papa sambil tersenyum.
"Kau tidak perlu menjilatku seperti ini Ryan.." ucap Papa
"Ryan tidak menjilat kok Pa. Ryan hanya melakukan ini untuk menunjukkan rasa sayang dan peduli Ryan terhadap Papa.."jawab Ryan
"Oh ya, dada Papa apa masih sakit? Apa perlu Ryan pindahkan Papa ke Rumah Sakit lain yang lebih bagus dari ini atau mungkin Papa mau berobat ke luar negeri? Ryan ada kenalan dokter, kebetulan dia dulu dokter keluarga yang sering merawat Papa, tapi sekarang dia sudah tinggal dan menetap di Singapura. Kalau Papa mau, Ryan bisa memanggilnya untuk datang kemari" Ryan menawarkan
"Tidak usah.. Kau tidak perlu melakukan itu semua. Lagipula Papa juga sudah menyetujui untuk melakukan tindakan operasi disini. Biarkan kita lakukan disini saja.." balas Papa
Tak lama setelah itu, aku, Aris, dan Shina masuk ke dalam ruangan kamar. Saat itu, aku sempat terkejut melihat suamiku Ryan yang tadinya diperlakukan layaknya seorang anak tiri oleh Papa mendadak bisa berubah seperti ini. Disisi lain, Ryan yang melihat Aris masuk saat itu, masih merasa tidak senang. Walaupun dirinya sudah meminta maaf dan berjanji seperti tadi dihadapan Papa, tapi tetap saja dia tidak bisa menyembunyikan rasa ketidaksukaannya pada Aris. Terlebih lagi saat Papa memanggil Aris untuk mendekat padanya.
"Nak Aris, Kau sudah datang rupanya.." ucap Papa tersenyum sambil menjulurkan tangannya meminta Aris mendekat
Sementara itu,
"Ryan, kau bisa berhenti sekarang dan kesana" ucap Papa yang seolah kembali mengusir Ryan dari hadapannya
Ryan yang saat itu merasa tersisih dengan kedatangan Aris menjadi tidak senang.. hingga akhirnya aku pun datang dan menghampirinya.
"Sudah Mas.." ucapku menenangkan sambil memegang tangannya
Kemudian Papa pun berkata pada kami,
"Karena kalian semua sudah kumpul, Papa akan mengumumkan sesuatu pada kalian.." ucap Papa
"Aris.. Aku harap kau tidak keberatan dengan ini.." Papa berhenti sesaat
"Aku akan mengangkat Aris menjadi anak angkatku yang nantinya dia yang akan menjalankan bisnis dan meneruskanku untuk menjalani perusahaan ini.." ucap Papa secara tiba-tiba yang membuat kita semua terkejut
"Hah..! Mengangkatnya sebagai anak??" ekspresi Ryan kaget dan tidak setuju
"Kenapa? Kau keberatan Ryan kalau aku melakukan hal ini?" tanya Papa dengan ekspresi tidak senang pada Ryan
Sementara aku, aku pun terkejut mendengar semua perkataan Papa. Hingga Papa tiba-tiba menanyaiku juga
"Lena, kau tidak keberatan kan kalau dia menjadi Kakak angkatmu? Karena bagaimanapun aku lebih mempercayai dia yang menjagamu ketimbang Ryan suamimu itu." Papa melanjutkan
"Tapi Pa, kenapa bisa tiba-tiba Papa memutuskan seperti ini?" ucapku merespon Papa
Sementara saat itu Shina,
"Hebat juga kau Aris, dari mantan menjadi kakak angkat.. Progressmu itu sungguh luar biasa." ucap Shina meledek
"Aku tidak menyangka dengan semua sikap pasif yang kau tunjukkan itu, ternyata justru lebih memudahkanmu untuk membuka jalan seperti sekarang.." lanjut Shina berkomentar
"Ibarat peribahasa, kau ini diam-diam menghanyutkan.." Shina kembali menyindir
Aris yang saat itu mendengar semua perkataan tersebut merasa tidak nyaman. Rasanya seperti ada beberapa pasang mata sedang menatapnya sebagai buruan atau mangsa dan mereka semua siap untuk melahapnya hidup-hidup. Karena ketegangan yang dirasakannya saat itu, akhirnya Aris memutuskan untuk berkata,
"Maaf sebelumnya Pak, tapi aku rasa aku tidak pantas dan tidak bisa menerima tawaran dari Bapak."
"Aku sangat menyukai pekerjaanku yang sekarang karena sesuai dengan minatku. Sehingga aku tidak bisa meninggalkannya untuk pindah dan bergabung dengan perusahaan Bapak. Aku mohon maaf sebelumnya. Aku tidak bisa menerima tawaran bapak."