Setelah menolak tawaran dari Papa, Aris kemudian mengajak Shina untuk pamit pulang. Saat itu,
"Karena disini sudah ada Ryan dan Lena, kalau begitu saya dan istri saya pamit dulu Pak. Maaf sebelumnya tidak bisa menemani sampai Bapak melakukan tindakan stent jantung.. Saya doakan semoga semuanya berjalan lancar dan Bapak bisa segera pulih kembali."
"Semuanya aku Permisi dulu.. Pak, Ryan, Lena.." sapa Aris satu per satu pada mereka
"Shina Ayo.." Aris kemudian menarik tangan Shina dan mereka berdua pun pergi meninggalkan ruangan itu.
Saat itu, Papa terlihat agak sedih dan kecewa. Aku yang melihat ekspresi dari Papa kemudian mendekatinya,
"Pa.." sapaku sambil mendekat kearahnya
"Papa tidak apa-apa kan? Apa Papa sedih karena Aris menolak tawaran Papa tadi?" tanyaku penasaran
"Sebenarnya Papa berharap dia mau menerimanya.. Papa takut dia menjawab seperti itu karena merasa terintimidasi oleh seseorang disini" ucap Papa sambil melirik ke arah Ryan
"Kenapa Papa memilih Aris untuk meneruskan perusahaan Papa? Bukannya Lena tidak setuju Pa, tapi Aris itu.. " aku yang belum menyelesaikan kata-kataku tiba-tiba dipotong oleh Papa
"Apa kau merasa tidak enak pada suamimu itu, hah? Kau merasa karena Aris adalah mantan pacarmu dulu sehingga kau merasa terbebani dengan hal ini. Kau takut suamimu Ryan akan cemburu kan??" ucap Papa yang sengaja mengeraskan suaranya agar terdengar Ryan
Aku yang mendengar jawaban dari Papa pun merasa terkejut dan tidak enak. Bagaimana bisa Papa seolah membaca semua maksudku itu. Aku memang merasa terbebani dengan hal itu, bukan karena Aris adalah mantan pacarku dulu. Maksudku.. bukan karena aku masih ada rasa padanya, tapi lebih ke arah aku yang tidak mau membuat suamiku itu cemburu.
Kalian tahu bagaimana suamiku Ryan kan. Segala hal yang menyangkut hubunganku dan Aris di masa lalu selalu bisa memancing emosinya. Hubungan sebagai tetangga saja sudah cukup rumit begini, bagaimana jika Aris nanti benar-benar menjadi kakak angkatku. Belum lagi masalah Shina yang berstatus sebagai istrinya Aris dan juga mantannya Ryan. Membayangkannya saja aku benar-benar tidak sanggup.
Aku merasa sepertinya aku salah mengungkit hal ini. Papa terlihat seperti akan memusuhi Ryan lagi. Perseteruan antara mertua dan menantu sepertinya akan terulang kembali diruangan ini. Untuk mencegah hal itu, aku pun segera menjawab Papa
"Nggak kok Pa. Mas Ryan.. dia itu tidak cemburu sama sekali terhadap Aris.." ucapku sambil sesaat menatap Ryan
"Kau tidak usah berbohong pada Papa Lena. Barusan dia sendiri yang cerita kalau alasan dia mengahajar Aris saat itu adalah karena dia cemburu."
"Apa kau tahu, dia bilang apa tadi? Katanya Aris akan menggantikannya menjadi menantuku menggantikan dia.. Benar-benar kekanak-kanakan.. Kalau tahu dia mempunyai sifat seperti itu, harusnya aku tidak menjodohkanmu dengan dia waktu itu.." Papa masih terus memojokkan Ryan
"Sudah Pa. Semuanya sudah terjadi. Lena senang kok Papa menjodohkan kami. Lena bangga menjadi istri dari Mas Ryan, seorang yang sangat lembut, baik hati, penuh perhatian, dan hangat.."
"Dia selalu bersikap romantis dengan memuji Lena dengan gombalan-gombalan dan rayuan manisnya.." ucapku yang membuat Ryan senang dan terharu. Karena bagaimana mungkin aku bisa menyanjung dirinya seperti tadi. Apalagi perkataanku yang saat itu mengatakan bahwa aku menyukai gombalan-gombalan dan ruayuannya. Meskipun dia tahu mungkin itu adalah kebohongan belaka tapi Ryan tetap senang karena aku membelanya didepan Papa.
"Romantis??.. Lena sayang, kau perlu tahu bahwa pria sejati itu tidak hanya dilihat dari bagaimana sikap romantisnya dia atau gombalan-gombalan dia padamu, tetapi lebih ke bagaimana perlakuan atau tindakan yang dia lakukan. Lihat saja kondisimu sekarang.. Apa dengan sikap romantisnya itu bisa menjagamu dan melindungimu dari luka-lukamu itu, hah?" balas Papa dingin
"Sudah kau tidak usah berusaha untuk membelanya lagi.." ucap Papa sambil memperingatiku dengan keras
Aku yang mendengar dan tahu itu merupakan peringatan Papa kembali terdiam. Begitu pun dengan Mas Ryan. Kasihan dia.. kondisinya memprihatinkan seperti seekor anak kucing kecil yang diasingkan oleh induknya. Bahkan, untuk mendekat dan menghiburnya saat ini, aku tidak berani melakukannya. Aku takut Papa akan kembali marah saat melihatku nanti dan akan menceramahinya lagi.
Disisi lain, Shina dan Aris
"Hey Aris.. Kau bodoh ya? Kenapa menolak tawarannya seperti itu??" tanya Shina dengan serius
"Jarang sekali ada seseorang yang berbaik hati menawarkan perusahaannya untuk kau kelola.. Bahkan, dia juga mengangkatmu sebagai anak agar kau bisa mewarisi semua perusahaannya itu."
"Aku tidak mengerti, apa kau ini begitu lugu atau benar-benar bodoh.. sehingga bisa melewatkan kesempatan emas ini begitu saja" ucap Shina kesal
"Kenapa? Apa kau sebegitu inginnya menjadi istri dari seorang yang mempunyai kedudukan tinggi diperusahaan atau menjadi pemilik perusahaannya?" jawab Aris dingin yang membuat Shina terkejut
"Karena tidak bisa memiliki Ryan disisimu.. kau jadi terobsesi untuk bisa memiliki seorang suami yang berkedudukan sepertinya??" Aris melanjutkan
"Kau.. Apa selama ini begitu cara penilaianmu terhadapku Aris??" ucap Shina dengan ekspresi kecewa, sedih, dan tidak senang pada Aris sambil menatapnya dalam
Saat itu, kemudian Shina memilih berdiam diri untuk menahan semua kesedihannya didalam hati. Sementara Aris, dia seperti menyesal telah mengatakan kata-kata tadi pada Shina. Dia juga berdiam diri, tidak mau menjelaskan bahwa alasan dia mengatakan semua itu karena dia masih cemburu pada Ryan. Dia menganggap Shina masih mencintainya bahkan hingga detik ini, karena dia masih menggunakan kalungnya itu. Mereka terus berdiam diri, sampai ojek mobil yang ditumpanginya membawa mereka ke Mall tanpa mereka berdua sadari.
Setibanya di pintu masuk Mall, barulah mereka berdua sadar.
"Maaf Pak, Bu, kita mau masuk kedalam atau sampai disini saja?" tanya supir ojek
"Hah..! Ini kan di Mall.." ucap Aris bingung masih belum menyadari kalau aplikasi pesanannnya memang tujuannya mengarah ke Mall
"Sudah disini saja Pak. Karena sepertinya kita juga akan kembali memesan ojek mobil lagi karena tujuan kita salah. Seharusnya bukan ke Mall ini.." jawab Shina sambil hendak turun dari mobil
Kemudian Aris menahan tangannya yang akan membuka pintu mobil saat itu sambil berkata pada sang supir.
"Kita masuk saja Pak, toh sudah terlanjur juga kesini." ucap Aris tiba-tiba yang membuat Shina terkejut
Sesampainya diloby kemudian mereka berdua turun. Namun, saat itu Shina masih terlihat diam dan tidak mau bicara apapun pada Aris.
"Ayo.." ajak Aris sambil mengulurkan tangannya pada Shina untuk masuk kedalam
"Mau apa kita disini?" tanya Shina jutek, tidak mau memberi tangannya
"Bukankah tadi kau bilang, sebelum pulang mau mampir kesini dulu karena ada sesuatu yang ingin kau beli." balas Aris
"Tidak usah. Aku rasa kita langsung pulang saja. Lagi pula aku juga tidak membawa dompet dan uangku itu.." balas Shina dingin
"Kan bisa menggunakan uangku.." balas Aris
"Maaf saja.. Karena kau bukan seseorang yang mempunyai kedudukan tinggi diperusahaan, bukan pemiliknya juga.. jadi aku rasa kau tidak bisa membeli barang yang aku butuhkan itu." balas Shina jutek sambil menyindir
"Maaf atas kata-kata tidak sopanku itu padamu.." ucap Aris tiba-tiba menyadari kesalahnnya
"Aku.. Saat itu aku merasa cemburu." lanjut Aris
Shina salah paham mengenai kata cemburu disini. Dia mengira bahwa saat itu Aris cemburu pada Lena. Karena dia menganggap Ryan suami Lena itu mempunyai kedudukan yang tinggi diperusahaannya dibandingkan Aris, maka dia pun merasa iri akan hal itu, pikir Shina.
"Mungkin aku tidak bisa membelikan barang yang kau inginkan dengan status dan kedudukanku saat ini, tapi setidaknya aku bisa membayar dan mentraktirmu untuk menonton dibioskop.." ucap Aris yang menyadarkan Shina dari lamunan
Shina yang terkejut, kembali mengingat kata-katanya saat itu. Saat dia bilang ingin menonton Chucky.
"Ayo.. Katanya kau sangat penasaran sekali ingin menonton filmnya." ucap Aris kembali
Kali ini Aris tidak menunggu respon dari Shina untuk menerima ajakannya serta menyambut tangannya, melainkan dia sendiri yang langsung meraih tangan Shina dan membawanya untuk masuk ke dalam Mall.
Shina sangat senang dengan perlakuan Aris saat itu, tapi kemudian dia terus memperingati dirinya sendiri didalam hati bahwa Aris melakukan ini hanya untuk menghiburnya saja. Tidak ada perasaan khusus Aris terhadap dirinya, Aris masih mencintai Lena, pikirnya sedih.
"Tapi setidaknya.. untuk saat ini, ijinkan aku untuk menikmati momennya.. Tidak peduli bagaimanapun perasaan dia terhadapku, aku hanya ingin menganggapnya seperti dia yang mengajakku kencan saat ini. Maafkan aku Aris.. setidaknya sebelum aku pergi, aku ingin melewati masa-masa indah ini bersamamu." ucap Shina dalam hati sambil menatap Aris, yang saat itu menuntun jalan didepannya sambil terus memegang tangannya menuju bioskop.