Sesaat setelah Shina mengecup kening Aris, tiba-tiba ketika dia hendak berdiri, kalung yang dikenakannya saat itu tersangkut di kaos baju Aris. Dia berusaha menarik kalung tersebut dengan hati-hati agar tidak membangunkan Aris. Shina terus berusaha menggunakan berbagai cara untuk melepaskan kalung yang tersangkut tadi, mulai dari mencongkel serat baju Aris menggunakan kukunya, menarik kalungnya secara perlahan, tapi semua upaya itu tidak berhasil.. hingga akhirnya, karena tidak sabaran dan takut nanti Aris akhirnya terbangun dan memergoki dirinya, akhirnya dia pun menarik kalung tersebut dengan keras sehingga kalungnya berhasil terlepas. Namun sayang, saat itu tidak hanya kalungnya yang berhasil terlepas tapi ternyata baju kaos Aris pun ikut robek akibat tarikan tadi dan membuat Aris terkejut hingga terbangun. Kemudian,
"Shina.." ucap Aris terkejut sambil mengumpulkan kesadarannya
Shina tersenyum kikuk melihat kondisi Aris saat itu. Dia berharap, semoga Aris tidak mengetahui apa yang baru saja dilakukannya.
"Kau.. sejak kapan kembali?" tanya Aris kembali
"Baru saja. Aku baru saja datang, hahahaa.." ucap Shina canggung sambil masih memegang kalung tadi
Aris yang saat itu telah sadar sepenuhnya dikejutkan oleh lengan baju sebelah kirinya yang robek. Diapun bingung, kenapa bajunya bisa robek saat itu. Perhatiannya kemudian tertuju kepada Shina yang saat itu sedang menggenggam erat kalung didadanya menggunakan tangan.
"Kau.. Apa kau yang melakukan ini pada bajuku?" sambil Aris menunjuk ke arah lengan bajunya yang robek
"Hah..! Untuk apa aku melakukan itu padamu.. Seperti kurang kerjaan.." jawab Shina berakting
"Ohh ya..? Terus menurutmu bagaimana bisa bajuku ini robek dengan sendirinya? Kau pikir aku tak tahu bahwa tadi ada seseorang yang menariknya.." Aris masih berusaha mendapatkan jawaban. Meskipun dia tahu Shina yang menariknya tetapi dia tidak tahu untuk alasan apa
"Baju kaosmu itu kan tipis. Bisa saja karena tersangkut oleh sesuatu tanpa kau sadari tadi kemudian tertarik dan robek" jawab Shina
"Tersangkut sesuatu?.." ucap Aris mengulang
"Iya.." jawab Shina masih berakting dan gugup
"Coba kemarikan tanganmu.." ucap Aris tiba-tiba
Dengan reflek, kemudian Shina memberikan tangan kanannya yang memegang kalung tadi ke Aris. Kemudian, Aris bangkit dari duduknya dan tiba-tiba melihat benda mungil yang menjuntai di leher Shina. Dia memperhatikannya dengan seksama dan ternyata menemukan barang bukti berupa benang disana. Sesaat, Aris pun tersenyum, namun kemudian ekspresinya berubah ketika dia menyadari nama yang terukir dikalung tersebut "SHIRY" yang mungkin kepanjangan dari Shina dan Ryan.
Seketika itu, api cemburu muncul dihatinya. Kenapa dia menggunakan kalung itu. Apakah sampai saat ini dia masih belum bisa melupakan Ryan.. Lalu, selama ini.. sikap yang ditunjukkan didepanku itu semuanya apa, pikir Aris. Aris mengira bahwa sikap Shina seperti tadi, cemburu pada Jessy, atau sikapnya yang tiba-tiba menarik handphonenya ketika akan memesan ojek online dan mengubah tujuannya menjadi ke mall, serta saat dia mengajaknya untuk nonton ke bisokop, atau sikap terkejutnya saat Ryan mengatakan bahwa Jessy cucu dari Pak Santoso.. itu semua merupakan sikap cemburu Shina yang menunjukkan bahwa dia ada perasaan pada Aris. Ternyata.. Selama ini aku yang terlalu percaya diri dan salah mengartikan maksud dari semua tindakannya itu.. pikir Aris kecewa. Dan saat itu, Aris tidak tertarik lagi untuk membahas masalah bajunya yang robek tadi karena kalung Shina. Hingga kemudian dia terdiam dan memalingkan wajahnya dari Shina.
Namun disisi lain, Shina yang mendapat perlakuan seperti tadi, terlebih saat Aris tiba-tiba mendekat ke arahnya dan memperhatikan kalung yang dikenakannya, dia menjadi gugup dan malu. Dia berharap jangan sampai Aris menginterogasinya lebih dalam mengenai kalung tersebut, serta alasan kenapa itu bisa tersangkut dan membuat bajunya robek atau dirinya akan dibuat lebih malu lagi, terlebih saat itu dia juga sempat mengecup kening Aris kan. Akan tetapi, dia merasa keberuntungan sedang berpihak padanya.. melihat reaksi Aris yang tiba-tiba terdiam dan memalingkan wajahnya, tidak membahas persoalan itu lagi. Kemudian Shina terpikir untuk segara mengalihkan pembicaraan dengan berkata
"Calon mertuamu kemana?" ucap Shina
"Sedang melakukan pemeriksaan diruangan lain." jawab Aris dingin
Shina yang menyadari perubahan sikap dari Aris pun dibuatnya terheran. Ada apa dengan Aris, kenapa dia jadi begitu dingin sekarang. Masa hanya karena bajunya yang robek itu dia marah dan menjadi bersikap dingin.. pikir Shina.
Dan hubungan mereka berdua pun kembali merenggang karena masalah itu. Mereka sama-sama terdiam diruangan kamar sambil menunggu Papa kembali setelah melakukan pemeriksaannya.
Ditempat lain, Asep yang telah tiba dikantor Papa kembali terkejut karena tidak menemukan majikannya ditempat itu. Dengan panik, kemudian dia meminta salah satu karyawan Papa, Pak Ali untuk menghubungiku karena Asep pikir mungkin Papa pergi ke apartemenku.
Setelah Asep berhasil menghubungiku dan menceritakan semuanya, aku yang panik seketika langsung menghubungi Mas Ryan begitu Asep menutup telponnya.
"Maaass.." ucapku panik ketika telpon mulai tersambung
"Papa.. Papaa.. Papaa hilang" ucapku panik, khawatir, sambil menangis
"Tadi Pak Asep telpon katanya Papa hilang bersama dengan mobilnya?"
"Hilang??! Bagaimana mungkin..?" ucap Ryan heran
"Sayang, coba kamu tenang dulu dan ceritakan dengan jelas semuanya.." Ryan berusaha menenangkan
"Saat menuju ke kantor.. Papa menyuruh Pak Asep menepikan mobilnya disalah satu restoran karena melihat Mama ada disana.."
"Mama? Maksudmu Mamaku?" Ryan memastikan
"Iya Mama. Bu Tomo.. Ibu mu Mas.." jawabku
"Kemudian dia menyuruh Pak Asep turun untuk mengikutinya, tapi saat Pak Asep kembali.. Papa dan mobilnya sudah tidak ada.." lanjutku bercerita
"Pak Asep mencoba ke kantor tapi Papa juga tidak ada disana. Dan barusan dia menelponku karena mengira Papa datang kesini, tapi kan Papa tidak kemari.. Bagaimana ini Mas??" ucapku panik
"Papa itu.. dia punya riwayat penyakit jantung. Aku takut terjadi sesuatu pada Papa.." ucapku masih menangis
"Sayang.. Sayang.. Kamu tenang dulu.." jawab Ryan
"Bagaimana aku bisa tenang, ketika aku tahu Papa menghilang seperti ini.. Apa sebaiknya kita lapor masalah ini ke polisi. Mas, aku takut Papa.." Aku yang belum menyelesaikan kata-kataku dipotong oleh Ryan
"Polisi tidak akan menanggapi masalah seperti ini. Kasus kehilangan itu harus minimal 2x 24 jam baru bisa dilaporkan. Kita harus memikirkan cara lain." balas Ryan
"Dengar Sayang, kamu sekarang coba hubungi satu persatu rekan bisnis Papa, siapa tahu Papa pergi ke tempat mereka.. sementara aku, aku akan mencari di rumah sakit - rumah sakit terdekat dari tempat pemberhentian Papa yang terakhir, siapa tahu Papa ada disana." Ryan memberikan arahan
"Iya Mas..." ucapku masih sambil menangis
"Sudah Sayang jangan menangis.. Kekhawatiranmu justru akan membuat keadaan makin buruk. Kita berdoa sekarang, semoga Papa baik-baik saja dan segera ditemukan." Ryan masih mencoba menenangkanku
"Sudah ya Sayang.. Jangan menangis lagi. Sekarang kamu mulai hubungi teman-temannya Papa. Aku tutup telponnya." ucap Ryan
"Ya Mass.. Mas juga hati-hati. Segera hubungi aku kalau mendapat kabar mengenai Papa" balasku
"Iya Sayang.. Pasti." dan Ryan pun menutup telponnya.
Setelah menutup telpon, Ryan kemudian menelpon Mamanya. Dia mencoba menanyakan, tadi Mamanya mampir ke restoran mana dan juga apakah dia sempat bertemu dengan Papanya Lena disana. Namun, Mama menjawab dia tidak melihat Papa Lena saat itu. Mamanya juga menanyakan kenapa Ryan tiba-tiba menelpon dan menanyakan hal itu padanya. Ryan yang tidak ingin membuat Mamanya khawatir, kemudian menjawab mungkin Papanya Lena ada disana karena tadi dia bilang akan mampir ke restoran itu juga. Tak lama setelah itu, Ryan pun menutup telponnya.
Setelah mengetahui nama restorannya, Ryan kemudian membuka aplikasi map di handphonenya dan mulai mencari, kira-kira rumah sakit apa saja yang dekat dengan restoran tersebut. Dia tidak mengira bahwa ternyata rumah sakit tempat dirinya berada sekarang adalah rumah sakit terdekat yang berjarak 870 meter dari restoran. Tanpa berpikir panjang, dia pun lalu menuju ke ruang IGD untuk menanyai apakah ada pasien yang bernama Handoko Wiguna atau pasien yang mengalami serangan jantung. Betapa terkejutnya Ryan ketika dia tahu memang benar Papa mertuanya tadi sempat kemari dan sekarang sedang berada di ruang rawat inap dan akan menjalani tindakan stent jantung. Bahkan, perawat tersebut juga sempat menjelaskan padanya bahwa Papa tidak sendiri karena ada menantunya juga yang menemani. Dan menantunya tersebut telah mengurus semua prosedur dan menandatangani surat wali untuk melakukan tindakan stent jantungnya.
Saat perawat menjelaskan mengenai menantu, entah kenapa mendadak pikiran Ryan teringat akan sikap aneh Shina dan juga Aris tadi. Tanpa menanyakan nomor kamar rawat inap tersebut pada perawat tersebut, dia pun langsung pergi menuju kamar tempat Aris dan Shina berada tadi. Dari luar ruangan kamar, melalui celah kaca, Ryan kemudian melihat Papa mertuanya saat itu sedang mengobrol sambil tertawa dengan Aris. Melihat hal itu, emosi Ryan meluap. Rasa marah, kesal, dan cemburunya saat itu membuatnya ingin sekali menghajar Aris hingga babak belur saat ini juga. Hingga akhirnya dia pun memutuskan untuk melaksanakan niatnya itu, dengan menelpon Aris dan mengajaknya untuk bertemu di parkiran Rumah Sakit. Sesaat setelah Aris muncul kemudian,
*Buugg.. (Ryan menghajar Aris)