"Jessy.. kenapa tiba-tiba dia ada disini?" pikirku terkejut
Jessy atau Jesayca ini merupakan kakak senior Aris di jurusan Arsitek. Dia satu angkatan diatasnya Aris walaupun umur mereka sebaya. Dia merupakan wanita blesteran Indo-Australi yang juga merupakan Dewi yang sangat dikagumi si Universitas kami, mungkin seperti yang dikatakan Karin. Yang aku tahu, Jessy ini sangat menyukai Aris tapi entah kenapa saat itu Aris tidak menerima pernyataan cintanya sehingga membuat satu kampus heboh oleh berita Sang Dewi yang ditolak. Saat itu terjadi, aku dan Aris belum berpacaran, aku mengetahui gosip itu dari omongan beberapa seniorku dikampus. Sama seperti Aris, Jessy ini juga turut aktif dalam berbagai kegiatan kampus. Dimana Aris menjadi ketua diacara even atau kegiatan apapun, pasti disana terlihat Jessy sebagai wakil, bendahara atau jabatan lainnya. Bahkan, ketika aku masih berpacaran dengan Aris, aku juga sempat dibuat cemburu beberapa kali olehnya karena dia yang selalu menempel pada Aris.
"Kalian berdua tidak berubah ya. Benar-benar awet muda.. Apa kalian juga tinggal disini?" tanya Jessy heran pada kami
Kami yang masih terkejut melihatnya saat itu, masih terdiam dan tidak menanggapi pertanyaannya. Hingga kemudian dia kembali berkata,
"Aris, kenapa jadinya kalian tinggal diapartemen. Bagaimana dengan rancangan rumah masa depan yang waktu itu kau perlihatkan desainnya padaku sebelum kau melamar Lena? Apa kau tidak jadi membangun rumah itu??" tanya Jessy kembali
"Rumah masa depan..??" ucapku heran
"Iya, apa kau tidak tahu Lena. Aris telah mempersiapkan segalanya untukmu. Dia sempat memperlihatkan desain rumahnya itu, sangat bagus..sungguh. Dia cerita padaku bahwa dia sengaja mengikuti semua kegiatan, even, bahkan pekerjaan kecil apapun yang menghasilkan banyak uang untuk membangun.." Jessy yang belum menyelesaikan kalimatnya itu tiba-tiba dipotong oleh suara Aris
"Jessy... " ucap Aris agak mengeraskan suaranya
"Kenapa? Apa kau masih malu-malu pada istrimu ini Aris. Atau karena kau tidak jadi membangun rumahnya?" tanya Jessy sembari meledek
"Maaf Jessy, sepertinya kau salah paham pada kami. Aku dan Aris bukanlah pasangan suami istri. Kami hanya kebetulan bertetangga disini." ucapku kemudian
Jessy yang mendengar hal itu pun dibuatnya kaget dan terkejut. Kemudian,
"Jadi kalian waktu itu tidak jadi menikah?? Loh.. Lena, bukankah kau sudah menerima lamaran Aris." tanyanya heran
"Iya.. Waktu itu ada masalah. Dan..Oh iya Jessy, ini suamiku Ryan dan yang ada disebelahnya Shina istri Aris" aku menjelaskan pada Jessy
Jessy menyapa mereka dengan menganggukan kepalanya ke arah Ryan dan juga Shina. Namun saat itu, ada kenyataan yang membuat Ryan dan Shina terkejut yaitu mengenai hubunganku dan Aris, dimana aku sempat menerima lamaran Aris, namun sayang pernikahan itu tidak jadi terlaksana. Mereka berdua mungkin sangat penasaran dan bertanya-tanya apa yang terjadi waktu itu, bagaimana kami bisa berpisah jika aku telah menerima lamaran Aris sebelumnya. Kemudian Jessy,
"Maaf, aku tidak tahu kalau ternyata kalian tidak jadi menikah. Sepertinya aku telah melakukan kesalahan besar dengan menceritakan ini semua.. terlebih ada keluarga kalian juga disini." ucap Jessy menyesal
Saat itu, Jessy terus memperhatikan Shina dengan seksama. Dia masih heran dan bertanya-tanya kenapa Aris bisa menikah dengan wanita seperti itu. Bukankah tipenya dia yang seperti Lena, lugu, polos, dan sederhana. Dia masih terus memperhatikan Shina, hingga akhirnya Shinapun tersadar dan menyapanya
"Kau.. Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Shina heran pada Jessy dengan jutek
"Ah, maaf kalau aku membuatmu tidak nyaman Nyonya Aris. Aku hanya tidak menduga bahwa Aris akan memilih menikah dengan wanita sepertimu" ucap Jessy
"Apa maksudmu dengan berkata "wanita sepertimu", memangnya kau pikir kau siapa berhak mengatur selera orang akan menikah dengan wanita seperti apa?" jawab Shina mendadak emosi
"Maksudku, aku hanya tidak mengira Aris akan menikahi wanita yang diluar tipenya itu. Sebab aku tahu, Aris itu orang yang seperti apa.. Kita dulu satu kampus bahkan fakultas. Semua even dan kegiatan yang diikuti oleh Aris akupun juga ada disana, jadi kami ini dulu lumayan cukup dekat. Benarkan Pak Ketua?" ucap Jessy nakal sambil mengedipkan sebelah matanya.
Melihat hal itu, Shina begitu emosi hingga ketika dia akan mendamprat Jessy, Aris menahannya dengan memegang tangannya.
"Ayo kita ke atas Shina.. Semuanya, aku pamit duluan" Aris mengajak Shina naik lift terlebih dulu.
Namun, saat itu Jessy
"Aris kau tinggal di unit berapa?? Aku 905 persis disebrang lift, barangkali kau mau mampir untuk ngopi bareng.. Aku masih ingat cara meracik kopi favoritmu itu" ucap Jessy sesaat sebelum Aris dan Shina naik lift
Saat itu, Shina yang masih begitu emosi, terlihat akan keluar dari lift dan melabrak Jessy namun tidak keburu karena Aris yang menahannya dan kemudian menutup pintu lift.
"Jessy, kau tidak seharusnya bersikap seperti itu didepan Shina, istri Aris." ucapku sedikit berbisik pada Jessy
"Seharusnya aku tidak membiarkanmu bersama Aris waktu itu kalau akhirnya akan seperti ini. Aku menyesal.." ucap Jessy dingin membalasku
"Kau benar-benar tidak tahu bagaimana perjuangan Aris melakukan itu semua, hanya untuk hidup bersama denganmu Lena. Entah kau itu begitu polos atau pura-pura bodoh.. Kasihan Aris..!" ucap Jessy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya
Sesaat kemudian dia mengarahkan pandangannya ke Ryan suamiku.
"Sepertinya, uang memang lebih berkuasa dibandingkan dengan cinta.." dan Jessypun pergi meninggalkan kami.
Saat itu Ryan yang melihat dan mendengar semua kejadian itu hanya terdiam. Aku tidak tahu apa yang ada dipikirannya, dan aku juga tidak berani bertanya padanya. Aku takut sifat posesifnya itu akan kembali kumat dan dia akan melakukan tindakan bodoh lainnya. Jadi, saat kita menaiki lift
"Mas.. " sapaku yang tiba-tiba mengejutkannya
"Ada apa? Kenapa bengong seperti itu" tanyaku heran padanya
"Oh.. tidak apa-apa Sayang. Yang tadi itu siapa?" tanya Ryan padaku
"Dia Jessyca, senior Aris di jurusan Arsitek.. Kenapa? Cantik ya orangnya??"
"Iya.. eh, ohh.. Nggak kok Sayang. Dia gak cantik. Tentu saja kamu yang lebih cantik" jawab Ryan panik
"Mas jujur ya.. Kalau seandainya dia yang jadi istrimu dan aku bukan. Kira-kira mana yang lebih cantik diantara kami?"
"Pertanyaan macam apa itu Sayang.."
"Sudah Mas jawab saja, tidak usah pake lama!" desakku
"Mungkin dia memang cantik, tapi kalau aku.. Aku akan tetap memilihmu dan menikahimu Sayang. Percayalah.." ucap Ryan tersenyum sambil memeluk pinggangku
Aku yang menepis tangan Ryan itu masih tidak terima oleh jawabannya
"Jadi maksud Mas dia itu lebih cantik?.." tanyaku dengan nada tidak senang
"Aduh Sayang.. Kamu itu kenapa ya hari ini begitu sensi. Mau datang bulan jangan-jangan.." keluh Ryan
"Habis.. liat Jessy tadi membuatku kesal Mas. Aku jadi teringat kata-kata yang diucapkan Karin waktu itu.."
"Emang Karin ngomong apa ke kamu?" tanya Ryan penasaran
"Dia bilang, ibarat negara Jessy itu Indonesia, sedangkan aku hanya Pulau Jawa atau mungkin Bali.."
Ryan yang mendengar hal itupun kemudian tertawa terbahak-bahak.
"Ohh.. jadi Mas juga setuju dengan penilaian Karin itu.." ucapku dengan nada sebel
"Kalau gitu nanti malam Mas tidur di sofa aja, bila perlu sekalian tuh ke unitnya Jessy sana.."
"Sayang jangan ngambek dong. Aku cuma lucu aja denger perbandingan yang dibuat Karin untuk membandingkanmu dan Jessy.."
Aku yang masih sebel dengan Mas Ryan memilih meninggalkannya untuk jalan duluan ketika pintu lift terbuka. Sedangkan Ryan terus membujukku
"Sayang.. Jangan ngambek dong Sayang.. "
Ditempat Aris dan Shina
"Wanita jalang itu, berani sekali dia berkata seperti itu didepanku tadi." ucap Shina emosi
"Hey Aris, kau dengar ya.. lebih baik kau tidak usah berurusan lagi dengan wanita itu.. Kalau bertemu dengannya langsung menghindar saja. Benar-benar membuat orang kesal.." ucap Shina menggebu-gebu
Aris yang mendengar ucapan Shina itu tersenyum. Kemudian dia berkata,
"Shina, apa kau cemburu terhadap Jessy?" tanya Aris sambil tersenyum
"Aku.. Cemburu padanya??.. Tentu saja tidak. Bahkan, dia saja tidak bisa dibandingkan denganku." ucap Shina dengan nada PD
Kemudian Shina kembali berkata pada Aris,
"Hey Aris, aku ingin kau jawab dengan jujur. Diantara aku dan dia, mana yang lebih cantik menurutmu?" tanya Shina
"Seperti katanya tadi, dia itu memang bukan tipeku.." jawab Aris singkat
"Kalau aku tertarik padanya mungkin sudah dari lama aku menerima perasaannya itu" Aris melanjutkan
"Oh iya, aku lupa. Kau ini kan bodoh.. Selain itu, seleramu juga unik. Aku bisa mengerti kenapa saat itu kau lebih memilih Lena dibandingkan dia" jawab Shina kemudian
"Baguslah kalau kau mengerti.. Lalu kenapa sebelumnya kau bertanya itu padaku?" tanya Aris
Sesaat kemudian Aris mendekatkan dirinya ke arah Shina hingga membuat Shina mundur terus dan terpentok ke arah dinding. Aris kemudian mendekatkan wajahnya ke arah Shina dan berkata,
"Kalau kuperhatikan dengan seksama.. Mungkin kau ini lebih lumayan dibanding Jessy. Asal sikapmu tidak kasar dan sarkatik, mungkin aku juga bisa jatuh hati padamu.."
Shina yang malu, dengan muka merahnya itupun kembali menjawab,
"Memangnya siapa yang ingin agar kau jatuh cinta padaku, Cihh.. " Shina mendorong tubuh Aris yang ada didepannya itu.
Dia kemudian masuk ke dalam kamarnya. Namun, saat itu Aris tidak bisa berhenti untuk meledeknya
"Hey Shina.. Bukankah kau bilang wajahku ini lumayan??.."
"Aku sedang berpikir bagaimana kalau seandainya kau yang jatuh cinta padaku lebih dulu.. Shinaa...." ledek Aris
Shina yang mendengar ucapan Aris itu dibuatnya malu. Bagaimana tidak, jantungnya berdegup kencang dan mukanya masih merah. Dia masih bisa mengingat tatapan tajam mata Aris ketika mengatakan semua hal itu padanya.. Untuk sesaat, dirinya pun melupakan masalah Lena yang turut campur menghalangi jalannya untuk merebut Ryan kembali hingga masalah Jessy yang membuatnya kesal.