1. Ryan akan memenuhi kewajibannya sebagai seorang Ayah untuk Rani dengan meluangkan waktu 3 hari dalam seminggu untuk tinggal bersama Rani diapartemen Aris. Dalam menjalankan tugasnya, Ryan akan bertukar posisi dengan Shina (Shina akan tinggal diapartemen kami denganku),
2. Ryan dan Shina tidak diperkenankan melakukan kontak fisik atau apapun yang sekiranya dapat membuat kesalahpahaman pada keluarga kami masing-masing. Mereka berdua diperbolehkan pada hari minggu/libur untuk menghabiskan waktu dengan Rani (sebagai ayah dan ibu) dengan syarat masing-masing keluarga, baik istri/suami mereka harus turut mendampingi, tidak boleh hanya jalan berdua saja.
3. Hal-hal mengenai ketentuan lain, seperti penambahan atau perubahan kontrak harus berdasarkan kesepakatan bersama dimana masing-masing pihak keluarga, baik istri atau suami mereka turut serta menyetujui rencana tersebut.
4. Perjanjian kontrak ini berjalan hingga 3 tahun kedepan atau sampai Rani lulus SMA. Dan jika salah satu pihak ingin membatalkan atau mengakhiri kontrak ini, harus mendapat persetujuan dari pihak lain yang terlibat.
5. Apabila ada salah satu pihak baik Ryan maupun Shina yang melanggar isi perjanjian kontrak ini, maka pihak yang dirugikan bebas menuntut apapun termasuk pembatalan perjanjian kontrak ini.
6. Rani mempunyai hak istimewa dalam menentukan hari giliran untuk tinggal diapartemen bersamanya (ingin tinggal bersama Ryan atau Shina), termasuk jika dia ingin memutuskan untuk mengakhiri semua perjanjian kontrak ini.
"Sayang, apa-apaan ini?" ucap Ryan mengernyitkan keningnya
"Masa aku harus tinggal bareng Aris. Aku tidak mau!! Yang benar saja.." ucap Ryan menolak
"Lalu maksud Mas, Mas mau tinggal bersama Shina gitu??" balasku dengan nada tidak senang
"Bukan begitu Sayang. Tapi aku tidak mau kalau harus tinggal berdua bersama dengannya.. Apa tidak ada solusi lain untuk masalah ini?" ucap Ryan gusar
"Bagaimana kalau kita berempat tinggal bersama saja, tinggal dengan Rani. Aku nanti akan menyewa atau membeli rumah agar kita semua bisa tinggal bersama disana.." ucap Ryan melanjutkan
"Aku tidak setuju Mas.. Bagaimana dengan Oka? Kita tidak bisa egois dengan meninggalkannya sendiri tinggal diapartemen ini.." balasku menolak usulan Ryan
"Oka kan tinggal kita bawa saja untuk tinggal bersama kita, gampang.. " Ryan menjawab
"Tapi tetap saja Mas, tidak efisien.. Lagipula, apa bedanya kita tinggal satu rumah dengan kondisi kita yang sekarang? Toh hanya dibatasi oleh dinding dan pintu-pintu saja.. Saat ini kita juga bisa dibilang tinggal bersama dengan mereka walaupun hanya bertetangga. Kan hanya beda unit sebelah saja.."
"Tapi Sayang.. Kamu tahu kan, aku itu tidak pernah yang namanya bisa tidur dengan orang lain, selain denganmu, ibuku, dan juga Oka. Aku tidak mungkin tidur seranjang bersama Aris. Membayangkannya saja aku tidak sanggup." Ryan menjelaskan situasinya
"Oh ya?! Lalu, bagaimana dengan Shina. Mas bahkan bisa sampai punya anak segala waktu itu dengannya." ucapku menyindir
Mendengar itu, Ryanpun terdiam. Dia terlihat sedih dan menyesali segala perbuatannya dengan Shina. Karena tidak tega melihatnya dalam kondisi itu, aku pun berusaha kembali membujuknya
"Ayolah Mas.. Kau harus bisa melakukannya ya? Ini semua demi Rani.. Kau harus berkorban demi dia. Dia itu putrimu.."
"Lagipula, dengan tinggal bersama Aris mungkin Mas bisa belajar dan mengetahui lebih banyak tentang Rani.. karena bagaimanapun Arislah yang merawat Rani dari kecil. Jadi, aku mohon.. Mas mau ya?" aku membujuk Ryan
"Tapi.. " Ryan masih memelas
Kemudian akupun memeluk dan mengecup bibir suamiku itu. Ryan kemudian membalas pelukanku sambil berkata
"Kalau aku melakukannya.. lalu, bagaimana dengan jatah harianku Sayang?"
"Kalau aku harus tinggal diapartemen Aris, bagaimana aku harus memenuhi kewajibanku sebagai seorang suami padamu?" ucap Ryan sambil mendekatkan wajahnya padaku
"Mas tenang saja, aku akan selalu ada disini. Kapanpun Mas membutuhkanku, aku akan selalu ada.." balasku
Kemudian kamipun berciuman dan Ryanpun akhirnya melakukan kewajibannya sebagai seorang suami padaku.
Sementara ditempat apartemen Aris dan Shina, terlihat Shina menggunakan kacamata hitam.
"Mami.. Kenapa pake kacamata didalam rumah?" tanya Rani heran
"Oh ini.. Mataku sedang sakit dan merah. Aku tidak mau kalian semua nanti bisa tertular."
Shina berbohong pada Rani. Alasan mengapa dia menggunakan kacamata hitamnya itu adalah untuk menghindari dirinya dari pandangan Aris. Sejak kejadian itu, dirinya dibuat malu jika harus bertatapan langsung dengan Aris. Oleh karena itu, dia menggunakan kacamata hitam sebagai tameng pelindungnya dari tatapan Aris yang membuat jantungnya berdegup kencang. Namun saat itu, Aris yang melihat Shina memakai kacamata hitam itu berkata
"Apa tidak sebaiknya kita kedokter untuk memeriksa matamu itu?"
"Tidak usah.. Tidak perlu!" jawab Shina tiba-tiba menolak
"Maksudku, aku masih bisa mengatasi hal ini sendiri." jawab Shina canggung kemudian
"Coba.. biarkan aku lihat seberapa parah merah dan iritasinya itu?" ucap Aris sambil mengulurkan tangannya ke arah muka Shina untuk mencoba membuka kacamatanya.
Shina tetap berusaha menghindar dan menolak Aris.
"Tidak apa-apa Aris.. Untuk sementara seperti ini saja.."
"Kalau kau merasa tidak nyaman melihatku seperti ini, ya terima saja.. Karena bagaimanapun aku akan tetap menggunakan kacamataku ini" jawab Shina angkuh dan menolak
"Baiklah.. terserah kau saja." ucap Aris.
Namun, sesaat kemudian Aris
"Pfftt.. Pffftt... " Aris menahan tawa
"Kau.. kenapa kau menertawaiku seperti itu" tanya Shina tidak senang
"Karena lucu sekali melihatmu bertingkah seperti ini Shina, apalagi didalam rumah kau menggunakan kacamata itu" jawab Aris masih mencoba menahan tawa
"Aris.. berhentilah tertawa. Aku tidak suka ya melihat tertawamu itu." ucap Shina malu
"Hay Aris.. Aku masih memperingatkanmu. Jangan sampai aku melakukan hal bodoh yang akan membuatmu menyesal?" ancam Shina
"Memangnya hal bodoh apa yang akan kau perbuat padaku?" tanya Aris meledek dan masih menantang
"KAU.. " ucap Shina tiba-tiba sambil mengangkat tangannya dan mendekatkan dirinya ke depan Aris
Namun sayang, pada saat hal itu terjadi kacamata Shina agak sedikit menurun dari posisi semula sehingga menyebabkan Aris dapat melihat langsung bahwa tidak ada yang salah dengan kedua mata Shina itu
"Hey lihat.. sepertinya matamu itu tidak merah lagi. Apa kau masih merasakan sakit atau tidak nyaman dimatamu itu?" tanya Aris
Shina yang saat itu sadar bahwa kebohongannya akan segera terbongkar, akhirnya memilih untuk melanjutkan sandiwaranya.
"Oh, benarkah.. Berarti obat yang tadi itu lumayan cepat juga ya kerjanya" jawab Shina panik sambil membuka kacamatanya itu dan sesegera mungkin memalingkan wajahnya dari Aris
Karena malu dan takut Aris mengetahui segala kebohongan yang dia buat, Shinapun akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar.
"Kalau begitu aku istirahat dulu dikamar, untuk sementara kalian berdua jangan ganggu aku dulu.." ucap Shina canggung
"Baik, Yang Mulia Ratu.. Kapanpun kau membutuhkan aku, aku siap untuk melayani anda.. " jawab Aris sembari memainkan tangannya, mempersilahkan Shina pergi menuju kamar, layaknya prajurit yang melayani Ratunya itu
Shina yang melihat respon Aris pun dibuatnya tersenyum senang. Entah kenapa dirinya saat itu merasa sangat-sangat bahagia. Bahkan, dia masih terus saja tersenyum dikamarnya, mengingat bagaimana Aris memperlakukannya tadi, sampai-sampai dirinya dipanggil Ratu segala.
Kemudian..
"Ayah.. " ucap Rani sambil berbisik
"Sepertinya rencana kita berhasil" lanjut Rani kemudian
"Apa Ayah lihat tadi bagaimana respon Mami itu? Dia tersenyum dan terlihat bahagia.. Rani tidak pernah melihat Mami tersenyum dengan tulus seperti itu sebelumnya.. Sepertinya Ayah telah berhasil membuat Mami jatuh cinta" ucap Rani senang
"Benarkah Sayang?.. Apa mulai sekarang Ayah memanggil Mamimu itu dengan sebutan Yang Mulia Ratu saja ya, hahahaa.." jawab Aris sambil mengelus kepala putrinya itu
"Sepertinya itu ide yang bagus Yah. Rani setuju! Ayo kita panggil Mami dengan sebutan Ratu saja, hehehee.."
Namun, saat itu Aris tidak begitu yakin dengan ucapan Rani. Apa mungkin Shina bisa jatuh cinta dengannya dengan mudah, mengingat sifat Shina itu, rasanya tidak mungkin, pikir Aris.
Sementara itu, ketika Shina didalam kamar, tiba-tiba terdengar suara nortifikasi dari handphonenya dan Shinapun kemudian membuka pesannya
"Selamat malam Shina, ini aku Lena. Maaf mengganggumu malam-malam sebelumnya. Mengenai Perjanjian Kesepakatan yang waktu itu kita bahas, aku sudah membuatnya. Kapan kau ada waktu untuk membahasnya? Jangan lupa ajak Rani dan juga Aris ketika kita bertemu nanti. Terima Kasih."
Seketika senyuman dari wajahnya itu pun lenyap. Shina kembali kepada dirinya yang dulu, dengan perasaan benci dan muka sinisnya itu dia terlihat tidak senang membaca pesan dari Lena. Kemudian dia membalas pesan Lena dengan menulis
"Besok malam jam 7 di Cafe frozen"
"Mari kita lihat penjanjian apa yang telah kau buat itu Lena.. " ucap Shina dengan sinis dalam hati