Ketika Pagi hari di Apartemen Aris dan Shina, saat itu terlihat Aris yang sedang didapur menyiapkan makanan untuk sarapan bersama Rani dan Shina. Shina yang saat itu baru bangun tidur pun melihatnya, kemudian
"Pagi Ratu.. Kau sudah bangun? Bagaimana tidurmu tadi malam, Nyenyak??" tanya Aris ketika Shina memasuki dapur
"Ratu??" respon Shina heran sambil mengernyitkan keningnya
"Iya.. Kenapa? Kau keberatan kalau mulai sekarang aku memanggilmu begitu?" tanya Aris
"Kenapa harus Ratu?" Shina masih terheran
"Oh.. Kalau begitu apa harus kupanggil kau dengan sebutan Istriku.. atau mungkin Sayang..?" ledek Aris
"Jangan bercanda!! Memangnya kau pikir kita ini pasangan apa? Lagipula, kau membuatku merinding Aris dengan memanggilku seperti itu.. " balas Shina
"Aku ini bukan sedang memuji.. Memangnya ada panggilan yang lebih tepat untukmu di bandingkan dengan Ratu?" jawab Aris
"Lihat saja dirimu, makan ya tinggal makan, tidur ya tinggal tidur, tidak ada hal yang perlu kau pusingkan disini.." Aris melanjutkan
"Jadi, kau ingin aku melakukan apa?" Kau kan tahu aku tidak bisa memasak.." lanjut Shina
Aris hanya terdiam tidak memberikan respon. Melihat reaksi Aris yang seperti itu, akhirnya Shina berinisiatif
"Apa yang perlu kubantu? Kau ingin membuat apa?" tanya Shina
"Tolong kupaskan bawang disitu, lalu kau kocok telur." perintah Aris
Sebenarnya, saat itu Shina tidak tahu caranya mengupas bawang menggunakan pisau. Tanpa ambil pusing, akhirnya dia langsung memotong bawang-bawang tersebut menjadi tipis-tipis. Aris yang melihatnya pun heran. Lalu kemudian,
"Hey Shina, kenapa kau memotong bawang-bawang tersebut tanpa mengupas kulitnya terlebih dahulu?"
"Bukannya ini sama saja. Toh nanti kau juga akan memotong bawang-bawang ini.. Biar lebih praktis, ya langsung dipotong saja. Akan lebih mudah memisahkan kulit bawangnya ketika bawang telah dipotong juga kan.." Shina menjelaskan
"Ckckkk.. " Aris menggeleng-gelengkan kepalanya
"Yasudah kau kocok telur itu saja.. Jangan bilang kau juga tidak bisa memecahkan telurnya?" ledek Aris
Shina terlihat fokus ketika sedang memulai memecahkan telur tersebut, jadi dia tidak merespon Aris. Sesaat kemudian,
"Berhasil.." ucap Shina bangga
Aris yang melihatnya pun terheran
"Kenapa? Bukankah aku berhasil memecahkan telurnya. Lihat.. Kuningnya sama sekali tidak pecah. Jadi, aku berhasilkan?" ucapnya bangga
"Iya.. Iya.. Kau kocoklah itu" lanjut Aris
Dan Shinapun mengocok telur tersebut. Namun, saat mengocok telur dia terlihat serius memperhatikan Aris yang saat itu menggantikan tugasnya mengupas bawang. Kemudian
"Boleh kucoba?" ucap Shina pada Aris
"Iya silahkan. Ini.. " Aris memberikan pisaunya kemudian
Ternyata Shina berhasil mengupas bawang-bawang tersebut. Meskipun saat itu matanya mulai perih, namun Shina tetap melanjutkannya. Bahkan diluar dugaan, dia mengupas bawang-bawang tersebut dengan cepat.
"Boleh kuakui, untuk seorang pemula kau cukup lumayan.." puji Aris
"Tentu saja.. Aku ini kan termasuk orang yang dapat belajar dengan cepat. Saat masuk kedunia akting, banyak orang yang memujiku karena dapat menghapal dialog dengan cepat. Bahkan, terkadang aku juga mengoreksi beberapa pemain apabila mereka salah dalam mengucapkan dialog mereka.." cerita Shina dengan bangga
"Oh, iya Shina. Kau ini dulu kuliah jurusan apa? Apa kau sempat mengikuti kelas drama atau semacamnya?" tanya Aris penasaran
"Tidak.. Aku tidak pernah menginjak bangku kuliah. Setelah lulus SMA aku langsung bekerja.. Satu-satunya tempat yang mau menerimaku saat itu yaitu club malam, Happy Club.. Aku bekerja disana mulai dari tukang cuci piring, waitress, hingga host karaoke..
"Kau mungkin menganggapku rendah dengan bekerja ditempat itu, tapi aku bekerja agar aku bisa bertahan hidup didunia ini.." Shina mengingat masa-masa kelamnya dulu, diapun mulai menitikkan air mata.. Kemudian dia lanjut bercerita
"Setalah beberapa tahun, aku memutuskan untuk merubah peruntunganku dengan terjun ke industri entertainment.. Saat itu ada seorang wanita yang menginspirasiku sehingga aku ingin menjadi artis seperti dia dan kau lihat aku sekarang.. Walaupun sekarang-sekarang ini jarang ada tawaran, tapi setidaknya dengan bakat yang aku dapatkan dari sana, aku berhasil mendirikan sekolah akting" lanjut Shina kemudian
Saat itu Aris menatap Shina dengan kagum. Tapi Shina masih terlihat sedih, entah karena efek dari bawang yang dikupasnya atau karena dia mengingat masa lalunya yang kelam.. Kemudian, ketika dia akan menyeka air matanya menggunakan tangan, Aris menahan tangannya itu.
"Jangan mengusapnya dengan tanganmu, kau kan habis memegang bawang.. " ucap Aris
Lalu Aris menghapus airmata Shina menggunakan tangannya yang tidak terkena bawang. Saat itu detak jantung Shina berpacu dengan cepat, mukanya juga terlihat sedikit memerah, namun didalam batinnya
"Tidak.. aku tidak boleh membiarkan perasaan ini ada. Dia melakukan itu hanya karena perasaan kemanusiaannya saja, tidak ada perasaannya padaku. Bahkan, dia kemarin memanggilku dengan sebutan Ratu hanya untuk menyindir, yang dia cintai itu Lena.. " ucap Shina dalam hati
Tanpa sadar, Shina melukai jari tangannya itu hingga ketika darahnya menetes dan membuat Aris terkejut, dia pun baru tersadar
" Hey, Shina.. Tanganmu terluka. Kau tidak apa-apa?" tanya Aris khawatir
"Ahh.. Ohh...Iya tidak apa-apa" respon Shina canggung. Kemudian dia kembali menitikkan air matanya itu
"Perih.. rasanya perih.." ucap Shina sambil mengedip-ngedipkan matanya, diiringi dengan air matanya yang terus keluar
"Sudah berhenti saja, biar aku yang lanjutkan nanti. Kita obati dulu tanganmu itu ya.. " ajak Aris
Saat itu, rasa perih yang keluar dari mulut Shina bukan karena matanya akibat mengupas bawang atau pun lukanya yang terkena pisau, tapi perasaan perih mengetahui bahwa ternyata dirinya telah jatuh cinta pada Aris, sedangkan dia tahu Aris tidak mungkin membalas perasaannya karena sampai saat ini dia masih mencintai Lena.
"Kemarikan tanganmu.." ucap Aris
Kemudian Aris membersihkan luka Shina sebelum menaruh obat dan plaster ditangannya. Saat itu, Shina hanya mematung menatap Aris.. sepertinya dia telah benar-benar jatuh cinta pada pria yang saat ini telah mengobati luka ditangannya.
"Nah.. sudah selesai" ucap Aris setalah memlaster luka ditangan Shina
"Kau tunggu disini saja. Tidak usah membantuku didapur.. Aku tidak akan memanggilmu Ratu" ucap Aris
"Sebenarnya, aku tidak bermaksud menyindirmu tadi.. Aku hanya menggodamu dengan memanggilmu Ratu karena aku senang melihat ekspresi tidak biasamu itu.."
"Maaf, kalau akhirnya membuatmu tidak nyaman dan berakhir dengan kau yang melukai tanganmu itu gara-gara membantuku tadi didapur.." ucap Aris merasa bersalah
Shina kemudian berdehem
"Eheemm.. Sebenarnya, aku juga tidak masalah kalau kau memanggilku dengan sebutan Ratu" ucap Shina tiba-tiba
"Lagipula, memang aku kan satu-satunya Ratu dirumah ini, masa Rani.." Shina tersenyum canggung sambil memalingkan wajahnya dari Aris
Aris pun ikut tersenyum mendengar ucapan Shina itu. Sesaat kemudian, diapun melanjutkan kegiatan memasaknya didapur. Hingga ketika makanan telah selesai dan mereka bertiga kumpul dimeja makan
"Wah, kelihatannya enak.. Apa kalian berdua yang membuat ini semua?" tanya Rani penasaran
"Tidak, Ayahmu yang membuat ini Rani" ucap Shina
"Tapi Mamimu juga turut membantu tadi, bahkan sampai dia melukai tangannya itu.." jawab Aris
Rani tersenyum melihat kedua orang tuanya itu saling memuji dan bekerjasama membuat sarapan. Kemudian,
"Kalau sering-sering begini, rasanya akan senang sekali. Apalagi melihat kalian akur seperti ini.." ucap Rani bahagia
"Oh, iya Mi. Apa boleh mulai hari ini Ayah memanggil Mami dengan sebutan Yang Mulia Ratu?" tanya Rani
Shina yang mendengar hal itu pun terkejut dan menatap Aris. Kemudian Aris mengangguk kepadanya
"Iya.. Boleh.. " jawab Shina canggung
"Tapi Mami jangan memanggil Ayah dengan sebutan bodoh lagi ya? Panggil saja paduka Raja atau yang lainnya.." pinta Rani
"Ehmm.. Kalau itu aku.. sepertinya tidak bisa Rani" ucap Shina sambil menatap Aris
"Ya.. Mamiii.." keluh Rani
"Bagaimana kalau prajurit atau kasim?" Shina menawarkan
"Kasim itu apa?" tanya Rani heran
"Aku rasa prajurit terdengar lebih keren.." jawab Aris
"Kasim itu lebih dekat kedudukannya dengan Raja dan Ratu diistana. Dia itu bisa diartikan sebagai pelayan khusus Raja dan bebas keluar masuk istana.." Shina menjelaskan
"Wahh.. hebat. Berarti Kasim itu termasuk orang penting ya Mi?" ucap Rani
"Hey, Shina.. Jangan kau membohonginya. Kasim itu kan.." Aris belum sempat menyelesaikan perkataannya namun tiba-tiba dipotong oleh Shina
"Jadi apa kau setuju Rani kalau Ayahmu ini sebagai Kasim?" tanya Shina
"Iya.." jawab Rani semangat
"Tidak apa-apa kan Yah?" bujuk Rani pada Aris
"Ya.. Lagipula hanya sebutan saja. Tidak ada makna berarti didalamnya.." ucap Aris mencoba menyetujui
"Kalau begitu.. Mami Ratu dan Ayah Kasim.. ya?" tanya Rani memastikan
"Iya Sayang.. " jawab Aris pada putrinya itu
Shina terlihat senang sekali saat itu, sehingga dia
"Eheemm.. Tuan Kasim, bisa tolong kau ambilkan air didepanmu itu. Aku ingin minum" ledek Shina pada Aris
"Ini.. Ratu.." Aris memberikan botol minuman pada Shina
Shina terlihat begitu puas karena berhasil mengerjai Aris dan memberikan julukan Kasim padanya. Namun, tiba-tiba terdengar bunyi nortifikasi di hp Shina, sebuah pemberitahuan tentang perubahan jadwal mengajarnya disekolah. Mendadak Shinapun jadi mengingat janjinya kepada Lena, bahwa malam ini akan membahas kontrak perjanjiannya itu.
"Aris, hari ini kau masuk kantor kan?" tanya Shina
"Usahakan pulang sebelum jam7 ya, karena kita ada janji dengan tetangga kita itu untuk membahas kontrak perjanjiannya.." lanjut Shina
Dan Arispun mengangguk, pertanda ia menyanggupinya. Lalu kemudian Shina,
"Sebenarnya aku ada jadwal hari ini sampai jam 5 sore.. tapi aku usahakan akan pulang sebelum waktu itu.. Cibubur kan macet" ucapnya kemudian
"Kita perginya bersama saja dari apartemen ini ya Aris... Oh iya, sebenarnya Lena juga ingin aku bisa membawa Rani, tapi sepertinya tidak usah.. Aku kan tidak tahu isi perjanjiannya itu seperti apa.. Jangan-jangan dia ingin menekanku menggunakan Rani.."
"Oleh karena itu, Rani.. kau jangan pernah keluar dari apartemen ini ya. Siapapun yang mengebel atau datang kemari jangan pernah kau bukakan pintu, termasuk tetangga sebelah atau sahabatmu itu Oka, Ok?" Shina memperingatkan
"Ok Mii.. " jawab Rani
Dan setelah sarapan, Shina dan Aris pun pergi bekerja meninggalkan Rani diapartemen sendiri. Hingga beberapa saat setelah mereka pulang dari pekerjaannya itu dan akan bersiap untuk bertemu dengan tetangga sebelahnya di Cafe frozen
"Hey Shina, dengar ya.. Aku tidak ingin kau berbuat hal aneh pada mereka nanti. Maksudku, kita lihat dan dengar dulu apa yang mereka inginkan dalam kontrak, kalau tidak setuju kau boleh membantah atau merubahnya.. Tapi jangan buat keadaan lebih panas atau seperti apa yang kau lakukan di Joymart pada Lena waktu itu" ucap Aris memperingatkan
"Aduh bapak Kasim kita ini.. Selalu saja begitu perhatian dan peduli dengan mantan kekasihnya itu. Hey Pak Kasim, kalau kau begitu peduli dan cinta pada mantanmu itu, kenapa kita tidak bekerja sama saja kali ini, hah? Ini kan yang disebut dengan win-win solution, sama-sama menguntungkan bukan?" ucap Shina meledek
Tanpa mempedulikan Shina, Aris pun terus berjalan menuju tempat pertemuannya itu
"Hey.. Pak Kasim.. Kasimm.. Tunggu aku... Kau semangat sekali berjalannya, tidak sabar ya mau bertemu dengan mantanmu itu. Pak Kasim.. " ucap Shina yang masih meledek sambil berjalan mengejar Aris didepannya