Setelah menceritakan pada Rani mengenai kondisi Ayahnya Aris yang tengah berada di Rumah Sakit, Rani meminta agar dirinya segera diantarkan kesana. Kemudian, diperjalanan ke rumah sakit Rani bersama Ryan,
"Om, apa ayahku baik-baik saja?" tanya Rani khawatir
"Kau tenang saja. Ayahmu pasti baik-baik saja.." Ryan berusaha menenangkan
"Ayahmu itu orang kuat.. Melawan penjahat seperti itu tidak berarti apa-apa baginya. Kau tenang saja ya, Rina.." lanjut Ryan kemudian
"Rani Om, namaku Rani Caroline.."
"Oh iya, Rani. Maaf ya, lidah Om kepeleset, hehee.." tawa Ryan berusaha menghibur, kemudian dia kembali bicara
"Rani ya.. Nama yang cantik, sama seperti orangnya" puji Ryan sambil melihat ke arah Rani
"Makasih Om" Rani tersenyum
"Oh iya, Rani kelas berapa sekarang? Kalau dilihat-lihat.. sepertinya kamu sebaya dengan anak Om, Oka. Dia sekarang kelas 1 SMA mau naik kelas 2"
"Oh jadi Mas Oka itu anak Om ya?"
tanya Rani
"Rani kenal?? "
"Iya Om. Octavian Adiputra kan nama lengkapnya" Rani memastikan
"Iya benar.. Kok kalian bisa saling kenal." tanya Ryan heran
"Iya Om. Di cherrygram.. Dia add Rani."
"Dasar Oka.. Bisa aja modusnya dia" ucap Ryan yang membuat Rani tersenyum
"Tapi Om, Rani sebenarnya lebih tua loh dari Oka. Walaupun Rani kelas 3 smp, umur Rani 16 tahun.."
"Ohh.." respon Ryan heran
"Iya Om. Jadi waktu itu Rani telat masuk sd nya. Soalnya dulu waktu Rani kecil, Rani mengalami perlambatan pertumbuhan, telat bisa bicara.. Makanya.."
"Kata tante Lucy, itu gara-gara Mami banyak minum alkohol waktu hamil Rani Om" Rani melanjutkan
Mendengar penjelasan dari Rani, hati Ryan seperti tertusuk. Jika saja benar seperti yang dikatakan Shina bahwa Rani adalah anaknya, maka dia merasa sangat bersalah sekali. Dia berpikir, pasti saat itu kondisi Shina sangat kacau hingga dia melampiaskannya dengan minum-minum.. dan sesaat Ryan pun tenggelam dalam lamunannya. Seandainya saat itu dia tidak memutuskan kontaknya dengan Shina, mungkin keadaan Rani tidak akan seperti sekarang dan Rani akan menjadi anak kandungnya..
"Ya Tuhan.. Semoga Ayah baik-baik saja, Rani gak mau kalau sampai kehilangan Ayah.. " ucap Rani samar yang kemudian menyadarkan Ryan dalam lamunannya
Ada sedikit rasa iri campur sedih yang menghinggapi Ryan saat itu. Mendengar anaknya sendiri memanggil Ayah untuk orang lain dan bukan dirinya, serta mendoakaannya dengan tulus..
Setibanya dirumah sakit,
"Makasih ya Om, Rani sudah diantar." Rani tersenyum
"Iya tidak apa-apa Rani, Om seneng kok bisa membantu.. Kebetulan ada hal penting yang pengen Om omongin sama mama kamu? Jadi sekalian.."
"Ohh.. " respon Rani
Saat itu, ternyata Aris sudah dipindahkan diruang inap. Didalam kamar inap Aris,
"Ayah.. ayaah.. Ayah tidak apa-apa kan" isak Rani sembari memeluk Aris yang masih berbaring dikasur
Aris hanya tersenyum dan mengusap-usap kepala putri semata wayangnya itu.
"Jangan terlalu keras memeluknya Rani, perut Ayahmu itu baru saja dijahit.." ucap Shina
"Ohh, Maaf Ayah.. Rani tidak sengaja. Ayah tidak kesakitan kan?" tanya Rani
"Iya. Gak apa-apa sayang. Ayah seneng kok kamu peluk. Biar ayah cepet sembuh" Aris tersenyum
"Oh iya Rani, kok kamu bisa tahu sih Ayah dirawat disini. Terus juga.. Kapan kamu ke Jakarta?" tanya Aris
Sambil cengengesan Rani pun menjawab,
"Sengaja.. Aku mau buat kejutan buat Ayah, tapi ternyata waktu sampai apartemen Ayah, Ayah gak ada.."
"Mana hp Rani juga mati, jadi gak bisa hubungi Ayah sama Mami. Rani akhirnya nunggu berjam-jam didepan pintu apartemen sampai akhirnya Tante sebelah sama Om sebelah datang. Untung ada Tante sama Om itu, jadi Rani bisa tahu kalau Ayah sama Mami ada disini.. Tadi juga Rani kesini diantar sama Om.. Ehh, kemana Om itu pergi ya.. Katanya dia mau bicara hal penting sama Mami.. "
Mendengar kata-kata itu, Shina pun langsung beranjak dari tempat duduknya untuk keluar ruangan mencari Ryan.
Sementara Ryan, dia sedang melakukan panggilan telpon dengan istrinya Lena..
"Sayang, Maaf.. Sepertinya aku akan sedikit agak lama di Rumah Sakit. Ada hal penting yang harus diselesaikan dengan Shina. Kau tidak perlu menungguku.. Langsung tidur saja." ucap Ryan
"Aku tahu, pasti saat ini dibenakmu banyak sekali pertanyaan yang ingin kau tanyakan padaku terutama masalah perkataan Shina tadi.. Sayang, boleh aku minta satu hal.. Bisakah kau berjanji padaku? Berjanjilah.. bahwa kau tidak akan meninggalkanku sendirian bagaimanapun keadaanku.."
Mendengar perkataan dari Ryan aku hanya terdiam. Entah mengapa aku sedikit takut.. takut sepertinya masalah ini akan sangat berpengaruh besar bagi kehidupan rumah tangga kami.. hingga tanpa sadar aku terus berdiam diri ditelpon
"Berjanjilah sayang.. Aku mohon.." ucap Ryan yang terdengar olehku sangat frustasi
Namun, belum sempat aku mengucapkan janjiku itu, tiba-tiba terdengar suara
"Ryan sayang, akhirnya kau datang juga.. " ucap Shina sambil memeluk Ryan dari belakang
"Kau telah membuat keputusan yang tepat, aku senang melihatmu disini sekarang.."
"Bagaimana? kau juga telah melihat dia kan. Dia tumbuh dengan sangat cantik, bahkan matanya itu mirip sekali denganmu.. " lanjut Shina
Mendengar perkataan itu, tiba-tiba air mataku turun dengan sendirinya. Aku benar-benar kaget. Rasanya seperti mendengar suara petir disiang bolong.. Pikiranku masih berupaya mencerna semua hal yang tadi kudengar ditelpon. Shina.. Ya benar itu suaranya. Lalu, kenapa dia memanggil Mas Ryan dengan sebutan sayang.. Terus, apa maksud kata-kata "dia tumbuh dengan sangat cantik, matanya mirip sekali denganmu.." apa mungkin mereka membicarakan masalah anak.. anak mereka.. Rani?? Saat memikirkan semua hal itu, kemudian sambungan telponpun terputus. Saat itu hatiku seperti tersengat dan rasanya sesak sekali.. Jika benar seperti apa yang aku pikirkan.. ternyata Mas Ryan telah mempunyai anak dengan Shina. Bagaimana mungkin hal ini dapat terjadi. Aku pun tidak dapat membendung tangis dan air mataku saat itu.
Sementara dirumah sakit,
Ryan yang terkejut dengan kedatangan Shina, kemudian dengan cepat melepaskan tangan Shina dari badannya itu. Saat itu tiba-tiba dia tersadar, sambungan telponnya belum terputus.. Kemudian dengan cepat dia segera menutupnya. Setelah itu, dia menarik Shina untuk pergi ke suatu tempat diparkiran Rumah Sakit
"Ryan.. Sakitt... Pelan-pelan sedikit. Jangan menarikku seperti ini.."ucap Shina pada Ryan
"Shina, apa kau tahu apa yang baru saja kau lakukan tadi.. " ucap Ryan kesal
"Aku sedang berbicara dengan Lena istriku ditelpon, bagaimana kau bisa muncul tiba-tiba dan membicarakan hal itu.."
"Biar saja.. Lagipula cepat atau lambat dia juga akan segera mengetahuinya. Tidak ada masalah untuk dia tahu lebih cepat kan" jawab Shina tidak peduli
"Kau benar-benar keterlaluan.. "
ucap Ryan kesal
"Lupakan masalah istrimu itu, sekarang yang penting adalah bagaimana kau akan bertanggung jawab dengan Rani" Shina tiba-tiba memotong
"Shina dengar, walaupun memang benar Rani adalah anak kandungku tapi aku tetap tidak akan bercerai atau berpisah dengan Lena.. "
"Aku akan tetap bertanggung jawab sebagai orang tua dengan merawat atau membiayai seluruh kebutuhannya, tapi tetap.. aku tidak akan bersama atau kembali lagi padamu" ucap Ryan tegas
"Kau pikir aku tidak mampu membiayai hidupnya hingga saat ini?? " Shina terlihat marah
"Dengar Ryan, aku tidak memintamu untuk memenuhi dan membiayai semua kebutuhan Rani, tapi aku menuntutmu atas waktu yang telah kau sia-siakan semenjak aku mengandungnya hingga kini dia telah dewasa sekarang."
Shina masih terus melanjutkan,
"Apa kau tahu bagaimana aku melalui itu semua sendirian.. Betapa sulitnya harus menerima kenyataan bahwa aku hamil tapi sang calon ayah malah menutup semua kontak dan tidak bisa kuhubungi sama sekali.. Bahkan aku terpaksa harus mencari ayah pengganti agar pada saat dia lahir, dia tidak lahir secara memalukan tanpa seorang ayah.. Aku bahkan harus memutar otakku untuk menjebak Aris waktu diclub agar dia bisa menikahiku dan menjadi ayah Rani. Apa kau tahu semua itu??" ucap Shina menggebu-gebu sambil menangis pada Ryan
Mendengar itu Ryan merasa terpukul. Dia baru sadar, kalau ternyata selama ini dia telah melakukan kesalahan yang sangat fatal pada Shina. Sesaat kemudian dia memeluk Shina yang sedang menangis untuk menenangkannya
"Shina maafkan aku, aku benar-benar menyesal telah membuatmu menderita selama ini. Maafkan aku.."
ucap Ryan sambil menepuk-nepuk punggung Shina
Setelah beberapa saat, akhirnya Ryan melepaskan pelukannya itu kemudian berkata,
"Baiklah, aku akan bertanggung jawab.. Sekarang apa rencanamu Shina? Apa yang ingin kau lakukan padaku?" tanya Ryan pasrah
"Aku tahu kau sangat mencintai istrimu itu, jadi aku tidak akan menyuruhmu untuk bercerai dengannya.."
"Aku hanya ingin kita bertiga hidup bersama.. Terserah kau akan menikahiku atau tidak, aku hanya ingin kita bertiga hidup dalam satu atap, sebagai satu keluarga utuh bagi Rani. Kau bisa membagi waktumu dalam seminggu untuk hidup bersama kami, selain dengan istrimu itu. Bagaimana?"
Ryan masih terdiam mendengar semua perkataan Shina. Jika dia bisa memilih, dia lebih memilih Rani saja yang bisa ikut atau masuk kedalam keluarganya dibandingkan dengan harus tinggal satu keluarga bersama Shina. Dia tidak mau memyakiti hati istrinya itu..
"Tenang saja, aku akan membuat kesepakatan secara tertulis dan dilegalkan oleh hukum. Aku tidak akan melakukan hal lain selain apa yang tertulis yang ada disana.. aku ingin kita tinggal bersama hanya sampai Rani lulus SMA saja, selama kurang lebih 3 tahun.." Shani menjelaskan
Ryan masih terdiam ditempatnya, matanya masih melihat ke arah bawah. Entah apa yang dipikirkannya.
Sementara itu Shina,
"Ku beri kau waktu untuk memikirkannya. Hubungi aku kalau kau telah membuat konsep perjanjian kesepakatan tersebut. Kau tahu kan nomor ponsel lamaku.. Semenjak saat kau meninggalkanku, aku tidak pernah menggantinya." ucap Shina sebelum meninggalkan Ryan sendirian ditempat tersebut
Ditempat lain, di apartemenku dan Ryan
Aku masih saja menangis dikamar memikirkan semua kejadian tadi. Begitu banyak kejadian yang terjadi di hari itu, mulai dari kecelakaan yang dialami oleh Aris karena berusaha melindungiku, hingga masalah Ryan dan Shina.. Oh, mengenai masalah diclub tersebut. Aku sudah tahu ternyata waktu itu Shina bukan berusaha menyindirku dengan mengungkit masalah mantan dimasa lalu, melainkan Ryan suamiku. Dia hanya ingin memberitahu Ryan bahwa dia telah mengandung anaknya.
Seketika lamunanku lenyap ketika mendengar suara pintu depan terbuka..