"Dasar brengsek.. berani sekali kau mencoba menggoda istriku" ucap Ryan setelah berhasil memukul Aris
Aku yang terkejut dengan situasi itu, kemudian
"Mas Ryan..?!! Apa yang kau lakukan??"
"Sayang, jangan mau tertipu oleh ulahnya itu. Jangan pernah percaya apa yang dikatakannya. Dia bersikap seperti itu, hanya untuk menarik simpatimu.. agar kau bisa tertarik dan kembali jatuh hati padanya" ucap Ryan
"Tidak Mas, kau salah paham.. Mas Aris hanya berusaha meluruskan masalah.."
Aku yang belum sempat menyelesaikan perkataanku tiba-tiba
"Masalah.. Masalah apa hah, Aris? Masalah mengenai masa lalumu dulu dengan Lena. Atau masalah mengenai dirimu yang masih belum menyerah untuk mencintainya.. " tanya Mas Ryan yang masih emosi pada Aris
"Hey Aris, cepat katakan.. Aku ingin kau jelaskan sekarang pada Lena alasan kepindahanmu kesini. Cepat katakan atau aku akan membuat hidupmu lebih menderita daripada ini.." ucap Ryan sambil maju kedepan Aris dan bersiap untuk menghajarnya kembali
Mendengar ucapan Mas Ryan membuatku syok. Darimana dia bisa tahu mengenai hubunganku dengan Mas Aris.. dan sejak kapan dia mengetahuinya. Aku yang masih berusaha mencerna itu semua diotakku kembali tersadar melihat Mas Ryan yang akan kembali memukul Aris dihadapanku. Saat itu, aku pun segara melerai mereka. Aku mencoba menarik lengan Mas Ryan untuk mencegah dia tidak memukul Aris kembali, namun tiba-tiba Shina datang
"HEI RYAN, APA YANG KAU LAKUKAN?" ucap Shina marah pada Ryan sambil mendorongnya
"Kenapa hanya menyalahkan Aris, kenapa tidak menyalahkan istrimu itu.."
"Kau pikir hal ini bisa terjadi dengan sendirinya.. Jika istrimu bisa menolak, tentu hal seperti ini tidak akan terjadi"
"Shina, kau salah paham.." ucapku berusaha menjelaskan
"Jangan ikut campur Shina.. " ucap Ryan menambahkan
"Ikut campur katamu. Tentu saja aku berhak ikut campur disini karna aku masih tetap sebagai istrinya.. orang yang kau hajar itu suamiku" Shina menjelaskan dengan emosi
"Ryan, lebih baik kau lepaskan tanganmu dari Aris sekarang atau aku akan menuntutmu atas perbuatan yang kau lakukan ini.." Shina berusaha mengancam
"Mas.. Lepaskan Aris" ucapku masih mencoba menarik lengan Mas Ryan yang masih memegang kerah baju Aris
"Sayang, jangan coba untuk membelanya. Karna aku tidak suka melihat wanitaku membela pria lain dihadapanku.." ucap Ryan yang masih memegang Aris
"Bukan aku membelanya Mas, kau salah paham pada kami. Kami berdua hanya membicarakan masalahmu dan juga Shina. Mas Aris berusaha menjelaskan padaku alasan Shina melakukan semua ini.. "
*Plakk.. (Shina menampar wajahku)
" Omong kosong.. " ucap Shina
Melihat kejadian itu, Mas Ryan dan Aris sama-sama terkejut. Mas Ryan akhirnya melepaskan Aris kemudian
"SHINA, APA APAAN KAU INI?" ucap Ryan emosi
"SHINA, APA YANG KAU LAKUKAN?" ucap Aris membentak
"Menurutmu apalagi.. Kau saja berhak memukuli Aris kenapa aku tidak berhak menampar istrimu?" Shina membalas Ryan
"Dan kau bodoh.. untuk apa berteriak seperti itu padaku. Aku kan sedang berusaha membelamu disini?" Shina menjawab Aris
"Shina.. lebih baik kita pergi sekarang dari sini." ucap Aris pada Shina untuk mengajaknya pergi
"Sayang, kau tidak apa-apa?" tanya Ryan khawatir padaku
"Lena, Maafkan aku.. Aku tidak tahu masalahnya bisa jadi seperti ini, aku benar-benar menyesal.." ucap Aris merasa bersalah
"Hei Kau, Menjauh dari istriku.. Simpan perhatian bodohmu itu untuk istrimu. Dan mulai sekarang berhenti untuk mendekati istriku dan berbicara padanya" ucap Ryan pada Aris sambil menunjuk ke arahnya
"Cukup Mas Cukup.. Hentikan semua ini. Aku tidak suka kau bertindak kasar seperti tadi tanpa mendengarkan penjelasan dariku.. Aku benar-benar muak dengan semuanya.. "
Aku yang kesal saat itu kemudian memilih pergi untuk meninggalkan mereka semua
Kemudian
"Lena.. " ucap Ryan dan Aris berbarengan ketika mereka melihatku pergi
Namun sesaat kemudian mereka berdua saling bertatapan sinis, dan Mas Ryanpun pergi mengejarku
Saat itu Aris dan Shina,
"Kenapa? kau tidak ikut mengejar Lenamu itu bersama Ryan" ucap Shina pada Aris
"Kau baru sadar sekarang, kalau dia itu bukan lagi kekasih atau istrimu? benar-benar bodoh.." lanjutnya
Tanpa menjawab dan menggubris ucapan Shina, Aris pun pergi berlalu
"Hei, mau kemana kau?" Shinapun mengikuti Aris pergi
Setelah berjalan hampir sekitar setengah jam mengikuti Aris yang tanpa arah, akhirnya Shina kembali bersuara
"Hey Aris, jangan terlalu cepat jalannya.. Apa kau tidak tahu aku sedang menggunakan high heels saat ini"
Aris masih saja diam dan tidak meresponnya. Dia terus berjalan tanpa tujuan
"Dasar brengsek, dipikirnya mudah berjalan cepet menggunakan highheels ini.."
Shinapun akhirnya mencopot sepatunya itu, dan dia mulai berjalan tanpa alas kaki mengejar Aris yang sudah jauh meninggalkannya.
Sementara disisi lain, di apartemen Lena dan Ryan, didepan pintu kamar mereka
"Sayang, buka pintunya.. Maafkan aku, aku benar-benar menyesal.. " ucap Ryan sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar
"Sayang, aku akui aku salah tadi.. aku benar-benar cemburu melihatmu berduaan dengannya. Aku benar-benar tidak menyukainya"
"Sayang.. Maaf aku tidak bisa menahan emosiku tadi dan membuatmu kecewa.."
Tak lama setelah ucapan Mas Ryan yang terkhir tadi, akupun keluar membuka pintu kamar. Kemudian
"Sayang, kau mau kemana?" tanya Ryan panik
"Aku ingin keluar sebentar menenangkan pikiranku Mas. Kau sebaiknya jangan ikuti aku.."
"Tapi Sayang.." ucap Ryan tidak rela
Kemudian Ryan kembali bicara
"Sayang, kau tidak berpikir untuk pergi menemui Aris si keparat itu lagi kan.."
Mendengar kata-kata darinya entah kenapa membuat emosiku semakin meningkat, kemudian kubilang
"MAS.. apa sebegitu rendahnya penilaianmu terhadapku ini?!! Kau menyuruhku untuk selalu percaya padamu tapi kau sendiri malah tidak bisa mempercayaiku. Aku benar-benar kecewa padamu Mas.." ucapku marah pada Mas Ryan
Dan akupun pergi meninggalkan apartemen kami.
Saat itu Mas Ryan terlihat begitu frustasi. Dia terduduk sendirian diruang tengah dengan kondisi lampu yang padam. Dia menyesali semua perbuatannya tapi sepertinya sudah terlambat.. Dia terus menunggu kepulanganku. Dia menunggu dan menunggu hingga akhirnya Oka pulang sekolah. Oka yang saat itu mengira rumahnya dalam keadaan kosong, terkejut melihat Ryan yang duduk sendirian diruang tengah. Saat itu,
"Oh Oka, kau sudah pulang rupanya.." ucap Ryan
"Saat ini Mamamu sedang pergi.. Aku tidak tahu apakah dia akan kembali lagi kesini atau tidak. Sepertinya kali ini, aku telah benar-benar mengecewakannya.."
"Maafkan aku telah membuat kalian semua kecewa.. Sebagai suami, ayah, atau bahkan kepala keluarga aku telah gagal menjalankan tugas-tugasku itu.. Maaf kalau selama ini aku telah banyak membuat hidup kalian menderita.." ucap Ryan yang terdengar lemah dengan suara frustasi
Oka hanya terdiam ditempatnya mendengar semua perkataan Papanya itu. Kemudian tak lama setelah itu, dia ke dapur mengambilkan segelas air putih dan menyalakan lampu ruang tengah tempat Ryan duduk tadi. Oka kemudian menaruh gelas air tadi ke meja depan Ryan dan duduk terdiam disampingnya. Sesaat kemudian Ryan
"Oka... " ucap Ryan sambil menangis memeluk putranya itu
"Mamamu telah pergi meninggalkanku.. Aku benar-benar menyesal telah berbuat itu padanya" Ryan masih menangis
Oka berusaha menenangkan Papanya itu dengan menepuk-nepuk punggungnya
"Kau tahu, kalau saja seandainya saat itu aku tidak begitu emosi dan memukul Aris.. atau aku tidak mengucapkan kata-kata yang mengecewakannya, mungkin saat ini Lena masih ada disini bersamaku. Aku benar-benar menyesal Oka.."
Saat Ryan masih menangis dan menumpahkan semua perasaan bersalahnya pada Oka, tiba-tiba terdengar suara telpon berdering
Kring.. Kringg... Kriiingg..
Lalu, Oka pun menjawab telpon itu
"Halo.. " jawab Oka menerima telpon