Gadis itu menatap tak suka pada rumah besar yang menjulang di depannya. Rasa kesal masih menjalar pada keputusan sepihak ayahnya yang memaksa pindah ke tempat tak terpikirkan. Rumah yang katanya sudah dikosongkan sejak tahun 1984 itu entah kenapa begitu membuatnya tak nyaman, seakan seluruh mimpi buruk berkumpul didalamnya.
Mata tajam berwarna hijau milik gadis itu masih awas menatap orang-orang yang sedang membersihkan barang-barang tak terpakai. Seorang lelaki paruh baya keluar membawa sebuah kotak besar dengan susah payah, menghempaskannya tepat di depan gadis itu.
Charity melangkah mundur, angin yang berhembus entah darimana membuat tengkuknya sedikit bergidik. Lelaki yang membawa kotak itu kembali dengan pisau lipat ditangannya, membuka kotak dengan cepat untuk memeriksa, namun tak ada yang berharga.
Kebanyakan hanya kertas-kertas tagihan dari tahun-tahun silam, sampai tumpukan paling bawah ia sepertinya menemukan sesuatu ketika tangannya mengeluarkan sebuah kotak berukuran kecil. Disimpul dengan sangat kuat seolah itu adalah barang berharga.
"Hanya sebuah buku," ujar lelaki itu meski tak ada yang bertanya. Tangannya sibuk membolak-balik halaman. "Sepertinya sebuah catatan harian, ada tanggal disetiap halaman. Tak terlalu berguna!"
Charity dengan cepat meraih buku itu sebelum bergabung bersama tumpukan sampah lain.
"Aku ingin memilikinya," ucapnya ketika lelaki tadi menatapnya tajam, hingga akhirnya mengangguk.
TENTANG (AKU) YANG LAIN.
Tulisan yang tertera dihalaman depan membuatnya sedikit mengernyitkan dahi.
Ada tulisan lain dibawahnya.
4017. Diary Kehidupan. Mercy Gallyena Corney.