"Maaf atas ketidaksopanan saya karena telah mengganggu bagian dari ritual keagamaan yang sedang dilaksanakan. Namun, atas nama Raja Agustus XV, saya memerintahkan Anda sekalian untuk membatalkan segala tuntutan."
Prajurit itu berbicara tanpa membiarkan para perwakilan untuk bertanya terlebih dahulu. Tangan kanannya membuka sebuah gulungan dan memperlihatkan tulisan yang berada di dalam gulungan tersebut. Aku tak dapat melihat isinya karena posisiku berada di belakang pria itu. Namun, apapun itu, kurasa adalah bukti bahwa raja benar-benar memerintahnya secara langsung.
Lima orang perwakilan tampak terkejut dengan perintah langsung yang disampaikan olehnya. Hal yang sama dialami olehku, Isabelle, dan Almaria yang masih berlutut terikat pada sebuah tiang besi.
Aku yakin seluruh pemikiran kami tertuju pada arah yang sama. Mengacu pada alasan yang mendasari kenapa raja sampai repot-repot turun tangan untuk menjamin keselamatan kami.
Kota ini merupakan kota yang sangat dekat dengan perbatasan kerajaan musuh dan wilayah dari monster-monster berbahaya. Ditambah lagi lokasinya cukup jauh dari ibukota sehingga sangat sulit bagi pihak kerajaan untuk mengurusnya secara langsung. Beberapa informasi penting mungkin hanya akan sampai pada telinga seorang Marquis yang kemudian akan memberi perintah langsung tanpa persetujuan raja terlebih dahulu menuju Viscount yang bersangkutan. Selanjutnya, Baron akan membantu pelaksanaan tugas dari Viscount yang ditugaskan. Jadi, bagaimana mungkin pihak kerajaan mengetahui tentang kami?
Peristiwa besar semacam ini tentu saja menjadi pengecualian. Aku yakin Marquis yang menguasai daerah ini akan menyampaikan masalah sebesar ini pada raja. Namun, permasalahan yang menimpa kami bertiga seharusnya menjadi hal yang sepele di mata para aristokrat. Mengetahui bahwa raja memberikan jaminan tentu saja adalah hal yang sangat ganjil.
"Tu-tunggu dulu!" Seakan tidak terima dengan isi dari perintah Sang Raja, salah satu orang dari ordo mengucapkan ketidak setujuannya. "Hal-hal yang menyangkut para iblis berada di tangan ordo. Kami yang seharusnya memiliki tanggung jawab penuh atas masalah ini karena sudah menjadi tugas kami untuk menjamin kedamaian seluruh makhluk hidup dari ancaman para iblis."
Argumennya cukup logis dan tak terbantahkan. Ordo ada untuk mengurus para iblis. Jadi, raja sekalipun tak bisa dengan seenaknya memberi perintah pada mereka. Lagipula ordo memegang teguh nilai-nilai ketuhanan sebagai pondasi utamanya. Jadi, siapa orang yang cukup bodoh untuk menentang kebijakan ordo?
"Lalu, bagaimana jika Demigod mendeklarasikan perintah yang sama?"
"A-apa?!"
Semua orang jatuh ke dalam keterkejutan yang luar biasa sementara aku merasakan tekanan udara semakin tidak enak. Sensasi terbakar yang aku rasakan semakin menguat, membuat tubuhku sedikit berkeringat karenanya. Walaupun begitu, aku tetap berusaha untuk menahan diriku dari tindakan-tindakan yang mencurigakan. Kuharap Alma juga dapat menahannya dengan baik.
Terlepas dari aura yang mengganggu kami berdua, semuanya memandang ke arah seorang lelaki yang terbalut oleh armor berwarna putih bercorak keemasan. Postur tubuh dan titik keseimbangannya membuatku yakin bahwa dia bukanlah seorang amatir. Setidaknya pria ini memiliki kekuatan jauh di atas Hellhound.
"Aku, Jan-Robbert van Zonnenberg, Kursi Ketiga Ordo, membebaskan kalian bertiga atas nama Demigod."
Ordo Cahaya Suci bertujuan untuk membebaskan dunia ini dari para iblis. Jadi, tentu saja mereka memiliki pasukan khusus yang bertugas untuk membasmi kami. Dari sekian banyak prajurit di bawah kepemimpinan ordo, mereka yang kuat disebut sebagai 'Enam Pendeta'. Dimulai dari yang paling lemah menempati kursi keenam sampai Demigod sendiri yang menempati kursi pertama sekaligus pemimpin dari ordo.
Seseorang yang menyelamatkan kota seminggu yang lalu dengan orang yang mendeklarasikan kebebasan kami sekarang ini merupakan orang yang sama. Dia adalah Robbert. Berbeda dengan kursi ordo yang lain, kecuali Demigod tentunya, lelaki ini sangat terkenal di seluruh negeri. Dia adalah pahlawan yang sesungguhnya. Selalu datang tepat pada saat serangan iblis terjadi dan dapat mengatasinya hanya dalam waktu yang singkat.
Lelaki ini layaknya dewa penolong yang selalu datang pada saat yang tepat.
Terus terang aku masih kekurangan banyak informasi tentang dirinya. Laporan yang disampaikan Alma melalui telepati sekitar seminggu yang lalu dan diskusi yang kami lakukan selama di penjara --melalui telepati tentunya untuk menghindari kecurigaan Isabelle-- mengenai pria ini tentu saja sangat terbatas. Namun, satu hal yang sangat penting dan harus menjadi prioritasku, dia adalah seorang Wanderer. Kelas yang belakangan kuketahui tentang dirinya adalah Guardian, Palladin, Exorcist, Angelus, dan Monk. Di usianya yang menginjak tiga puluh tahunan dia sanggup menguasai begitu banyak kelas dengan tingkat yang cukup mahir. Benar-benar orang yang berbahaya.
Awalnya aku memang tidak begitu percaya dengan berbagai macam rumor yang beredar tentang lelaki ini. Batas kekuatan yang dia miliki terlampau tidak normal jika dibandingkan dengan kemampuan rata-rata dari para penghuni dunia ini. Namun, seluruh informasi yang aku dapat melalui Almaria dan Wizard yang aku temui selama kerusuhan memiliki kecocokan sekitar delapan puluh persen. Jadi, memercayai kata-kata mereka tentu saja adalah pilihan yang bijak.
Aku jadi penasaran mengenai asal-usulnya. Berdasarkan detail yang dilaporkan Alma, jangkauan kekuatan yang dimilikinya bisa dibilang sangat luar biasa. Jelas sekali bahwa pria ini bukanlah seseorang yang terlahir tanpa berkah dari Sang Pencipta. Yah, karena dia sangat terkenal, seharusnya mencari informasi tentang orang ini akan menjadi pekerjaan yang mudah.
Aku akan menyimpan hal ini untuk nanti.
"Tu-tunggu dulu! Bagaimana mungkin Demigod mendeklarasikan kebebasan dari pengguna sihir kegelapan tanpa tanda?!" Kedua perwakilan dari ordo tampak ragu.
"Jadi, kau meragukan kredibilitas dari ucapanku?"
"Bu-bukan begitu." Nada lelaki berjubah itu terdengar panik. "Saya yakin orang suci seperti Anda berkata yang sejujurnya. Namun--"
"Kau meragukan penglihatan Demigod? Orang yang bahkan sanggup melihat kematian itu sendiri?"
"Ordo berpegang teguh pada grimoire. Sebagaimana tercantum dalam Perjanjian Keruntuhan ayat ketiga dan keempat yang berbunyi, 'dan mereka yang memilih jalan iblis tidak akan mendapat berkah Kami. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang merugi.' Sudah jelas menentang penggunaan dari sihir kegelapan."
"Ho~?" Robbert seakan meremehkan argumennya. "Bagaimana dengan isi dari Perjanjian Hestia ayat pertama? Ucapan Demigod mewakili Sang Dewi, kau ingat?"
"Tetapi, menyamakan firman Sang Dewi dengan seorang manusia, bukankah itu adalah sebuah dosa terlepas apakah beliau adalah orang paling suci sekalipun?"
"Apa kau meragukannya? Kau butuh sebuah bukti, benar? Sesuatu tentang mukjizat yang dapat menjawab keraguan di dalam imanmu?"
Mereka berdua terdiam tanpa sanggup membalas ucapan Robbert. Lelaki itu tersenyum ringan sebelum melanjutkan argumennya.
"Sihir Cahaya adalah bukti dari mukjizatnya. Jika Dewi Hestia menganggap bahwa Demigod adalah pendosa yang menyeret seluruh makhluk ke dalam jalan penuh sesat, maka seharusnya beliau tidak mungkin mau meminjamkan sebagian kecil kekuatanya melalui Demigod. Bukankah kenyataan bahwa Sihir Cahaya dipercayakan padanya adalah sebuah bukti dari kredibilitasnya?"
Semua orang jatuh dalam keheningan yang pasti. Tidak ada satu pun dari mereka berdua yang sanggup menepis argumen dari Robbert. Tampaknya keberuntungan sedang berpihak kepadaku sekarang. Namun, alasan di balik deklarasi dari dua orang penting --Raja dan Demigod-- benar-benar penuh dengan keganjilan. Selain itu, apa maksudnya dengan sanggup melihat kematian?
Terlalu banyak hal yang berubah di dunia baru ini.
"Ehm," akhirnya salah satu dari orang berjubah itu angkat bicara. "karena tidak ada lagi yang keberatan. Kami memutuskan untuk membebaskan kalian bertiga sesuai dengan titah dari penguasa kami."
Setelah keputusan dijatuhkan secara resmi, mereka melepaskan rantai yang mengikat kami lalu memerintahkan salah seorang gadis muda untuk membimbing kami menuju pintu keluar. Aku dapat melihat raut wajah penuh ketidak puasan dari kedua orang itu yang mungkin akan menjadi sebuah masalah di masa depan. Berpikir demikian membuatku harus segera mengurus lisensi tentang hal ini secepat yang kami bisa. Namun, sebelum itu, mendaftarkan diri ke guild petualang sudah jelas menjadi prioritasku saat ini.