Chereads / RE:VERSE / Chapter 24 - 5.II Membentuk Kelompok

Chapter 24 - 5.II Membentuk Kelompok

"Aku mohon. Kami benar-benar butuh uang. Belakangan semua harga kebutuhan pokok naik berkali-kali lipat."

Gabriel berusaha untuk menarik simpati dari kelompok petualang Red Claw yang dikenal sebagai salah satu dari empat kelompok berpangkat tinggi di Kota Trowell. Walaupun dia tahu bahwa ungkapannya mungkin akan dianggap sebagai bentuk ketidak sopanan, keadaan ekonomi membuat dirinya tidak punya pilihan lain.

Setelah mendengar ucapan darinya, pria berotot yang dikenal sebagai pemimpin kelompok tersebut menarik pakaian Gabe hingga kedua kakinya menggantung. Lelaki itu meronta, berusaha menghindari serangan yang sudah pasti akan ditujukan padanya. Namun, saat dia tak kuasa melawan kekuatan besar dari seorang pria dengan kelas warrior, suara khas seorang gadis tiba-tiba memotong ucapan Sang Ketua.

"Bisa tidak kalian cepat sedikit? Kami mulai bosan menunggu."

Red Claw tentulah bukan sebuah kelompok yang sembarangan. Mereka sangat terampil dan disegani oleh petualang yang lain. Semua orang yang berada di dalam aula sama sekali tak berani untuk ikut campur dalam urusan kelompok ini. Lalu, kenapa seorang gadis tiba-tiba berani memotong pembicaraanya?

Gabriel sama sekali tidak mengerti.

Nadanya terdengar begitu santai. Tak ada sedikit pun rasa takut yang terkandung dalam kalimat gadis itu. Hal ini membuat Gabriel semakin tidak mengerti dengan situasi yang sedang terjadi.

Kedua bola mata cokelatnya kini beralih memandang pada sumber suara.

Seorang anak perempuan berambut hitam menatap ke arahnya dengan pandangan yang terlihat malas. Usianya mungkin tidak terpaut jauh dengan Hellen. Sebagian kecil wajahnya tertutup oleh sebuah topeng aneh dengan bentuk menyerupai kepala seekor kucing. Kemeja hitam dan rok selutut yang dia pakai tidak melambangkan bahwa dia adalah seorang petarung. Namun, sebilah pedang dan sepasang belati yang dia bawa sudah lebih dari cukup untuk mematahkan penilaian Gabe akan gadis muda ini.

Belakangan, saat pemimpin dari Red Claw memandang ke arah gadis itu, raut wajah penuh kesombongannya luntur seketika. Dia membanting Gabe dengan kasar dan langsung melakukan permintaan pada Resepsionis.

Gabriel tak bisa berbuat apa-apa saat quest satu-satunya yang dapat dia terima direbut oleh kelompok kuat itu.

Perasaan kesal dan kecewa memang dirasakan olehnya. Namun, rasa penasaran akan siapa sosok gadis asing yang baru saja dia lihat jauh lebih besar.

Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya dia tahu bahwa mereka bukanlah seorang petualang. Hanya calon petualang yang mendapatkan masalah saat mendaftarkan diri. Jadi, Gabe menawarkan sebuah solusi dengan maksud untuk membalas budi.

Walaupun perbuatan gadis itu tidak ditujukan langsung untuk menolongnya, Gabe sangat yakin bahwa dia memang berniat untuk membantunya. Jika gadis itu tak memotong pembicaraan, dia pasti sudah dibuat cedera oleh Red Claw. Alasan inilah yang mendorong Gabe untuk mengulurkan tangannya.

Gabriel mengenalkan dirinya dengan nada yang sopan diikuti oleh Hellen --rekan kelompoknya-- dan mereka setuju untuk membentuk kelompok sementara. Namun, saat orang asing itu kembali mendaftar, sesuatu yang tak terduga membuat Gabriel, Hellen, dan semua orang di aula kehilangan kata-katanya.

***

Sekitar seminggu yang lalu, saat Hellhound muncul entah dari mana, sosok misterius tiba-tiba maju ke garis depan. Dia bukanlah penghuni kota ini, bukan juga seorang petualang, melainkan hanya seorang pendatang yang kebetulan sedang singgah. Para petani mengatakan bahwa dia datang dari arah timur dengan tujuan yang belum diketahui.

Banyak desas-desus tentangnya. Beberapa petualang mengatakan bahwa dia memiliki tubuh yang kuat dan berotot layaknya seorang warrior. Namun, tidak sedikit yang mengatakan bahwa sosok itu sangat lincah dan sanggup menggunakan sihir para iblis hingga tingkat lima. Oleh karena itu, mereka menyebutnya sebagai 'Putri Iblis dari Timur'. Sayangnya, kabar burung mengatakan bahwa sihirnya membuat dia dicap sebagai pendosa dan dieksekusi oleh pihak ordo. Walaupun begitu, berita mengenai sosok ini masih sering menjadi topik pembicaraan di antara para petualang.

Gabe tak pernah menyangka bahwa orang itu tiba-tiba muncul di tengah para petualang dan memancing keributan dari berbagai tempat. Dirinya sungguh tidak percaya bahwa sosok yang menjadi perbincangan di seluruh penjuru kota beberapa hari terakhir adalah seorang gadis kurus yang terlihat lemah tapi memiliki bidang pandang yang tajam.

Pasti ada sebuah kesalahan di sini. Terus terang, Gabe merasa ragu.

Semua orang mungkin akan menganggap bahwa kakek tua itu sudah gila dan hanya membual. Namun, perginya Red Claw saat gadis misterius itu memotong perkataannya dan status Jerome sebagai salah satu pendeta yang dipercaya untuk menjaga kitab pendaftaran milik guild membuat mereka mau tidak mau harus memercayainya.

"Me-menurutmu bagaimana?" Gabe bertanya gugup pada Hellen saat suasana aula menjadi semakin ribut.

"Aku rasa mereka tidak butuh bantuan kita lagi." Kedua tangan Hellen memeluk sebuah panah kayu yang sudah usang. Pandangannya mengarah pada orang-orang yang berebut untuk mengundang Putri Iblis ke dalam kelompok mereka.

Kata-kata Hellen memang mengandung sebuah kebenaran. Orang kuat sepertinya tidak mungkin memilih kelompok lemah dengan anggota hanya dua orang yang menggunakan peralatan tidak layak pakai. Terlebih lagi di saat berbagai macam undangan dari kelompok yang jauh lebih baik berdatangan padanya. Jadi, sudah tidak ada lagi yang perlu mereka lakukan untuk membantu gadis itu. Namun ...

"Maaf, kami sudah punya kelompok sendiri." Gadis yang belakangan mengenalkan dirinya sebagai Alma menolak undangan mereka dengan sedikit tersenyum.

Mendengar jawaban yang dilontarkan olehnya, semua orang berbalik memandang Gabe dan Hellen. Mereka memasang raut wajah tidak senang dan sedikit mengancam.

"Eh?! Tidak! Tidak! Kelompok saya tidak cocok untuk Anda!" Gabe buru-buru mengungkapkan pemikirannya.

"Kita sudah berjanji, bukan?" Putri Iblis memandangnya dengan tatapan yang serius. "Melanggar janji akan membuat bangsa iblis jauh semakin kuat, kau tahu?"

Bangsa iblis mendapatkan kekuatan dari emosi negatif setiap makhluk hidup. Semakin banyak dosa, maka semakin kuat mereka saat bangkit ke dunia. Ini adalah pengetahuan dasar yang diajarkan oleh pihak ordo ke semua pengikutnya. Namun, tidak ada bukti otentik yang dapat menguatkan pernyataan dari Demigod tersebut.

Gabriel tahu bahwa ucapannya hanyalah sebuah kiasan semata. Namun, ajaran ordo yang dia percayai sejak kecil membuat Gabe tidak dapat menyangkalnya. Jadi, sulit bagi pemuda itu untuk menolak apa yang telah mereka sepakati. Kau tentunya tidak akan berani melanggar perintah dari pemuka agama yang dianggap sebagai utusan Sang Dewi, bukan?

Tidak ada pilihan lain baginya selain menyetujui permintaan gadis itu --bersama kakaknya-- untuk bergabung dalam sebuah kelompok kecil bernama Orbum.

"Oh, sebelum itu, adakah lowongan pekerjaan untuk seorang gadis manis di sampingku?" Putri Iblis tiba-tiba berbicara pada Resepsionis. Kedua bola mata cokelatnya melirik ke arah seorang gadis berambut cokelat yang tengah berdiri di sebelahnya.

"Eh?!" Gadis di itu terlihat ingin protes. Namun, sosok gadis berambut hitam yang diyakini sebagai putri iblis tak mau mendengarkan.

Beberapa menit terlewat dengan sebuah pertengkaran kecil di antara mereka berdua hingga lelaki bernama El menengahinya.

Melihat tingkah laku mereka membuat Gabe kembali tidak yakin bahwa dia benar-benar Putri Iblis yang asli. Sifatnya tidak jauh berbeda dengan gadis-gadis seusianya. Lagipula gadis itu terlalu manis untuk dianggap sebagai sosok yang sanggup menandingi Hellhound.

"Kebetulan kami membutuhkan satu orang resepsionis untuk mengisi tempat yang kosong akibat musibah yang menimpa kota ini seminggu yang lalu. Jika Anda berkenan, kami siap menyediakan segala keperluan termasuk tempat tinggal."  Jerome menjelaskan dengan sangat bersemangat. Resepsionis kelihatannya ingin mengucapkan sesuatu tapi ditahan kemudian oleh pak tua itu.

Biasanya untuk bekerja di guild, sebuah syarat khusus dan berbagai macam ujian yang sangat ketat harus mereka lalui. Hal ini memang sebanding dengan seluruh fasilitas dan upah yang akan guild berikan pada para pekerjanya. Jadi, sudah sewajarnya guild melakukan seleksi yang luar biasa sulit guna mendapatkan pekerja terbaik. Namun, tampaknya semua itu tidak berlaku bagi orang-orang yang memiliki 'jalur khusus.' Gabe kecewa dengan kenyataan ini tapi sama sekali tidak berani untuk mengungkapkan rasa kecewanya pada pihak guild. Lagipula dia bukanlah orang yang penting dalam organisasi ini.

"Yah, kurasa itu cocok untuk orang sepertimu, Belle." Sang Putri Iblis mengusap kepala gadis berambut cokelat di sampingnya yang tampak tersipu seraya menundukan kepalanya.

"Maaf. Sebelum itu, apakah Anda dapat membaca dan menulis?" Resepsionis bertanya dengan nada penuh khawatir.

Sekolah formal hanya ditujukan bagi keturunan para aristokrat. Anak-anak yang tidak beruntung biasanya mendapatkan pengetahuan tentang membaca dan menulis secara otodidak. Jumlah mereka pun hanya sedikit dan pengetahuan yang mereka kuasai tidak terasah dengan baik. Jadi, bertanya mengenai hal ini sudah bukan merupakan sesuatu yang aneh. Terlebih lagi jika seseorang ingin bekerja sebagai penerima tamu.

Kebanyakan petualang --terutama yang baru mendaftar-- tidak bisa membaca dan menulis. Maka dari itu tugas seorang resepsionis dibutuhkan untuk membacakan daftar quest yang bisa mereka pilih. Inilah alasan kenapa pekerjaan sebagai resepsionis setidaknya membutuhkan kemampuan membaca dan menulis.

Kekhawatiran Resepsionis tampaknya terletak pada kepastian akan diterimanya Isabelle sebagai resepsionis. Jika gadis itu tak bisa membaca, maka tugasnya sebagai senior akan bertambah banyak karena dia juga harus mengajarinya terlebih dahulu. Tentu saja hal ini akan menguras waktu dan tenaga yang lebih banyak. Untungnya jawaban yang diberikan olehnya adalah sebuah informasi menggembirakan.

"Tenang saja. Isabelle adalah anak yang pandai. Dia dapat membaca dan menulis dengan fasih. Benar, 'kan?" Putri Iblis menjawab dengan penuh keyakinan. Bidang pandangnya menatap ke arah gadis berambut cokelat di sampingnya.

"E-ehm." Gadis itu mengangguk gugup seraya kembali menundukan kepala.

Tingkahnya yang terlihat polos dan agak malu-malu sedikit menarik perhatian Gabe. Lelaki itu memandangnya rapat-rapat untuk beberapa menit.

Kulit putih halusnya tidak membiarkan sedikit pun noda menghalangi aura kecantikan yang tampak darinya. Kedua bola mata cokelat itu terlihat sayu, melambangkan kelelahan yang jelas tapi masih tetap memancarkan kehangatan yang terasa menenangkan. Walaupun terlihat kusut, rambut cokelatnya tetaplah terlihat menawan. Aura seorang putri sedikit menampakan diri di balik penampilan sederhananya. Sosoknya sampai pada tingkatan dimana Gabe akan langsung percaya jika dia mengaku sebagai salah satu keturunan aristokrat.

Gadis ini pasti akan tumbuh menjadi seorang wanita yang cantik di masa depan. Dia menelan ludah setelah mencapai kesimpulan tersebut.

Gabe buru-buru mengalihkan pandangannya saat dia sadar akan dirinya sendiri. Dia kembali fokus pada apa yang terjadi di hadapannya seraya berusaha untuk melupakan bayangan gadis itu yang entah kenapa memenuhi kepalanya.

Setelah mendorong gadis bernama Isabelle dan menyerahkannya pada resepsionis di dalam guild, mereka meninggalkan tempat itu tidak lama kemudian. Tujuan awal mereka tidak terlalu jelas. Namun, Gabriel yang tahu bahwa kedua anggota barunya pastilah sedang kelelahan menawarkan untuk beristirahat terlebih dahulu di tempat tinggalnya sebelum memulai misi pertama mereka. Kedua orang itu setuju tanpa banyak bertanya. Lagipula tidak ada satu pun quest yang dapat mereka kerjakan hari ini.

Kuharap besok akan tersedia quest yang dapat kami ambil. Gabriel menghela napas seraya memimpin jalan. Tepat di belakangnya, Putri Iblis, El, dan Hellen berjalan mengikutinya.