Ketika aku menyadari bahwa enam orang yang tergabung dalam satu kelompok itu pernah kulihat sebelumnya saat Hellhound menyerang kota ini, aku bermaksud untuk mengalihkan perhatian mereka pada Alma. Jadi, aku menyuruh gadis itu untuk memotong percakapan di antara mereka seraya berpura-pura bahwa Alma sedang berusaha menolong dua orang anak kecil itu.
Tujuanku yang sebenarnya tentu saja bukan untuk menolong mereka berdua. Aku bahkan tak peduli apa yang akan terjadi pada kedua orang itu. Selama permasalahannya tidak berpengaruh langsung padaku, semua hal yang terjadi di sekitarku tidaklah penting.
Pada awalnya aku mengira bahwa lelaki berotot itu akan terkejut dan menyebutkan bagaimana mengerikannya Alma di hadapan semua orang. Selanjutnya, gadis ini pasti akan langsung menjadi topik pembicaraan di antara mereka. Lalu, resepsionis yang mengetahui tentang kenyataan ini pastinya tidak akan membiarkan Alma berada di peringkat terendah saat mengetahui bahwa tujuan kami datang ke sini adalah untuk mendaftar.
Sayangnya semua rencana yang sudah aku persiapkan ternyata gagal. Pria itu sama sekali tak membicarakan kehebatan Alma.
"Em, permisi." Aku berbicara pada seorang lelaki muda yang masih terduduk akibat dilempar dengan kasar beberapa waktu lalu. "Aku tidak suka memotong antrean. Silakan duluan."
"Em ... tidak perlu." Seseorang yang menjawabku adalah sosok gadis yang seumuran dengan Isabelle. Dia memeluk sebuah panah kayu yang hampir tidak layak untuk digunakan lagi seraya menatapku dengan raut wajah yang terlihat gugup. "Quest-nya sudah diambil. Kami tidak memiliki kepentingan lagi."
Gadis berambut pendek itu terlihat murung. Kedua bola matanya mulai berkaca-kaca.
Aku secara pribadi sama sekali tidak peduli dengannya. Namun, kejadian tersebut tampaknya menarik simpati Isabelle. Gadis itu segera mendekati mereka dan berusaha menghiburnya. Sementara itu, Alma terlihat sedang berusaha menyesuaikan dirinya untuk berlagak peduli.
"Selamat datang, ada yang bisa saya bantu?" Resepsionis berbicara dengan nada yang sangat sopan ketika aku menghadap padanya.
"Kami ingin mendaftarkan diri ke dalam guild." Aku membalasnya.
Menit-menit selanjutnya dia menjelaskan berbagai macam hal mengenai guild. Aku tidak begitu mendengarkan tentang semua penjelasan rumit yang dia ucapkan. Hal-hal yang tidak penting semacam ini terkadang membuatku sangat bosan.
"Selanjutnya, apa nama kelompok yang ingin Anda ajukan dan berapa orang anggota yang Anda miliki?"
"Konets Sveta." Aku asal menyebutkan nama. "Kami berjumlah dua orang."
Pada awalnya aku sudah menawarkan untuk memasukan Isabelle juga pada Alma. Aku secara pribadi tidak merasa keberatan jika Isabelle ikut dalam misi kami. Lagipula menjamin keselamatannya tidaklah terlalu sulit. Namun, gadis itu tetap ingin Isabelle menetap di kota ini dan menjalani hari-harinya dengan normal. Jadi, kami memutuskan untuk mencarikan dia pekerjaan setelah kami menyelesaikan pendaftaran.
"Mohon maaf. Untuk menghindari banyaknya pendaftar baru, guild menetapkan bahwa batas minimum untuk mendaftar adalah empat orang. Anda tidak bisa mendaftarkan diri dengan jumlah dua orang."
Peraturan macam apa ini?!
Kalau saja jumlah yang ditetapkan adalah tiga orang, aku mungkin bisa menempatkan Isabelle sebagai orang ketiga tanpa meminta persetujuan dari Alma. Namun, karena jumlahnya adalah empat orang, tentu saja hal ini menjadi agak rumit. Bagaimana cara untuk mendapatkan satu orang lagi?
"Maaf," di saat aku masih jatuh ke dalam pemikiranku, sosok anak laki-laki yang tadi terlibat dalam masalah mulai berbicara padaku. "Anda boleh bergabung dengan kami jika berkenan. Jujur tiga anggota kami wafat sekitar seminggu yang lalu. Jadi, kami kekurangan anggota."
"Hm?"
Mendengarnya mengatakan bahwa anggotanya mati sekitar seminggu yang lalu membuatku yakin bahwa mereka mati karena ulah Hellhound. Namun, melihat penampilannya saja sudah jelas bahwa mereka hanyalah orang-orang lemah. Lalu, kenapa kelompok lemah ini berada di kota saat penyerangan Hellhound?
"Ah, maafkan saya. Nama saya Gabriel. Anda bisa memanggil saya Gabe."
"Na-namaku Hellena." Gadis di sampingnya juga ikut mengenalkan diri.
Kelihatannya respon diamku telah disalah artikan oleh mereka berdua. Karena sudah terlanjur, aku berniat untuk mengenalkan diriku juga. Lagipula tidak ada salahnya untuk memulai hubungan yang jauh lebih dekat dengan para manusia.
"Namaku El. Ini adikku Alma dan dia adalah teman kami. Namanya Isabelle."
"Peringkat kami memang masih Steel. Tapi jika Anda tidak keberatan, kami bisa menampung Anda untuk sementara waktu hingga Anda mendapatkan anggota baru."
Pilihan kata yang dia ambil terdengar penuh dengan kesopanan. Awalnya aku merasa bingung dengan hal ini mengingat usia kami sepertinya tidak terpaut begitu jauh. Namun, saat aku membandingkan perlengkapan yang kami kenakan dengan perlengkapan mereka yang sudah hampir tidak layak pakai, belakangan aku mengetahui alasannya.
Mereka pastilah merasa jauh lebih rendah daripada kami bertiga.
"Bagaimana menurutmu?" Aku mengalihkan pandanganku pada Alma.
Pertanyaanku mungkin akan diartikan sebagai sebuah permimtaan persetujuan di mata orang lain. Namun, aku dan Alma sama-sama tahu bahwa maksud dari pertanyaanku adalah untuk mengonfirmasi sebuah kesanggupan. Kurang lebih aku mengungkapkan tentang sanggup atau tidaknya Alma untuk tetap menjaga identitasnya di depan mereka berdua.
"Aku tak keberatan. Lagipula lebih banyak anggota akan jauh lebih baik, 'kan?" Jawaban yang dia ucapkan merupakan sebuah kesanggupan. Jadi, tidak ada alasan bagiku untuk mengkhawatirkannya.
"Baiklah kalau begitu." Aku kembali memandang ke arah mereka berdua. "Lalu, bagaimana cara kami bisa masuk ke dalam kelompokmu?"
"Anda harus mendaftarkan diri terlebih dahulu ke guild. Setiap orang memiliki peringkatnya tersendiri. Saat Anda pertama kali mendaftar, Anda akan ditempatkan pada peringkat E sebagai permulaan. Jika Anda ingin bergabung ke dalam kelompok berperingkat bronze, Anda setidaknya harus memiliki peringkat D. Namun, karena kami petualang dengan peringkat steel, peringkat E pun tetap bisa masuk."
Sistem peringkat bagi petualang ternyata jauh lebih rumit daripada yang aku bayangkan. Aku tidak pernah menyangka bahwa komunitas yang satu ini bahkan memiliki peraturan dengan tingkat kerumitan yang setara dengan sebuah kerajaan. Benar-benar komunitas yang cukup unik.
Selanjutnya aku mengemukakan kembali keperluanku pada Resepsionis. Setelah dia mengerti dengan situasi kami dan menganggap bahwa semua persyaratan telah terpenuhi, wanita itu memanggil salah seorang pelayan dan menyuruhnya untuk memanggil staf lainnya.
Pada awalnya aku tidak mengerti sama sekali dengan apa yang sebenarnya mereka lakukan. Namun, saat Resepsionis tahu bahwa aku cukup kebingungan, dia mulai menjelaskannya padaku.
"Guild menulis semua anggotanya dalam sebuah buku khusus. Buku ini terkoneksi dengan buku pada cabang guild lainnya. Jadi, sekali nama Anda tertulis, semua cabang guild akan mengetahuinya."
"Semacam buku dengan efek sihir, begitu?" Alma juga tampaknya penasaran.
Resepsionis itu mengangguk seraya tersenyum ramah sebelum kembali menjelaskan.
"Karena buku ini cukup vital, kami memberlakukan sistem keamanan yang ketat dan menggunakan berbagai macam sihir bertipe penyegelan yang sangat rumit. Oleh karena itu hanya orang yang paling dipercaya oleh Guild Master yang boleh menyuntingnya."
Sedikit banyak aku mulai mengerti dengan keadaannya. Buku ini adalah semacam dokumen paling penting yang berisi identitas dari semua anggota guild. Jadi, wajar jika buku ini memiliki penjagaan yang luar biasa ketat.
"Ah, orangnya sudah datang." Wanita itu menatap pada seseorang yang baru saja turun dari tangga di belakang meja resepsionis. "Perkenalkan, ini adalah--"
"Whoa?!"
Sebelum Resepsionis sempat mengenalkan diri, lelaki tua berjubah hitam yang baru saja menuruni tangga seraya menggenggam sebuah buku kuno tiba-tiba berteriak dengan nada penuh keterkejutan. Kedua matanya melotot tajam dengan mulut yang menganga lebar.
Aku sedikit mengerutkan dahi, merasa cukup penasaran dengan alasan di balik keterkejutannya.
"K-kau ... Putri Iblis dari Timur! Tidak salah lagi!"
Menanggapi pernyataan pak tua itu, seluruh petualang menghentikan kegiatan mereka dan langsung beralih memandang kami. Semuanya memasang ekspresi yang hampir mirip dengan raut wajah pak tua itu. Bahkan Resepsionis, Gabe, dan Hellen juga tidak kalah terkejutnya dengan orang-orang di sekitar kami.
"Putri Iblis?! Gadis itu?!"
"Gadis kecil berambut hitam itu Putri Iblis?!"
"Yang benar saja?!"
Seluruh petualang yang ada di dalam ruangan itu memandang ke arah Alma dengan tatapan tak percaya. Masing-masing dari mereka saling berbisik satu sama lain, masih meragukan pernyataan dari pria tua di balik meja resepsionis.
"Ah!" Seakan menyadari bahwa dia telah melalaikan tugasnya, pria tua itu membungkuk seraya memperkenalkan diri. "Namaku Jerome, seorang pendeta yang dipercaya untuk memegang dokumen pendaftaran guild. Secara pribadi aku merasa terhormat dapat melayani seseorang yang sanggup bertarung dengan setara melawan salah satu iblis kelas bencana."
"Ehm." Alma berdeham seraya balas membungkuk. "Terima kasih atas pujiannya. Bisa kita mulai proses untuk mendaftar?"
"Oh, tentu saja!"
Jerome buru-buru membuka buku kuno miliknya seraya menanyai Alma tentang informasi pribadi seperti nama, kelas, dan usianya. Dia juga meminta Alma untuk meneteskan sedikit darahnya pada buku kuno tersebut. Selanjutnya, dia menjelaskan tentang layanan khusus yang diberikan pada orang hebat seperti Alma. Hal inilah yang aku incar sejak pertama kali kami memasuki bangunan guild.
"Biasanya pendaftar akan memulai dengan peringkat E. Namun, dengan bantuan rekomendasi dariku, kau bisa langsung berada di peringkat A."
Semua orang yang mencuri dengar semakin meributkan sosok Alma. Sebagian ada yang tidak setuju dengan gagasan seperti itu karena dirasa tidak adil. Namun, tak ada satu pun yang berani mengungkapkan rasa ketidak puasannya mengingat betapa hebatnya kemampuan yang dimiliki oleh Alma.
"Apa ada peringkat yang lebih tinggi lagi dari ini?" Seakan tidak puas dengan posisi yang diberikan padanya, gadis itu bertanya dengan nada yang ringan.
"Masih ada peringkat lain yang masuk dalam tingkat pahlawan. Dimulai dari S, R, lalu SR. Namun, untuk menembus tingkat tersebut, kau harus memenangkan sebuah turnamen yang diadakan setiap empat tahun sekali."
"Begitukah." Alma menganggukan kepala sebagai tanda bahwa dia mengerti semua yang dijelaskan oleh pak tua itu.
Dia menyelesaikan berbagai macam hal yang perlu diurus ketika mendaftar. Setelahnya, aku pun melakukan hal yang sama. Awalnya Jerome juga merekomendasikanku ke peringkat A. Namun, setelah aku berusaha meyakinkannya bahwa bakatku tidak terlalu bagus, akhirnya dia mengerti dan menaruhku di peringkat D.
Lalu, setelah kami terdaftar secara resmi, segala macam undangan untuk bergabung ke dalam kelompok mulai berdatangan dari berbagai penjuru aula. Beberapa orang yang mewakili kelompoknya berusaha mengajak Alma dengan bahasa yang sesopan mungkin.
Jujur saja, aku dan Alma sama sekali tidak peduli terhadap mereka semua.