"Ngomong-ngomong kita ada di kota apa sekarang?" Tanya Neka Kepadaku.
"Kita ada di kota Aster."
"Jadi kita beneran berada di kota Aster?"
"Iya, harusnya kan kau sudah tau, aku tinggal dimana lagi kalau bukan di kota Aster. SMA tempat kita sekolah juga ada dikota ini kan, apa jangan-jangan... jangan bilang kalau kau kehilangan ingatan."
Kami berdua saat ini sedang duduk dikursi taman, tepat didepan kami ada Riyad yang terbaring pingsan.
"Tidak, aku masih mengingat semuanya. Jadi aku pernah bilang kalau aku berhasil menemukan Rena untuk yang ketiga kalinya namun aku gagal lagi."
"Aku masih ingat cerita itu."
"Jadi aku mencoba menahan Rena menggunakan kekerasan tapi aku gagal, itu sebenarnya terjadi kemarin. Kemarin aku berada dikota Freesia bukankah kota itu jauh dari kota ini, walaupun kota ini bersebelahan dengan kota Freesia dan bagaimana aku bisa ada dikota ini tanpa aku terbangun diperjalanan?"
"Kota ini dan kota Freesia jika dari titik ini ke kota Freesia kemungkinan akan memakan waktu sekitar satu jam tiga puluh menit perjalanan lebih, kemungkinan mereka harus memakai mobil untuk membawamu ke sini, tapi diperbatasan kota memiliki jalan yang rusak parah, harusnya ketika melewati jalan itu kamu kemungkinan akan terbangun, kecuali kalau kamu tipe orang yang kalau sudah tidur susah bangun." Setelah mengatakan hal ini diriku menyadari kalau sepertinya aku tahu sesuatu, tapi sekarang aku lagi melupakannya, apa yang sebenarnya sudah ku lupakan?
"Tadi aku sudah menghubungi seseorang untuk menjemput kita, sepertinya sebentar lagi dia akan sampai, orang itu akan mengantarku kerumah, kau juga ikut ke rumahku, karena di rumahku kemungkinan ada seseorang yang mengetahui soal Rena ataupun soal masalah wajahmu itu, oh iya. Kamu sekarang tinggal dimana?" Tanyaku.
"Sebelumnya aku tinggal di asrama sekolah, tapi karna sudah lulus, aku ngekos dan beberapa kali pindah selama 6 bulan ini, sekarang aku ngekos di kota Freesia, tapi sepertinya aku harus mencari kos di kota ini, setelah membawaku ke kota ini tanpaku sadari aku yakin kalau Rena sedang berada dikota ini."
"Kalau begitu kau boleh menginap dirumahku, dirumahku ada beberapa kamar yang kosong, kau boleh memakainya." Aku pikir dia punya rumah atau tinggal bersama orang tuanya ternyata dia hidup sendiri. "Tapi semua itu tidak gratis, ketika semua masalahmu selesai kamu harus berkerja untukku, aku berencana untuk memulai suatu bisnis dan aku ingin kau yang akan menjadi sekertarisku nantinya."
"Baiklah, asalkan kau menggajihku dengan benar dan memberikanku tempat tinggal hal itu akan ku lakukan." Kata Neka sambil tersenyum tipis.
"Kalau begitu kita sepakat." Agar tidak terlihat seperti memberikan bantuan tanpa imbalan, aku harus mengatakan hal itu, aku sendiri tidak tahu bisnis apa yang nantinya akanku lakukan hahaha.
"Tuan Wendy."
Aku mengangkat kepalaku ke arah sumber suara itu, ternyata dari samping kananku ada Maron. Maron adalah kepala pelayan dirumahku, dia adalah kakek tua berjenggot dengan memakai kemeja putih dengan jas hitam penampilannya khas seperti pelayan berkelas.
"Siapa dia?" Tanya Neka.
"Dia adalah Maron. Kepala pelayan dirumahku."
"Pelayan? Aku tidak menyangka kamu kemiliki pelayan, padahal ku kira kamu orang yang..." Neka tidak menyelesaikan perkataannya, walaupun begitu aku sudah paham apa maksud dari perkataanya, sepertinya dia tidak mempercayai perkataanku sebelumnya, kalau dirumahku ada beberapa kamar yang kosong, walaupun aku mengatakan hal itu dengan nada yang tidak serius.
"Ya ya ya. Aku memang punya pelayan daaan... Sangatlah banyak..." aku mengatakannya dengan nada sombong dan juga membuat wajahku terlihat seperti sangat menyebalkan. Yah aku tau penampilanku tidak seperti orang yang banyak uang, siapa yang menduga kalau lelaki biasa dengan memakai kaos hitam yang bertuliskan... Aku juga tidak tau apa yang tertulis dibajuku, bisa dibilang huruf kanji dari negara matahari terbit, lagian pakaian orang kaya itu bagaimana, mana aku tau.
Merespon perkataanku tandi Neka tidak menanggapi apapun dan dia hanya memperlihatkan wajahnya yang terlihat suram.
"Maron kau membawa airnya kan?"
"Iya tuan." Maron memberikan botol yang berisikan air mineral kepadaku.
Akupun membuka tutup botol itu dan berjalan kearah Riyad yang tertidur, kemudian menyiramkan air dari botol itu ke wajahnya Riyad.
"Aaaa, kecoa terbang!" Riyad langsung terbangun dengan cepat dan mengatakan hal aneh, aku rasa dia mulai tertular kebiasaan aneh orang itu, mungkin karena kebetulan mereka sering bertemu akhir-akhir ini.
"Tidak ada kecoa disini." Kataku.
"Tolong bangunkan aku dengan lembut, kemejaku jadi basah kan..." Riyad mengusap wajahnya dengan saputangan yang diberikan oleh Maron. Kemudian Riyad memandang ke arah Neka. Dia berdiri dan menunjukNeka. "Aaaa kau!"
"Akan ku perjelas disini. Dia adalah Neka mantan teman SMAku, yah walaupun ketika sekolah aku tidak terlalu akrab tapi karna kita pernah satu sekolah aku memutuskan untuk membantunya mencari temannya dan mencari petunjuk agar wajahnya bisa kembali normal."
"Wendy kau juga berpikir sepertiku kan. Aku yakin dari pikiran anehmu pasti kau juga menyadari kalau nenek ini mencoba untuk menipu kita, kenapa kau percaya dengannya? Lagian tidak ada hal yang bagus dari membantu nenek seksi ini, lihatlah mukanya, dari wajah keriputnya saja sudah menandakan kalau tidak ada yang baik dari nenek ini, ee... Kecuali dadanya."
"Tidak ada gunanya menanyakan hal itu, aku sudah yakin dengan feelingku mungkin... Tapi walaupun berwajah nenek-nenek dia tidak berbohong, lagian ini hal yang bagus untuk menjadi alasan agar ayahku tidak lagi menggangguku, bukankan ini hal yang bagus hehehe" akupun tertawa dengan wajah licik.
"Mencari kegiatan juga tidak harus membantu nenek ini yang mungkin saja kalau dia berbohong, misalnya kau bisa beralasan ingin kuliah atau mengikuti les private, baiklah... Itu pilihan yang bagus, ayo pilih les private mu dan kita tinggalkan nenek tidak jelas ini."
"Wendy bolehkah aku memukulnya lagi?!" Mendengar hal itu membuat Riyad menjauh mengambil jarak dari Neka. Neka terlihat seperti sangat marah tapi dia mencoba menahannya dengan cara mengangkat genggaman tangannya, bagaimana Neka tidak marah setelah mendengar kata-kata kurang ajar dari Riyad tadi.
"Kau lihat kan Wendy, dia nenek yang menyeramkan dan seperti monster."
"Sudahlah hentikan percakapan tidak berguna ini dan naik ke mobil, ini sudah jam sebelas siang, sudah satu setengah jam waktu berhargaku terbuang karna menunggu kau bangun. Maron ayo kita ke mobil."
"Baik tuan."
Aku tidak ingin terlibat dengan pertengkaran tidak jelas ini dan langsung menuju kearah mobil dengan Maron yang berjalan didepanku.
"Ku yakin waktu berhargamu itu hanyalah waktu nonton anime dan game."
"Ya, itu lebih berharga daripada menunggu kau bangun."
Kemudian Riyad dan Neka juga ikut berjalan, Kami akan naik mobil menuju ke rumahku, kemudian aku akan melakukan persiapan untuk mengungkap misteri Neka dan Rena. Sudah waktunya detektif Wendy beraksi untuk menaklukkan organisasi pink hahaha.