Disebuah meja makan mewah berbentuk oval panjang dengan duabelas kursi, disana sudah ada delapan orang yang sedang duduk, dua orang diantaranya adalah Wendy dan Riyad.
Tidak jauh dari meja itu terlihat seorang pelayan dan wanita yang berjalan menuju meja itu.
"Itu dia, Neka."
Kata Wendy setelah melihat dua orang itu. Mendengar perkataan Wendy salah seorang pria yang berada dimeja itu merapikan rabut birunya yang panjang, dari wajahnya terlihat sangat percaya diri, sampai-sampai dari sekeliling wajahnya muncul seperti memiliki efek kilauan cahaya kecil.
Namun wajahnya berubah seperti orang yang memiliki harapan tinggi tetapi semuanya hancur karna realita yang sungguh mengecewakan, ketika Neka sudah sampai dimeja makan itu dan kemudian dia duduk.
"Baiklah semuanya, perkenalkan dia adalah Neka. Dia temanku ketika SMA. Dia mengalami sebuah kesulitan saat ini dan aku sudah berjanji akan membantunya... Ah, satu hal lagi, dia akan tinggal disini mulai hari ini."
"Siapa yang akan percaya?"
"Hihihi"
Seseorang berambut hitam mengatakan hal itu dan wanita berambut pinkpun tertawa dengan suara yang kecil sambil menutup mulutnya.
"Ya memang begitu kenyataannya, terserah kau mau percaya apa tidak."
"Bukan kau yang menentukan dia boleh tinggal disini."
Kata salah seorang pria berambut kuning dengan kumis tipis dan mata hitam, dia mengenakan kemeja putih berdasi hitam dengan jas berwarna hitam.
"Ini adalah keputusanku ayah. Bukankah kau akan menerima keputusanku ini, benar kan."
Wendy berbicara sambil mengikuti gaya ayahnya. Ayahnya Wendy saat ini duduk dengan meletakaan tangannya dimeja dan kedua tangannya berada didagu.
"Tidak, sudah ada satu temanmu yang tinggal disini, kurasa itu sudah cu-"
Wendy langsung memotong perkataan ayahnya. "Ah... Kalau begitu. Sudah saatnya untuk memberitahumu Sena."
"Apa maksudmu kak?"
Kata seorang gadis yang merespon perkataan Wendy. Gadis itu memiliki rambut pendek yang berwarna kuning dan matanya berwarna hitam.
Dia memakai baju kaos berwarna hitam dengan celana jeans berwarna biru tua, dia mengenakan kelung choker berwarna hitam dilehernya.
"A-tentu saja dia ee.... Dia boleh tinggal disini."
"Hemm."
Sena menatap ayahnya dengan tatapan yang tajam. Melihat hal itu ayahnya hanya menampilkan sebuah senyuman tipis.
"Baiklah kalau begitu akan aku perkenalkan mereka semua, walaupun agak merepotkan, akan ku perkenalkan secara singkat saja."
Wendy kemudian mengarahkan tanggannya kearah ayahnya.
"Yang pertama adalah ya... Mungkin kau sudah tau dari percakapan kami tadi, dia adalah ayahku. Kemudian disampingnya adalah adikku, namanya Sena. Dia yang berulang tahun hari ini, selamat ulang tahun Sena."
"Terima kasih kak dan salam kenal."
Senapun tersenyum kepada Neka, kemudian Neka juga membalasnya dengan senyuman.
"Disampingnya lagi ada Mahesa Mavendra. Dia adalah orang yang kita temui didepan pintu rumah tadi."
"Pare mentah."
"Ya... Dia memang sering mengatakan hal aneh dalam keadaan normalnya, tapi dia akan banyak sekali bicara kalau sedang Kelelahan. Kemudian... yang disampingnya adalah Kiran."
"Wendy, kau membohongiku, katamu, dia wanita yang cantik."
Kiran mengucek matanya yang berwarna kuning, kemudian dia mengambil selembar tissue dan mengusapkannya ke arah matanya. Setelah itu dia melempar tissue itu secara elegant.
"Ternyata... dia nenek-nenek."
Lalu Kiran mendengkus sambil mengibaskan rambut. Tangannya pun ikut menghempaskan rambut birunya yang panjang sampai tampak cukup mengembang di udara, setelah itu dari wajahnya kembali terlihat tampang yang sangat percaya diri diikuti oleh senyuman yang memancarkan banyak kilauan cahaya kecil disekitarnya.
"Diriku kecewa sekali, wahai Wendy."
Lalu dia menyilangkan tangan di depan dada sambil melirik ke arah Neka. Kemudian dia mendesis sambil mengernyitkan keningnya.
"Lalu disebelahnya adalah--"
"Hahahahahahahahahahahaha--"
Tiba-tiba disamping Kiran terdengar gelak tawa yang memotong perkataan Wendy.
'Heii... Bukan saatnya tertawa, tidakkah kau lihat reaksi orang yang ada disampingku.'
Wendy melirik kearah Neka yang ada disamping kiri--
'Kan... Dia pasti sedang marah.'
"Huft hahahaha."
--Dan di samping kanannya.
'Riyad!!! Kenapa kau ikutan cengengesan, nih orang pernah kena pukul sampe pingsan, masih gak kapok aja.'
"--Hahahahahahahahahahahaha."
Wendypun memperhatikan sekelilingnya, dari tiga orang wanita yang berada disana. Neka hanya terdiam tapi dia terlihat sangat marah, namun sepertinya dia bisa menahannya.
Sena dan satu wanita berambut pink sepertinya juga ikut tertawa, tetapi mereka berdua tertawa sambil menutup mulutnya.
Ayah Wendy dan Mahesa Mavendra tidak memperlihatkan ekspresi apapun, sedangkan Kiran hanya terlihat bingung padahal dialah yang menyebabkan semua hal ini terjadi.
"Baikalah yang disebelahnya Kiran adalah--"
"Tunggu, biar aku sendiri yang memperkenalkan diri."
Orang yang tertawa tadi memotong perkataan Wendy... Lagi.
"Aku adalah Nero. Aku sangat menghormati orang yang lebih tua, jadi aku akan lebih sopan nek."
Nero memiliki Rambut yang berwarna hitam dan matanya yang merah, ditelinga kanannya terdapat tindik hitam. Dia mengenakan Kemeja putih dan celana hitam, dia memiliki penampilan yang agak berantakan.
Nero berdiri dan berjalan menghampiri Neka.
"Percaya atau tidak, aku kemungkinan akan membantu seorang nenek-nenek yang ingin menyebrangi jalan ataupun membantu membawakan barang bawaanya."
Kemudian dia mengulurkan tanggan kanannya.
"Jadi akan ku tunjukkan, cara menghormati orang yang lebih tua."
Neka kemudian berdiri dan menjabat tangannya, Neropun menunduk karna dia ingin mencium tangan Neka namun...
"Eh, heh... Heee..."
Neka menggengam tangan Nero dengan sangat keras, Neropun mencoba menarik tangannya sekuat tenaga.
Beberapa saat kemudian Neka melepaskan tangan Nero hingga menyebabkan Nero terjatuh.
"Aduh... Kamu terjatuh, harusnya kamu lebih hati-hati lagi, ya..."
Neka mengatakan itu sambil memperlihatkan senyum jahatnya, sepertinya Neka sudah melampiaskan rasa kesalnya kepada Nero.
Nero berdiri dan berjalan kembali ketempat duduknya.
"Memangnya dia nenek sihir apa, kau harus hati-hati dengan nenek itu, aku yakin dia menggunakan aura."
"Eeeh."
"Dia mungkin bisa membunuhmu dengan sekali pukul, aku yakin itu."
Nero mengatakan hal itu kepada Kiran, sehingga membuat wajah Kiran terlihat masam.
"Kemudian yang terakhir adalah Alia."
Alia adalah wanita yang memiliki rambut panjang dengan model Peekaboo, rambut luarnya berwarna pink dan didalamnya berwarna hitam, selain itu rambutnya kanannya dikepang kesamping.
Mata Alia berwarna biru muda dan terlihat sangat indah, dia mengenakan kemeja putih dengan dasi hitam, tetapi dia tidak menggunakan jas, namun menggunakan jaket hitam dengan beberapa warna ungu dibagian tangan dan dipenutup jaketnya.
"Hallo."
Alia melambaikan tangannya dan memperlihatkan senyuman diwajahnya.
"Perkenalan sudah selesai, walaupun aku sudah memperkenalkan mereka, tapi mungkin masih ada pertanyaan. Mereka berempat adalah pengawal atau keamanan dirumah ini, walaupun kamu melihat didepan rumah ada satpam, tapi tugas mereka ini berbeda."
"Benar, kami adalah petarung elit, masing-masing dari kami memiliki pedang buatan penempa legendaris, pedang buatan penempa legendaris itu memiliki kekuatan unik yang berbeda-beda, dia hanya membuat duabelas senjata dan kami berempat masing-masing memegang senjata itu, hebat bukan."
Nero mengatakannya dengan wajah yang terlihat sangat bangga.
"Kurasa cukup sampai disini, sudah saatnya makan."
Wendypun mulai menyantap makanan yang ada.