Chereads / Nenek Sihir / Chapter 11 - Chapter 10 - Duel Kaka Adik (I)

Chapter 11 - Chapter 10 - Duel Kaka Adik (I)

Di halaman rumah Wandy yang luas terdapat sebuah area khusus yang dibuat untuk berlatih dan bertarung.

Area itu berbentuk bundar, bagian bundar itu sengaja di buat sedikit lebih tinggi dari atas tanah.

Di samping area itu terdapat sebuah tempat duduk khusus untuk para penonton yang dilengkapi dengan atap di atasnya agar orang yang menonton pertandingan tidak kepanasan.

Dari pandangan para penonton mereka bisa melihat kebun bunga yang berada tepat didepan mereka..

Keluarga Wandy sendiri terbilang sangat kaya, maka dari itu ada suatu alasan yang kuat agar anggota keluarganya menguasai bela diri.

Tapi Wandy adalah pengecualian itu sendiri, tidak seperti Sandy yang sejak kecil dipaksa untuk mempelajari teknik bela diri.

Tidak tahu istimewa atau tidak, karna Wandy sendiri diberikan kebebasan untuk memilih sesuai keinginannya, apakah dia ingin menguasai tekhnik bela diri atau tidak.

Sebagai seseorang yang tidak terlalu menyukai bela diri, itulah yang membuat Wandy tidak mempelajari teknik bela diri, tidak seperti Wandy. Sandi sendiri harus bisa menguasai teknik bela diri tanpa alasan apapun, Wandy sendiri sepertinya sadar akan hal itu dan ketidak tahuannya tentang teknik bela diri membuatnya tidak akan bisa mengalahkan Sandi jika hanya mengandalkan kekuatan fisiknya.

Tapi kenapa Wandy sendiri yang berkata kalau dia akan memenangkan pertandiangan ini?

Hal itu terus membuat Sandi bingung selama tigapuluh menit yang lalu, Sandipun mulai merubah pemikirannya untuk tetap fokus terhadap hal yang akan dia hadapi sekarang.

'Aku harus fokus ketika duel nanti, agar kemungkinan kemenanganku bertambah.'

Sandipun terus menatap pintu rumahnya yang jauh dari tengah area pertandingan.

Waktu yang di janjikan telah berlalu, sudah sekitar sepuluh menit sejak waktu yang di tentukan.

Sandi yang berdiri di tengan area pertandingan di temani oleh Maron yang akan menjadi wasit ketika pertandingan di mulai nantinya.

Kemudian seorang pelayan wanita menghampiri Maron dan meyerahkan sebuah dokumen yang dilengkapi dengan pulpen.

Ditempat duduk para penonton diisi oleh Kirana dan Juni. Neka dan Riyat juga berada di sana.

Neka sengaja mengosongkan dua bangku di sampingnya agar dia tidak duduk terlalu dekat dengan Kirana.

Hanya mereka berempat yang duduk di bangku penonton, sedangkan para pelayan berdiri tepat di belakang mereka.

Tidak lama kemudian pintu rumah terbuka dan Wandypun terlihat.

Pandangan Sandi dan yang lainnya mulai teralihkan kepada Wandy.

Wandy berjalan menuju area pertandingan dengan tatapan yang tajam, dia hanya melihat ke depan dan mengabaikan sekitarnya, tidak ada ekspresi apapun yang terlihat di wajahnya.

Saat itu tidak ada yang menyadarinya kalau sebuah botol kaca kecil seukuran kepalan tangan jatuh saat Wandy berjalan.

Sesampai di area pertandingan Wandy langsung menuju ke tengah area menghampiri Sandi dan Maron.

"Sebelum saya mulai silahkan tanda tangani surat perjanjian ini."

Maron menyerahkan surat itu kepada Sandi.

Setelah menerima surat itu Sandi tanpa pikir panjang langsung menandatanganinya, kemudia dia menyerahkan surat itu kepada Wandy.

Wandy yang menerima surat itu hanya memandangnya tanpa berkata-kata.

"..."

"Ada apa tuan Wandy? Silahkan tanda tangani suratnya!"

"Tidak, surat ini sangat tidak adil, kalau aku menang nanti apa yang akan aku dapatkan?"

Isi dari surat itu adalah pernyataan yang menyatakan jika Wandy kalah dalam pertarungan ini maka dia akan menyerahkan semua hak waris yang dia miliki kepada Sandi.

"Hah!"

Sandi sedikit kebingungan akan perkataan Wandy. Bagaimana tidak, apa yang bisa dia berikan kepada Wandy jika dia kalah.

"Bukankah itu tidak penting! Dapat di pastikan kalau pertandingan ini akan berakhir atas kemenangan Sandi."

Pandangan semua orang langsung teralihkan ke arah Kirana. Orang yang mengatakan hal itu.

"Tidak perlu membuang waktu lagi, cepat tanda tangani suratnya, atau jangan bilang kalau kamu akan menarik kata-katamu yang sebelumnya Wandy!"

Juni yang berada di samping Kirana juga ikut berbicara.

"Jadi kalian sudah seyakin itu ya, kalian bahkan tidak perlu untuk meyembunyikan sikap aslinya, kalau begitu bagaimana kalau kalian," Wandy menunjuk ke arah Kirana dan Juni. "Saja yang menjadi taruhan atas kemenanganku nanti."

"Hah?"

"...."

Kirana dan Juni tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Wandy.

"Maksudnya kalau aku menang kalian berdua harus angkat kaki dari rumah ini!"

"Mas Jun!"

Kirana menatap ke arah Juni dengan wajah cemas.

"Tidak apa Kirana! Baiklah aku akan menerima tantangan mu tapi, kalau Sandi menang nantinya dia harus membagi limapuluh persen dari yang dia dapatkan kepada kami berdua."

"Aku akan menyetujuinya."

Tanpa pikir panjang Sandi menerima tawaran Juni.

Karna Sandi tidak merasa terlalu di rugikan kalau dia menerima itu, dia juga berpikir kalau mereka juga menginginkan sesuatu mereka harus mengorbankan sesuatu, ada atau tidaknya Kirana dan Juni dirumah ini tidak mejadi masalah bagi Sandi.

Sejak awal Sandi sudah tau alasan kenapa Kirana mau menikahi ayahnya, itu dikarenakan harta yang dimilikinya, jika dia berada disini karna harta maka akan lebih adil jika dia diusir karna harta.

"Baiklah kalian sudah berjanji, jadi saksinya adalah semua orang yang ada di area ini."

Wandypun memperlihatkan sebuah senyuman singkat, setelah itu dia mulai menandatangani surat itu.

"Terima kasih." Maron mengambil surat yang di serahkan Wandy. Kemudian dia membuka surat lainnya yang berisikan tentang peraturan pertandingan. "Kalau begitu akan saya bacakan peraturan pertandingan ini."

Ada lima peraturan pertandingan kali ini yang tertulis di kertas yang di pegang Maron.

1. Tidak di perbolehkan untuk menggunakan senjata tajam.

2. Di perbolehkan untuk keluar dari area pertandingan tapi tidak boleh keluar dalam kurun waktu sepuluh detik.

Mereka hanya diberikan waktu sebanyak sepuluh detik jika sudah keluar dari pembatas area, Maron sendiri nantinya yang akan menghitung waktunya hingga sepuluh detik, jika diantara mereka berdua berada diluar dari area lebih dari sepuluh detik maka dia akan di diskualifikasi dan dinyatakan kalah.

3. Peraturan nomer dua tidak akan berlaku jika salah seorang dari mereka terkena serangan yang membuat mereka terlempar lebih dari sepuluh meter dari area pertandingan, orang yang terlempar akan di beri waktu tambahan sebayak tiga menit untuk kembali masuk ke dalam area pertandingan.

4. Pertarungan akan berakhir ketika salah satu dari peserta kehilangan kesadaran atau hal lainnya yang membuat peserta tidak bisa bertanding lagi.

5. Tidak ada batas waktu yang di tentukan, para peserta harus mengerahkan seluruh kemampuannya untuk mengalahkan lawannya hingga tumbang.

Setelah selesai membacakan peraturan Maron menyerahkan dokument yang dia pegang kepada seorang pelayan.

"Baiklah! Silahkan bersiap-siap."

Kemudian Wandy dan Sandi berbalik mengambil jarak, setelah itu mereka berdua kembali berhadapan.

Sandi mulai mengambil posisi siap untuk menyerang sedangkan Wandy hanya berdiam diri melihat hal itu.

"...."

"Baiklah. ...1 ...2 ...3 ... Mulai!"

Sandi langsung berlari ke arah Wandy. Ketika berada tepat didepan Wandy dia langsung melancarkan empat buah pukulan.

Dua pukulan yang menghampiri muka Wandy bisa dia hindari tapi dua serangan lainnya mengenai bagian perut dan mukanya.

Kemudian Sandi mundur untuk menjaga jarak.

'Ternyata benar, tidak ada yang dia sembunyikan, kalau begitu aku harus menyelesaikan ini dengan cepat.'

Setelah menerima pukulan itu Wandy melakukan lompatan kecil kemudian dia melakukan gerakan pemanasan dengan cepat.

"Huh... Heh...."

'Kenapa kamu terlihat begitu santai kak? Rencana apa yang kamu miliki?'

Wandypun berlari ke arah Sandi dengan tangan yang di kepal, diapun mencoba memukul Sandi.

Pukul! Pukul! Pukul! Pukul!

Semua pukulan yang menuju Sandi dapat di hindari kecuali pukulan terakhir, pukulan terakhir dari Wandy dengan mudah di tangkap oleh Sandi.

Pukul!

"Hueeek!"

Sebuah pukulan keras menghantam perut Wandy. Diapun mundur sambil memegang perutnya.

"Kak! Akan ku akhiri sekarang juga."

Sandi mengangkat tangan kanannya tepat di atas kepalanya. Kemudia terlihat aura berwarna hijau mulai berkumpul di tangannya.

Tidak menunggu waktu lama kemudian Sandi menurunkan tangannya yang diselimuti aura hijau. Hal itu juga terjadi di bagian kakinya.

Saat semuanya sudah siap, Sandipun melompat dengan cepat ke arah Wandy.

Saking cepatnya Wandy tidak bisa merespon gerakan Sandi.

"eh!"

"Fokus Punch!"

Pukulan Sandi kembali mengenai perut Wandy. Tidak seperti pukulan sebelumnya, pukulan ini sangat kuat sehingga membuat Wandy terlempar sangat jauh.

Buuuuzzzzzz!

Dengan cepat tubuh Wandy terseret menjauh dari area pertempuran, kakinya mencoba untuk menahan tubuhnya tapi saat itu kakinya tersandung batu sehingga membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan dan membuat tubuhnya berguling-guling dengan cepat.

Taman bunga yang tadinya indah kehilangan keindahannya dengan cepat saat tubuh Wandy yang terlempar melewatinya.

Tubuhnya yang berguling-guling mulai melambat dan kemudian berhenti ketika menghantam tembok.

Tubuh Wandy yang melewati kebun bunga membuat kebun bunga dipenuhi oleh debu yang lumayan tebal, hal itu membuat Sandi dan para penonton tidak bisa melihat Wandy.

Berkat latihan yang selama ini dia jalani Sandi dapat menguasai aura hijau, tapi dia masih belum bisa menguasai tekhnik untuk memperkuat tubuhnya seperti yang dilakukan Kmaks. Pembunuh yang mencoba membunuh Wandy.

Tetapi jika Sandi menginginkannya dia bisa menambahkan kekuatan dari pukulannya, namun disini dia masih menahan diri.

"Maron. Silahkan hitung mundur."

"Maaf Tuan. Tidak bisa! Kita tidak tahu apakah tuan Wandy benar-benar tidak bisa melanjutkan pertandingan ini karena debu yang menghalangi pandangan kita, dan juga didalam peraturan jika peserta terlempar melewati sepuluh meter maka hitung mundur tidak akan dilakukan, kita harus menunggu tuan Wandy menaiki area ini atau kita harus menunggu selama tiga menit, jika tuan Wandy tidak berada di area ini dalam kurun waktu tiga menit, maka dia akan di diskualifikasi hal itu tertulis sesuai dengan peraturan duel ini."

"Biarlah, lagipula sudah dapat dipastikan kalau Kakak sudah tidak bisa melanjutkannya lagi."

"Humph! Kemenangan yang sangat mudah, dengan ini Sandi akan mewarisi semuanya dan aku yang akan mengurus semua pekerjaan itu, karena Sandi tidak tertarik sama sekali dengan pekerjaan yang lain, selain pekerjaan itu."

"Benar sekali Mas Jun. Dan kita akan menguasai semuanya secara perlahan."

"HAHAHAHAHA!" Juni/Kirana.

"Mereka benar-benar membuatku kesal, benar bukan?"

"Iya! Tapi kamu lebih mengesalkan sana jangan dekat-dekat denganku."

Neka mendorong-dorong Riyad yang berada di sampingnya.

Debu yang berterbangan perlahan menghilang sehingga membuat tubuh Wandy terlihat.

Melihat Wandy yang terbaring ditanah tanpa ada tanda-tanda kalau dia bisa melanjutkan pertandingan membuat Sandi berpaling.

"Maron silahkan umumkan hasilnya, tidak perlu memastikan apapun, sudah sangat jelas kalau orang biasa tidak akan bertahan jika terkena pukulan itu."

"Sepertinya tidak akan semudah itu tuan Sandi!"

Maron menunjuk ke arah Wandy.

"Apa?" Melihat Maron yang menunjuk ke belakangnya Sandipun berpaling. "Bagaimana bisa?"

Wandy berdiri kembali dengan mudahnya seperti tidak mengalami apa-apa. Tetapi saat ini tubuhnya dipenuhi oleh luka kecil di bagian tangan, kaki, dan mukanya.

Kemudian Wandypun berlari menuju ke area pertandingan, ketika berada tepat di depan pembatas diapun melompat masuk ke dalamnya.

"Huh! Sama sekali tidak sakit."

Tidak percaya dengan hal ini membuat Sandi harus melakukan serangan lanjutan untuk mengalahkan Wandy. Sandipun langsung berlari ke arah Wandy.

Sandi melancarkan dua pukulan dengan cepat.

Pukul! Pukul!

Kali ini Wandy dengan mudahnya bisa menghindari pukulan itu. Setelah itu Wandy mundur untuk mengambil jarak dengan Sandi.

Melihat hal itu membuat Sandi meningkatkan kewaspadaannya.

Kemudian Wandy berlari.

Wandy berusaha meyerang Sandi dengan sebuah pisau kecil yang tiba-tiba saja berada di tangan kirinya.

'APA! DARIMANA DIA MENDAPATKAN PISAU ITU.'

Saat berada tepat didepan Sandi. Wandy melemparkan pisaunya ke samping.

'Kenapa dia melemparkannya?'

Perhatian Sandi teralihkan sepenuhnya kepada pisau itu. Selagi dia memandang pisau itu dia menyadari sesuatu.

'Jangan-jangan ini.'

Tendang!

Sebuah tendangan mendarat tepat di alat kelamin Sandi.

"AAAAAAAAAAAAAAAAA--"

Pukul!

"Dia yang di kena tendang kenapa kamu yang berteriak!"

"Aduh... Sakit Neka! Kamu yang cewe mana tau rasanya bagaimana, melihatnya saja sudah membuatku merinding."

Kata Riyad sambil memegangi kepalanya.

"Bukannya kamu yang terlalu alay!"

"Nenek-nenek sebaiknya diam saja!"

"APA!!!"

"Heh... Orang miskin tetaplah orang miskin ya! Hahaha!"

Kata Kirana dengan pandangan yang penuh penghinaan.

Sandipun menunduk sambil memegangi alat kelaminnya.