Pasar Gelap adalah sebuah pasar yang menjual barang-barang ilegal, pasar Gelap beroperasi di dalam kegelapan, semua kegiatannya di lakukan secara sembunyi-sembunyi.
Pasar Gelap yang ada di lima buah kota saling berkerja sama, mereka bergabung membentuk sebuah kesatuan, terbentuknya kerja sama ini membuat pasar Gelap di lima buah kota yang tadinya terpisah menjadi satu. Dan lima buah kota itu adalah kota Camelia, Protea, Mawar, Freesia dan kota Aster.
Tergabungnya kelima buah kota ini dalam hal perdagangan pasar Gelap memunculkan sebuah nama baru yaitu 'Merger Black Market'. Sistem Merger Black Market terdiri dari masing-masing seorang pemimpin yang ada di lima buah kota.
Serta seorang pemimpin yang memberikan perintah kepada kelima orang pemimpin itu, dia adalah sang pemimpin sekaligus penguasa pasar gelap.
Merger Black Market tidak hanya menjual barang ilegal tetapi mereka juga menjual jasa, salah satunya adalah jasa pembunuh bayaran. Pembunuh bayaran adalah orang yang berkerja sebagai pembunuh, dia akan di bayar jika berhasil melakukan tugasnya.
Setiap kota memiliki tim pembunuh bayaran yang berbeda tapi, ketika Merger Black Market di buat, maka setiap tim yang berada di lima buah kota tersebut juga digabungkan menjadi satu. Dan sebuah sistem baru bagi para pembunuh bayaran di buat.
Para pembunuh bayaran di bagi menjadi beberapa kelas, kelas itu di berikan sesuai dengan pencapaian atau keberhasilan atas misi yang telah mereka lakukan, di mulai dari kelas E, D, C, B, A hingga kelas tertinggi yaitu kelas S. Dan para pembunuh bayaran di beri code name sesuai dengan kelas dan peringkat mereka yang digabungkan.
Dan sekarang, di kota Protea.
"Sebagai penghormatan maka akanku beritahu code namaku, aku adalah A15. Pembunuh bayaran Merger Balck Market dan aku berasal dari kota Camelia. Yaah... Aku ragu kalau kalian mengerti dengan perkataanku."
Dari code namanya jelas sekali bahwa orang yang sedang di hadapi Maron adalah pembunuh bayar yang berada di kelas A peringkat 15. Kelas A adalah kelas yang hanya berada satu tingkat di bawah kelas S. Sudah dapat di pastikan bahwa pembunuh bayaran yang berada di kelas A pasti sangat hebat.
"Tuan?"
Maron menoleh ke arah Wandy.
"Lakukan sesukamu Maron!"
Kemudian Wandy menjentikkan jarinya.
Tick!
Setelah itu dengan cepat tiga orang pelayan menghampiri Wandy.
"Kalian bertiga bawa dia ke ruang perawatan."
Kata Wandy sambil menunjuk ke arah Sandi.
"Baik!"
"Kak! Aku akui aku memang kalah kali ini tapi, lain kali aku akan benar-benar menang."
"Berusahalah."
Saat itu datang seorang pelayan yang membawa tandu, ketika sampai dia meletakkan tandu itu di samping tubuh Sandi. Kemudian mereka mengangkat tubuh Sandi ke dalam tandu itu dan membawanya ke ruang perawatan.
"Berani sekali kalian mengabaikanku!"
A15 menjadi sangat kesal dan dia tiba-tiba menghilang.
"A... Kemana dia?"
Dengan cepat A15 muncul di samping kanan Wandy.
"Pertama aku akan menyelesaikan misiku dulu."
Tendang.
"A- Apa!"
Tanpa di sadari A15. Maron sudah berada di depan A15 sambil menahan kaki A15.
A15pun dengan cepat melompat kebelakang.
"Heh... Cepat juga ya kau pak tua! Sepertinya memang kamulah yang harusnya aku hadapi lebih dulu."
"HAHAHAHAHAHAHA!" Wandy tertawa dengan keras. "Kamu tahu apa yang sedang kamu lakukan?"
"Hah?"
"Yang aku lihat, kamu saat ini sedang menggali lubang kuburanmu sendiri, kalau aku menjadi kau, maka aku akan lari sebelum terlambat."
"Lari! Bagaimana aku bisa melewatkan kesempatan ini, kalau memang pak tua ini sangat hebat maka aku tidak punya alasan untuk lari darinya, aku akan mengalahkannya dan menjadi lebih kuat, kalaupun dia memang benar-benar kuat. HAHAHAHA!"
"Yah, berusahalah!"
Saat itu wajah Wandy memperlihatkan ekspresi senyuman yang terlihat penuh penghinaan ke arah A15. Kemudian Wandy berjalan mundur untuk menjaga jarak dari A15.
"Apakah tidak apa-apa membiarkan Maron melawan pembunuh bayaran itu sendiri, kurasa sebaiknya kita harus membantunya Neka!"
Riyad menunjuk ke arah Maron.
"Tidak apa-apa, aku yakin kalau Maron yang akan menang, lagipula dia adalah orang yang melatih Sandi selama ini."
Kata Harris yang berada di samping Riyad.
"Kalau begitu berarti tidak ada yang perlu di khawatirkan lagi, kita sendiri sudah melihat kekuatan Sandi. Dan yang pasti, Maron sepertinya memang sangat kuat, aku juga menjadi tambah yakin setelah melihat ekspresi Wandy tadi."
Begitulah kata Neka.
Di tengah arena pertandingan terjadi ketegangan yang luar biasa, Maron dan A15 hanya bertatapan tapi, hal itu sudah cukup membuat suasana menjadi sangat tegang.
"Biar aku beritahu kamu pemula, memberi tahu code name pada orang lain adalah hal yang paling bodoh bagi pembunuh bayaran, pembunuh bayaran yang sesungguhnya pasti langsung membunuh target tanpa peringatan sekalipun."
"Sudah ku bilang kan, kalau aku memberi tahu code nameku karna aku menghormatimu pak tua. Lagi pula siapa yang peduli dengan i-"
Tiba-tiba A15 menghilang. Namun hal itu tidak membuat Maron terkejut, dia tetap memperlihatkan sikap tenangnya.
"-itu!"
Pukul!
Dengan cepat A15 mucul di belakang Maron tapi serangan dari A15 bisa dihindari oleh Maron.
A15 kembali menjaga jarak dengan melompat ke belakang.
"Heeh... Kamu masih bisa menghindari yang ini ya pak tua. Bagaimana dengan--"
Lagi-lagi dengan cepat A15 menghilang.
"Ini!"
Tendang!
Maron dengan mudah dapat menangkis tendangan A15 hanya dengan menggunakan satu tangan.
A15 kembali melompat ke belakang lagi.
"Huuuuuaaahhhh! Begini sajakah kekuatan A15. Sepertinya aku mulai meragukan code name mu."
"KAU... Pak tua! Baiklah akan aku tunjukkan kekuatanku yang sebenarnya."
Dengan cepat A15 menghilang.
Tendang!
Sebuah tendangan yang datang tiba-tiba yang mencoba menyerang muka Maron dapat ditangkis Maron dengan mudah. Setelah itu A15 kembali menghilang.
Pukul!
Tendang!
Setiap pola serangan dari A15 yang berupa pukulan akan dihindari Maron dan tendangan ditangkis.
Tentu saja hal ini terlihat seperti penghinaan bagi A15. Bagaimana tidak, bisa-bisanya seorang pelayan yang terlihat sudah tua bisa menghadapi sebuah serangan tiba-tiba dan menahannya dengan pola yang sama.
Seperti menghadapkannya ke dalam sebuah tekanan yang berbicara 'pukulan kau kurang cepat, maka dari itu aku bisa menghindarinya' atau 'tendangan kau kurang kuat sehingga aku dengan mudah bisa menangkisnya.'
Hal ini terus berlanjut
Pukul!
Tendang!
Pukul!
Pukul!
Tentunya kecepatan A15 bertambah setiap dia mencoba melancarkan serangannya.
Ini adalah pemandangan yang luar biasa. Tapi, yang lebih mengagumkan adalah Maron yang bisa menahan dan menghindari semua serangan itu dengan mudah.
Tendang!
Kali ini Maron tidak menangkis tendangan dari A15. Dia menangkap kaki A15. Maron telah berhasil menangkap tendangan itu sebelum A15 menariknya.
"APA!!"
Kemudian Maron melemparkan A15.
A15 yang terlempar berhasil menyeimbangkan tubuhnya sehingga dia bisa mendarat dengan selamat.
'Pak tua ini kuat juga.'
"Hah. Sepertinya memang benar kalau kamu adalah A15 yang palsu."
"Hah! Apa maksudmu pak tua?"
"Kalau kamu memang kelas A maka kamu akan tiga kali lebih kuat, tidak seperti ini, kamu hanya mengandalkan kecepatanmu."
"Pak tua! Ternyata kamu tahu arti dari code name itu ya."
"Ya... Aku sangat tahu tentang pemberian code name itu beserta hal lainnya yang menyangkut pembunuh bayaran beserta isinya, setidaknya walau sudah sekitar dua tahun yang lalu, aku berhenti dari pekerjaan itu tapi aku masih bisa mengigatnya."
Di sekitar tubuh Maron mulai terlihat aura berwarna hijau.
"I... I... Ini!"
Pada dasarnya aura hijau tidak bisa dilihat dengan mata telanjang, maka dari itu untuk bisa melihat aura hijau adalah dengan memfokuskan aura hijau itu sendiri kebagian mata tapi, aura hijau itu sendiri akan bisa dilihat jika di kumpulkan terpusat dibagian tubuh tertentu, yang artinya jika aura hijau terkumpul maka orang biasapun bisa melihatnya.
Di perlukan keahlian yang sangat terampil untuk bisa mengumpulkan aura hijau di sekeliling tubuh, kebanyakan pengguna aura hijau akan memfokuskan aura itu di satu titik tertentu saja.
Tapi sepertinya Maron bisa memfokuskan aura hijau disekeliling tubuhnya. Tentu saja hal ini sangat luar biasa.
Kemudian Maron berjalan dengan aura hijau yang mengelilingi tubuhnya.
"P.... Pak.... Tua! Siapa kau sebenarnya!"
Tubuh A15 bergetar saat Maron mengambil langkah pertamanya dan setiap langkah yang di ambil Maron membuat A15 berjalan mundur, hal ini sudah seperti insting alami dari A15. Untuk menghindari ancaman yang sangat berbahaya.
"Aku hanyalah pelayan biasa, ah! Tidak. Setidaknya aku adalah mantan anggota tim pembunuh bayaran, kalau tidak salah aku berada di kelas S peringkat Dua."
"A... A... Apa! Kelas S pe... Peringkat 2. Hoi... Hoi... Hoi apakah kamu bercanda, kelas S. Itu kelasnya para monster dari pembunuh bayaran, kekuatan mereka sendiri sudah berada di luar nalar," A15 mulai berjalan mundur secara perlahan. "Ini benar-benar tidak lucu."
"Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini tapi, aku harus melakukan tugasku sebagai seorang pelayan, yaitu menyingkirkan setiap orang yang menghalangi tuan ku. Setidaknya aku akan menahan diri agar kerusakan yang didapat nantinya tidak terlalu besar."
"A... A... APA!"
Tanpa di sadari A15. Sosok Maron yang berada di depannya tiba-tiba menghilang.
"Dimana dia? Jangan-jangan!"
A15 berpaling dengan pelan, saat dia berpaling ia melihat Maron yang sudah berada di belakangnya.
"Aa-"
Pukul!
Pukulan di bagian perut yang di terima A15 membuatnya terlempar jauh hingga menabrak tembok.
Sebuah lekukan berbentuk bundar yang di sertai retakan terbentuk saat tubuh A15 menghantam tembok.
Walaupun lekukan itu tidak sampai membuat tembok berlubang tapi, hal itu sudah cukup untuk membuat A15 tidak bisa bergerak.
"Huh... Akhirnya selesai."
"Jangan bercanda! Ini sangat tidak benar, bagaimana bisa kelas A peringkat 15 bisa di kalahkan semudah itu." Juni menjadi sangat panik setelah melihat hal ini. 'Maron. Dia memang pelayan yang sangat misterius, tapi aku sangat tidak menyangka kalau dia sehebat itu. Yang pasti aku harus lari dari sini.' Juni meraih tangan Kirana dan menggenggam tangannya. "Kirana! Kita harus lari dari sini."
Tiba-tiba Kirana menarik tangannya dan menendang Juni dari belakang sehingga membuat Juni terjatuh.
"Aduh! Kirana. Apa yang kamu lakukan?"
"Sudah lama aku menunggu hari ini."
"Hah?"
"Tentu saja hari untuk melakukan hal ini. Kalian berdua!" Kirana menunjuk ke arah Riyad kemudian dia juga menunjuk ke arah Harris. "Tahan orang ini."
"B- Baik!"
Harris dan Riyad kemudian menahan tubuh Juni.
"Apa maksudnya ini Kirana? Dan juga kemana orang suruhanku yang lain kenapa mereka tidak muncul."
"Ah... Mereka ya! Kalau mereka sudah aku suruh pergi."
"Kirana adalah mata-mataku, akulah yang menyuruhnya untuk menyamar."
Begitu kata Wandy yang baru saja datang.
"Kau menyuruh ibu tirimu untuk melakukan hal ini?"
"HAHAHAHA! Sejak awal Kirana bukanlah ibuku, dia sebenarnya adalah asisten ayah, tapi selama ini dia berpura-pura menjadi istrinya ayah. Yah... Itu karna perintah ayah juga, tapi ketika ayah sudah meninggal aku memerintahkan dia untuk tetap begitu dan berpura-pura mendukungmu, yah... Seperti ini lah jadinya."
"AP-"
"APA. Kirana bukan ibumu?"
Hal ini membuat Juni terkejut, tapi yang paling terkejut ialah Harris.
"Iyah.... Begitulah."
"Ah... Harapanku untuk mendapatkan Milf akhirnya benar-benar hilang!"
"Wandy! Kamu berhutang beberapa penjelasan kepada kami, jadi kamu harus menjelaskannya nanti."
Begitulah kata Neka yang baru saja datang.
"Ah... Iy-"
"WANDY!"
"TUAN!"
Wandy tiba-tiba kehilangan keseimbangan tubuhnya dan hal itu membuatnya jatuh pingsan. Saat itu Kirana dengan cepat menangkap Wandy. Setelah itu dia langsung membiarkan Wandy berbaring di atas pangkuannya.
"Sepertinya obat penghilang rasa sakit yang di pakai oleh tuan Wandy sudah berhenti bekerja, ketika obat itu berhenti bekerja, maka rasa sakit yang di derita akan muncul kembali, jika rasa sakit itu terlalu berat, maka tubuh tidak akan bisa menahannya dan hal itu akan membuatnya pingsan."
Kata Kirana.
"Heeh!"
"Kirana! Aku tidak menerima ini, bisa-bisanya kamu menipuku." *Juni
"Aku tidak peduli dengan perkataanmu, tapi ada beberapa perkataan yang membuatku harus memperdulikannya terutama saat kamu menghina tuan Wandy. Jangan harap kamu bisa selamat setelah ini. Maron! Kamu bisa mengurungnya di tempat itu."
"Baik! Putri."
"Silahkan!"
Harris dan Riyadpun melepaskan Juni. Kemudian Maron mengeluarkan borgol, setelah itu dia memborgol tangan Juni dan membawanya pergi.
Keadaan seketika menjadi hening.
Saat itu Kirana menatap ke arah wajah Wandy.
Air mata Kirana mulai keluar dengan perlahan kemudian mulai menetes di atas wajah Wandy.
"Sukurlah tuan tidak apa-apa!"
Walaupun dia menangis tapi di sisi lain Kirana juga tersenyum.