Mobil hitam yang dinaiki oleh Neka dan lainnya melewati pagar rumah yang tinggi, melihat pagar rumahnya saja sudah menimbulkan rasa kagum, bagaimana tidak pagar rumah saja bisa sebagus ini.
Ketika melewati pagar itu terlihat sebuah jalan lurus, disamping kiri dan kanan dari jalan itu terdapat lapangan hijau yang luas disebelah kanan, kemudian terdapat pondok kecil dengan meja bundar dan bangku serta disekililingnya dipenuhi tanaman yang indah dengan berbagai jenis.
Kemudian jalan itu terbagi dua karena ada sebuah kolam air mancur besar berbentuk bundar, melewati bundaran air mancur itu kemudian terlihat dua pilar besar dan tinggi dengan garis vertikal dan itu adalah bagian depan dari rumah mewah berwarna putih seperti istana dengan tiga lantai.
Neka turun dari mobil dan dia terdiam sejenak seolah dia kagum melihat rumah yang begitu mewah dan besar itu.
"Hee." Wajah Wendy seperti terlihat sombong setelah dia melihat reaksi Neka. Tidak disangka orang yang selera pakaiannya sangat biasa saja ternyata dia tinggal dirumah semewah ini.
Semua orang turun dari mobil kecuali Maron yang tetap berada dimobil karna dia harus memarkirkan mobil yang dia gunakan. Kemudian Wendy berjalan ke arah pintu masuk rumah itu.
"Sepertinya misi kabur sukses." Wendy berjalan dengan kedua tangannya berada dibelakang kepala.
"Misi kabur?"
"Dia sengaja kabur dari rumah agar tidak disuruh untuk membantu persiapan untuk acara malam ini."
"Memangnya ada acara apa?"
"Malam ini ada acara pesta ulang tahun adiknya Wendy yang ke tujuhbelas tahun."
"Benar, hari ini adalah ulang tahun adikku yang ke tujuhbelas tahun. Sebenarnya perayaan pesta ulang tahun ini adalah kedok untuk bisnis ayahku, walaupun begitu hari ini tetaplah ulang tahun adikku, aku merasa cukup senang karna adikku sudah menjadi dewasa, ku harap dia berkeinginan untuk meneruskan bisnis ayahku."
"Hei Nenek. Kau lihat sendiri kan, dia orang jahat yang tidak bertanggung jawab, karna jiwa pengecut dan pemalasnya itu dia ingin melimpahkan semua masalahnya kepada adiknya, harusnya kau tahu tidak mungkin dia akan membantu masalahmu, menghadapi masahnya sendiri saja dia begitu." Kata Riyad sambil menunjuk ke arah Wendy.
"Tidak, untuk kasus Neka itu beda, aku akan benar-benar membantunya, tenang saja, aku yakin pencarian temanmu akan sangat mudah dan cepat."
Wendy dan lainnya yang berbicara sambil berjalan melewati pintu rumah yang dapat terbukan dan tertutup secara otomatis, kemudian terlihat didepan mereka ada seseorang berambut putih dan bermata hitam dengan wajah yang terlihat mengantuk di bagian bawah matanya terdapat kantung mata yang cukup tebal, dijari telunjuk kanannya terdapat sebuah cincin dengan motif Naga yang keren serta batu berwarna biru, walaupun siang hari batu biru dicincinnya itu terlihat seperti bersinar, orang berambut putih itu mengenakan baju kemeja putih dah celana hitam dia berjalan dengan sedikit bungkuk seperti orang yang sangat lelah.
"Kenapa! Kenapa... Kenapa kalian menghilang." Setelah mengatakan itu orang berambut putih itu berdiam didepan Wendy.
"Karna aku tidak ingin disuruh untuk membantu persiapan acara malam ini."
"Kau tahu Wendy." Orang berambut putih itu memegang baju Wendy dengan kedua tangannya. "Walaupun ada enam pelayan dirumah ini mereka masih belum cukup, ya... Walaupun ada beberapa orang sewaan tapi aku dan dua orang aneh itu tetap harus membantu persiapan acara itu." Orang berambut putih itu kemudian lanjut berjalan melewati Wendy dan lainnya.
"Haa?" Melihat hal itu Neka merasa heran.
"Lupakan saja dia." Wendypun berjalan dan tidak lama kemudian terlihat sebuah tangga yang besar, merekapun menaiki tangga itu, tujuan mereka ialah kamar Wendy yang berada di lantai dua. Setelah mereka sampai didepan kamar Wendy. Sudah ada seorang pelayan wanita yang menunggu.
"Tuan Wendy." Pelayan wanita itu menundukkan kepalanya.
"Kamu siapkan kamar untuk dia." Wendy kemudian menunjuk ke arah Neka. "Kalau sudah, datang lagi ke kamar ku dan jangan lupa siapkan pakaian juga untuk dia, pakaian ganti dan pakaian untuk malam ini."
"Baik tuan."
Pelayan wanita itu kemudian pergi dan Wendy membuka pintu kamarnya kemudian dia berkata. "Ayo masuk, kita akan menunggu kamar Neka siap dikamarku."
Merekapun memasuki kamar Wendy. Neka merasakan perasaan yang cukup aneh ketika memasuki kamar Wendy. Bagaimana tidak, ternyata kamar Wendy dipenuhi dengan poster anime, dikamar itu terdapat tiga rak buku yang berisi banyak buku, kemudian terdapat dua lemari kaca yang berisi figure lengkap serta sebuah komputer dengan tiga layar dilengkapi dengan keyboard dan mouse gaming, dikamar itu juga terdapat sebuah kasur besar dilengkapi dengan sarung dan bantal bergambar character anime.
Dikamar itu juga terdapat sebuah meja dan dua kursi panjang yang tidak jauh dari sana ada sebuah tv. Wendy menuju ke arah kursi dan mengambil remote tv yang berada di atas meja dan kemudian dia menyalakan tv.
'-Arin di kota Freesia terjadi sebuah kebakaran hutan yang sangat luas, warga sekitar meyakini kalau hutan dibakar dengan sengaja.'
"Apa yang kamu lakukan, jangan berdiri saja."
Neka sedikit merasa terkejut kemudian dia memalingkan pandangannya dari arah tv ke arah Wendy dan Riyad yang sudah duduk, kemudian Neka berjalan mendekati bangku dan dia duduk, setelah duduk Neka kembali memperhatikan tv.
'Saya yakin hutan ini sengaja dibakar, saya mendengar suara seperti ledakan kemarin, ketika saya melihat kearah hutan, seisi hutan semuanya sudah terbakar.'
"Aduh, aku mau ke wc dulu." Riyadpun berdiri dan dia menuju kearah toilet yang berada didalam kamar itu juga.
'Permirsa begitulah kat-hey yo kalau haus mari minum marimba.' Wendy menekan remote tv dan mengganti saluran tvnya berkali-kali.
"Sudah ku duga tidak ada berita atau hal yang menarik ditv."
Setelah mengatakan itu Wendypun berdiam dan situasi antara Neka dan Wendy berubah menjadi hening.
Setelah beberapa menit keheningan itu berlangsung, Wendy kemudian berdiri. "Kamu pasti haus kan, akan aku ambilkan minuman." Diapun berjalan ke arah kulkas yang ada dikamarnya dan mengambil minuman.
Wendy berdiri dan membuka tutup botol air minum kemudian dia meminum air dari botol itu dan berjalan ke arah Neka.
"Hei airku mana."
"AA..."
Wendy terkejut karna Riyad yang tiba tiba menepuk pundak Wendy. Sehingga membuat Wendy menjatuhkan botol air yang sedang diminumnya, kemudian Wendy membungkuk, dia ternyata tersedak oleh air yang dia minum tadi.
Uhuk! Uhuk! Uhuk!
Melihat hal itu Riyadpun menepuk punggung Wendy agar dia berhenti tersedak.
"Kau juga mengambilkan air untukku kan?"
Uhuk!
"Tidak, kau ambil Uhuk! Sendiri lah di kulkas sana."
"Baiklah, kau lebih milih mengambilkan air untuk nenek itu daripada teman sejatimu ini." Riyad kemudian berjalan ke arah kulkas.
Sedikit merasa khawatir Nekapun menghampiri Wendy.
"Hei... kau tidak apa?"
"Iya, aku tidak apa-apa." Wendypun berdiri sambil mengusap hidungnya, kemudian dia ingin menyerahkan botol air minum yang dia ambilkan untuk Neka, namun tubuhnya kehilangan keseimbangan karna lantai menjadi licin oleh air yang terjatuh tadi, tetapi karna dia bisa mempertahankan keseimbangannya dia tidak jadi terjatuh.
"Huh, hampir saja." Wendy merasa lega karna dia tidak terjatuh namun.
Bruk!
Ketika Wendy lengah, dia terpeleset dan jatuh, namun sebelum dia jatuh dia menarik baju Neka agar dia tidak terjatuh tapi sayangnya Neka juga ikut terjatuh dan dia menimpa Wendy.
"Aduh."
Neka yang terjatuh meluruskan tangan kanannya sehingga mengangkat badannya, kemudian tangan kiri Neka mengusap dahinya yang terbentur sehingga tangannya menutupi wajahnya.
'Apaa ini! Bukankah ini terlihat seperti kabedon tapi versi dilantai' Jantung Wendy berdetak dengan kencang, dia menatap kearah bagian dada Neka. 'Da da da!! Dada sebesar itu tadi menyentuh diriku, walaupun sebentar tapi aku tau kalau rasanya begitu lembut.'
Gluk...
'Tapi! Tapi! Tapi! Dia... Nenek-nenek' Wendy melihat kearah wajah Neka untuk menenangkan dirinya, tetapi karna Neka yang sedang mengusap wajah membuat wajahnya tidak terlihat dan tertutup oleh tangannya.
Deg! Deg! Deg!
Hal ini membuat jantung Wendy berdetak sangat kecang, sehingga membuat wajah Wendy menjadi berkeringat, Wendy tidak menyangka kalau dia bisa menjadi segugup ini hanya karna Neka yang kalau melihat wajahnya saja, sudah jelas kalau dia tidak akan membuat Wendy menjadi nafsu.
Riyad yang mengambil botol berisikan air dari dalam kulkas, setelah meminum air itu dia berkata. "Heii... Kalian tidak apa-apa?"
"Iya." Nekapun berdiri, meninggalkan Wendy yang termenung seperti kehilangan pikiran.
"Ada apa dengan dia?"
"Tidak tahu."
Tok! Tok! Tok!
Kesadaran Wendy kembali ketika dia mendengar suara ketokan dari arah pintu, Wendypun berdiri sambil mengusap celananya dengan kedua tangannya dan berjalan ke arah pintu.
"Tuan. Kamar dan pakaiannya sudah siap."
Wendy membuka pintu dan terlihat pelayan wanita tadi yang menunggu didepan pintu.
"Kalau begitu kau antarkan Neka menuju kamarnya dan beritahu dia dimana letak meja makan."
"Baik tuan."
"Neka kau ikuti saja pelayan itu kemudian gantilah bajumu, setelah itu datanglah kemeja makan."
"Oke."
Nekapun berjalan keluar dari kamar Wendy dan mengikuti pelayan wanita tersebut.
Kemudian Wendy menutup pintu kamarnya dan dia kembali duduk dibangku.
"Aku tidak menyangka hal seperti itu akan terjadi."
"Maksudmu?" Riyad merasa heran melihat Wendy yang duduk dibangku karna dia seperti sedang kelelahan padahal dia tidak melakukan olah raga atau kegiatan apapun hari ini.
"Tidak akan ku ceritakan."
"Tidak apa-apa, lagian sudah pasti bukan hal yang penting." Riyadpun menghabiskan minumannya dan dia juga duduk ke bangku itu.