Chapter 57 - Analisis Benang Merah

"Hentikan sikap konyolmu ini! Aku hanya ingin hanko jitsuin-mu. Jangan mempersulit keadaan!" nada suaranya naik satu oktaf, raut wajah benar-benar terlihat murka.

Perasaan Misaki semakin tak nyaman tiap detiknya dengan sikap lelaki itu.

Kenapa memaksanya mempertahankan kontrak mereka sekeras ini meski ia berniat membayar kerugian dan penaltinya, bahkan ia rela dipenjara? Dia, kan, alergi pada tipe sepertinya?! Malah terus-menerus menghinanya dengan ajakan tidur dan tuduhan buruk tak berdasar. Ia bertingkah seolah-olah tak ingin melepasnya bagaimanapun juga, serta tampak senang mempermainkannya.

Jika ia sampai memberi hanko di kontrak barunya, lelaki itu bisa memiliki akses penuh untuk memperlakukannya semena-mena tanpa bisa protes sedikit pun layaknya boneka!

Dia tak akan punya peluang apa pun!

Siapa yang tahu, akan seperti apa isi kontrak baru itu setelah sifat aslinya ditunjukkan secara terang-terangan sedemikian rupa?

Bodoh sekali dia mudah percaya lelaki yang baru dikenalnya!

Bahkan ceroboh membuat kontrak konyol dengannya!

"Kenapa menatapku begitu? Kau itu, selain hobi bengong, juga hobi menatapku, ya?"

Misaki tak menjawab sama sekali. Tatapannya penuh kewaspadaan. Pikirannya masih terus sibuk menganalisis Casanova tak masuk akal itu.

Hari-hari yang dihabiskan bersama Wataru, kini berputar bagaikan film yang dipercepat di otaknya.

Benar....

Dia adalah sang dewa bisnis bertangan dingin dengan otak genius bertipe sadis!

Semua yang ia lakukan seharusnya diperhitungkan baik-baik!

"Daripada menatapku seperti itu, lebih baik kau siapkan hanko milikmu. Aku tidak mau terima alasan kalau hanko-mu hilang, loh!"

Kedua tangan Misaki dikepalkan kuat-kuat. Lagi, ia tetap tak menjawab lelaki itu.

Mana ada orang yang sangat bermurah hati menawari kontrak lima ratus juta yen dengan syarat begitu mudah pada orang yang baru disapanya pertama kali?! Meskipun ternyata ia tajir melintir dan mampu menghamburkan banyak uang demi tujuan pribadi, apa itu normal? Dia, kan, juga seorang dewa bisnis? Uang adalah hal serius di matanya! Lima ratus juta yen bukan jumlah yang sedikit! Sungguh sangat mencurigakan!

Bohong.... Mana mungkin Toshio sengaja merencanakan ini semua? Apa benar aku dijebak olehnya? Untuk apa? Kenapa? Aku pasti sedang berkhayal! Bathin Misaki tak percaya.

Diliputi kecemasan dan ketakutan luar biasa pada lelaki itu, Misaki memekik tanpa sadar. "TIDAK MAU!"

"MIKA! HUBUNGI KANTOR POLISI! ADA PELAKU KRIMINAL DI APARTEMEN INI! AKU AKAN MENUNTUTNYA HUKUMAN PENJARA SERATUS TAHUN DAN DENDA SEPULUH MILYAR YEN!"

"Toshio-san!" serunya panik, setengah berbisik, kedua tangannya otomatis menutup mulut lelaki itu.

Aduh! Bukan seperti itu maksudku! Dasar pria sadis! Keluhnya membatin.

"Aaaaaah~~ Ya? Apa, sih? Tunggu, Wataru~ Aku belum menemukan uangnya!" teriak Mika manja.

Wataru menarik perempuan itu ke dalam pelukannya, mengunci pinggangnya kuat-kuat dengan kedua lengannya, tatapannya dingin dan samar-samar agak lembut pada sosok yang kini sedang berjuang keras melepaskan diri.

"APA YANG KAU LAKUKAN? LEPAS!"

"Ternyata dari tadi kau cuman menggertak, ya? Dasar kucing galak!" Wataru mendengus geli. "Oi... Masuk penjara pun, bukanlah akhir dari penderitaanmu. Jadi budakku seutuhnya, atau kupastikan dirimu mati segan, hidup pun tak mau."

Perempuan itu tertegun, pikirannya disergap kegelisahan tak berujung.

Kenapa Toshio ngotot sekali ingin menjadikannya budak sampai bersikap sesadis dan sekeji itu? Dia, kan, alergi dengan tipe seperti dirinya?

Ada yang tidak beres! Pikir Misaki.

Perkataan lelaki itu memperkuat dugaan Misaki. Tenggorokannya tercekat.

Kedua kepalan tangannya mendorong sekuat tenaga dada sang dewa bisnis, membuatnya terkejut.

Playboy sadis itu menyeringai dingin, menarik pinggang sang wanita lebih intim padanya. "Kenapa? Takut lagi padaku? Atau bersandiwara lagi jadi perempuan sok polos susah didapat?"

Hati Misaki teriris mendengarnya, tapi tak sanggup berkata apa-apa.

Pikirannya sibuk menyatukan semua bukti-bukti yang mendukung dugaannya bak seorang detektif. Ditambah jarak sedekat ini dengannya membuat nyali Misaki ciut, isi kepalanya seperti puzzle berhamburan. Kacau sekali! Ini diperparah dengan jantung Misaki yang berdebar keras seolah-olah siap meledak kapan saja!

Misaki berbisik tertahan, kedua lengannya mantap menahan dada telanjang Wataru agar tak menyentuh kepalanya yang tertunduk. "Kau sinting, ya? Kenapa denganmu, sih? Otakmu nggak beres? Kau, kan tak suka padaku! Kenapa bersikap begini?"

Matanya mulai tak fokus, tubuhnya gemetar luar biasa. Lelaki itu pasti merasakannya!

"Ya. Aku sinting. Baru tahu? Memangnya aku harus suka seseorang agar ia jadi budakku? Bukankah malah harus sebaliknya?" Wataru mengangkat tubuh Misaki hingga wajah mereka hanya berjarak beberapa senti, "Kau gemetar? Takut? Tertantang? atau malah senang? Jantungmu berdebar keras sekali, loh! Doki... doki?" kalimat terakhir diucapkan lambat-lambat, suaranya terdengar serak tipis nan menggoda, senyum jahatnya terlihat puas di wajahnya yang rupawan.

Misaki menelan ludah gugup, dengan bibir bergetar ia berkata. "Kenapa malah memilih alergi untuk kau jadikan budak? Bukankah itu akan mengganggumu? Apa kau salah makan? Atau se-seleramu turun level, ya? Kau sudah tak kompeten sebagai playboy?"

Wataru terlihat tak senang. Ia menghempaskan tubuh Misaki ke luar pintu hingga nyaris terjungkal ke belakang.

"Ah... alergi sepertimu, sebaiknya dimusnahkan saja." nada suaranya dingin dan santai. Lalu, wajah tampannya berubah bengis menarik. "Itu yang sedang kulakukan saat ini. Memainkannya secara perlahan, lalu melumatnya sampai hancur dalam genggamanku."

"Apa?"

Misaki tertegun hebat, bulu kuduknya merinding.

Matanya mengerjap beberapa kali, berharap ia salah dengar atau tengah berhalusinasi.

Hatinya nelangsa, kedua kaki dan tangannya lemas dalam sekejap.

Rasa perih menusuk jantungnya meyakinkan dirinya bahwa semua itu nyata.

Mereka baru saja kenal dan tak ada dendam pribadi yang levelnya cukup kuat untuk membuat lelaki itu bertingkah demikian. Kenapa malah berkata seperti itu? Kenapa pula ia suka bersikap buruk padanya?

Apa alasannya?

Masa gara-gara karena dia tipe yang tak disukainya? Atau karena ia jelek dan bisa diperlakukan dan dimanfaatkan seenaknya? atau karena ia orang kaya dengan kuasa uang lima ratus juta yen padanya?

Apa begitu? Tidak masuk akal!

Perempuan itu sudah tak tahan dengan semua hal berkaitan dengan lelaki itu!

Giginya digertakkan.

"Kau! Kenapa memilihku sebagai tunangan palsu? Ada banyak perempuan di sekitarmu, kenapa aku?!"

Wataru tak langsung merespon. Ia memandang lekat-lekat pada Misaki. Detik berikutnya, tampak menimbang-nimbang sesuatu untuk dikatakan.

"JAWAB!"

"Kenapa? Otakmu baru jalan?" ia tersenyum licik, sebelah keningnya naik, sorot matanya mengejek.

"JAWAB PERTANYAANKU, SIALAN!"

"Mainan. Aku mencari mainan seru. Masa kau baru sadar? atau pura-pura bodoh?" katanya santai, tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Brengs*k! Jadi kau sengaja memilihku sejak awal dengan niat buruk?"

"Wuah! Ding-dong! Kali ini kau pintar juga!" Wataru tersenyum lebar hingga matanya tertawa, ekspresinya begitu riang dan jenaka, seolah-olah di sekitarnya sekarang ada bunga-bunga bermekaran mewakili suasana hatinya yang gembira.

"Bohong... Kau tega menjebakku? kau bohong, kan? KATAKAN KALAU ITU BOHONG!" suara Misaki bergetar, mukanya pucat pasi.