"Seorang playboy dengan selera tinggi dan kaya, mendekati seorang wanita asing yang cupu dan jelek alias tipe yang bikin dia alergi, kemudian menawarinya banyak uang dengan kontrak bersyarat yang begitu mudah disetujui agar sang wanita bersedia dijadikan tunangan palsu untuk semalam. Apa kau tak curiga ada yang aneh?" Kedua bola matanya membesar, seringai liciknya begitu jahat. "Kau pikir, lima ratus juta yen yang dihamburkan sang playboy, hanya untuk menyewa tunangan palsu semalam saja sebagai tameng tanpa ada maksud lain? Apa itu masuk akal bagimu? Kalau cantik, pasti sudah ditiduri, tapi kalau jelek? Jadikan saja budak rendahan yang hina. Mainan yang bisa diperlakukan sesuka hati!"
"Tidak mungkin.... Kau bercanda, kan? Kau hanya ingin menakutiku karena sudah membuat masalah, kan? Toshio-san...?"
"Amnesiamu benar-benar parah, ya? Apa kau lupa aku bilang apa tadi? Mainan! Kau itu mainan! Mainan merangkap budak yang sudah aku tandai jauh hari sebelumnya! Terima kasih atas sarannya menjadi budakku selama tiga puluh hari. Aku akan sangat, saaaangat menikmatinya!" seringainya begitu jahat, licik, dan menyebalkan.
"KURANG AJAR!" raungnya murka, kembali ingin menampar Wataru, tapi ditepis dengan mudahnya hingga Misaki jatuh terduduk ke lantai.
Kepala Misaki tertunduk, wajahnya begitu pedih. satu tangannya gemetar dikepalkan di atas permukaan lantai yang dingin, satunya lagi mencengkeram totebagnya. Masih sulit menerima kenyataan yang ada.
Lelaki itu tergelak, lalu dengan nada geli berkata. "Aku tak menyangka kau mangsa yang mudah kudapatkan. Ternyata kau begitu bodoh, Misaki. Sedikit keramahan dan kesopanan dariku, kau malah membayarnya dengan kepercayaanmu. Bukan wanita murahan? Aku tawar seratus juta yen, malah minta lima ratus juta yen. Aku minta jadi asisten siap siaga untuk seminggu, kau malah menawari tiga puluh hari. Untuk apa? Menggodaku dengan tubuhmu lalu menguras habis hartaku terus kabur? atau...." matanya memeriksa lekat-lekat reaksi Misaki yang masih tertunduk.".... kau ingin merasakan kehangatan ranjangku setelah selama ini hanya bisa mendengar suara desahan di balik dinding apartemen? Wanita cupu kesepian yang mendambakan kehangatan seorang lelaki, lalu berusaha menggoda tetangganya dengan main tarik ulur sebagai perempuan sok suci dan polos. Apa begitu trikmu? Kau menyedihkan sekali, Misaki. Padahal, jika kau berlutut meminta padaku, mungkin aku akan mempertimbangkannya. Dan kau tidak akan berakhir seperti ini."
"AKU TIDAK BEGITU! DASAR DELUSIONAL SINTING! AKU BAHKAN TIDAK TERTARIK PADAMU SAMA SEKALI!" teriak Misaki, suaranya nyaris berupa tangisan kering.
Perkataan perempuan itu membuat Wataru tersinggung dan kesal. "Oh, ya? Lalu sikap anehmu selama ini padaku apa? Siapa yang ingin kau bohongi? Saat jadi tunanganku untuk semalam, kau malah sibuk menggoda pria kaya lain?! Dasar rubah matre!" tatapannya begitu jijik pada Misaki, pipi kirinya berkedut tak senang. "Kupikir kau hanya perempuan genit biasa, ternyata kau lebih parah dari semua perempuan yang aku temui. Aku jadi tak sabar ingin segera menghancurkanmu berkeping-keping di tanganku. Ah.... Mainan baruku yang seru...."
Misaki berdiri, kedua bahunya bergetar hebat oleh amarah. Bingung bagaimana menjelaskan kesalahpahamannya. Walaupun terpaksa harus mengatakan kebenaran padanya saat ini, Si sadis itu tak akan percaya dengan kisah tak masuk akalnya, bisa-bisa malah semakin memprovokasi level kekejamannya.
Yang paling penting dari semua itu adalah mengapa ia memilih tipe yang bikin dia alergi sebagai mainan??? Kesambet setan apa playboy itu?
"TOSHIO WATARU! KAU BENAR-BENAR BRENGS*K! TUKANG KHAYAL!"
"Jangan berteriak terus!"
"Kenapa? KENAPA? KENAPA KAU LAKUKAN INI PADAKU? Padahal kita baru saja kenal... Aku salah apa, sih? Kau juga alergi padaku, kenapa sampai melakukan ini semua? Abaikan saja aku, apa susahnya? Aku tidak mengerti...." Misaki tertunduk kalut, sorot matanya tak fokus. Bingung sepenuhnya.
"Wajahmu membuatku kesal. Sikapmu padaku sejak aku pindah ke sini selalu bikin darahku naik. Itu saja. Tidak perlu alasan khusus."
"KAU GILA, YA? JAWABAN MACAM APA ITU?" ia melotot pada Wataru.
"Oi.... Tingkahmu ini, apakah trik untuk menggodaku? Pura-pura sok polos dan jadi korban di mataku agar aku simpati? Kenapa, sih, mesti repot-repot begini, bilang saja kalau mau tidur denganku. Tinggal berlutut dan memohon. Meski alergi, kalau itu kau, sekarang aku bisa menoleransinya. Walau tampangmu bikin aku kesal, mungkin tubuhmu tidak? Kau mau berapa? Lima ratus juta yen lagi? Atau seratus juta dollar seperti saat dilelang? Bagaimana? Kau bisa tidur denganku dan dapat uang. Itu, kan, keinginanmu selama ini?"
"AKU TIDAK SEPERTI ITU, BRENGS*K!"
"Huh! Benarkah? Berapa lama kau mau main kucing-kucingan denganku? Bertingkah seolah jijik padaku, tapi menggoda banyak pria di luar sana?! Diam-diam, kau senang, kan, dilirik olehku? Bangga, kan? Jujur saja!"
"Kau ini bicara apa, sih? Aku tidak seperti tuduhanmu! Berapa kali harus kukatakan?!" sorot mata Misaki terlihat kacau, wajahnya sangat pucat, bibirnya digigit keras-keras. Frustasi dengan kebenaran yang ia ketahui.
"Pembohong! Jika aku tak melihat kelakuan genitmu dengan pria lain, mungkin aku akan percaya dengan aktingmu saat ini. Aku curiga, jangan-jangan, kau ini sebenarnya playgirl profesional, ya? Punya kehidupan ganda sepertiku? Apa aku harus memberimu penghargaan artis terbaik karena berhasil menarik perhatianku sejauh ini? Apa kau spesialis penjerat hati pria-pria kaya? Cewek Matre!"
"TUTUP MULUTMU! KAU SUDAH KETERLALUAN!"
"Wuah.... Apa begini taktikmu menaklukkan lelaki lalu menguras habis hartanya? Sok polos di luar, tapi liar di dalam? Wanita seharga lima ratus juta yen, ah, bukan, tapi seratus juta dollar." Ia tersenyum sinis. "Senang, ya, dibeli pake uang? Sudah berapa banyak lelaki yang membelimu? Jangan-jangan, kau sudah dibeli oleh 'pria itu' sebelum lelang dimulai? Merry? Akrab sekali dia denganmu! Rubah genit! Kau menggodanya seperti apa, sih? Apa triknya beda denganku?"
Ia mendorong tubuh Wataru disertai jeritan putus asa. "DASAR SINTING! OTAKMU TIDAK BERES! SANA KE RUMAH SAKIT JIWA!"
Lelaki itu menepis Misaki, terlihat jengkel.
"Berisik! Hentikan sandiwaramu! Besok siang di kafe sebelumnya. Ingat bawa hanko dan sertifikatnya. Jangan macam-macam!"
"DASAR MANUSIA RENDAHAN! IBLIS!"
"Misaki, kau tak menyangka, bukan, jatuh dalam genggamanku? Alih-alih berusaha main tarik ulur denganku dan mendapat keuntungan, malah jatuh ke lubang penderitaan?"
"AKU BUKAN PEREMPUAN MURAHAN! Aku tidak seperti tuduhanmu...." raut wajah Misaki berubah dari murka ke pilu dalam sedetik. "Aku tak menyangka kau sekejam ini, Toshio-san.... Kau sungguh mengerikan.... Monster.... Bisa-bisanya aku berharap kau punya sisi baik...." mata Misaki terlihat nanar.
Wataru samar-samar menangkap ketulusan kata-kata Misaki, lelaki itu tampak goyah sesaat. Namun segera tersapu oleh rasa jengkel berpilin, kening ditautkan. "Lalu apa? kau berharap kita akan jadi pasangan kekasih sungguhan? Oi, jangan bilang kau ini jatuh cinta padaku, ya?! Serius?"
"DELUSIMU BENAR-BENAR PARAH, YA?! AKU TAK AKAN PERNAH SUDI JATUH CINTA PADAMU!"
Wataru tersenyum jahat, darahnya berdesir. "Oh, ya? Kita lihat saja nanti! Kau akan mengemis cinta padaku sementara dirimu akan hancur berkeping-keping selama berada di sisiku sebagai budak dan mainan. Memikirkannya saja sungguh membuatku senang!"
"Apa?" wajah perempuan itu berubah suram. Otaknya kosong seketika.