Chapter 64 - ▪︎MENGENAL HANKO

Di Jepang, tanda tangan atau signature, yang dalam istilah negeri itu disebut 'sain', hampir tidak berlaku, tapi masih bisa diterima pada tingkat formalitas tertentu (contohnya paspor, belanja menggunakan kartu kredit, menerima barang kiriman, surat perjanjian, presensi kerja, menerima SIM, surat edaran, atau konfirmasi telepon).

Sebagai gantinya, mereka menggunakan hanko atau inkan (stempel).

Jenisnya ada dua, yaitu bulat dan kotak.

Hanko atau inkan, seukuran lipstik yang terbuat dari kayu atau plastik, batu, giok, gading, dan tulang. Bentuk cap hanko bulat kira-kira sebesar uang koin 25 rupiah, sementara hanko kotak (umumnya untuk organisasi atau perusahaan) memiliki ukuran 3 x 3 cm.

Secara umum, ada tiga jenis hanko (bulat) dengan ukuran dan kegunaan berbeda-beda:

1. Hanko Jitsu-in (stempel resmi), yakni stempel dengan ukuran 18 mm, digunakan untuk keperluan membeli tanah, mobil, kontrak perjanjian, dlsb, yang memerlukan perlindungan hukum negara. Stempel jenis ini harus didaftarkan ke kantor pemerintahan (setingkat kecamatan).

2. Hanko Ginkoin (stempel bank), yakni stempel berukuran 15 mm, untuk keperluan bank, membuka rekening dan menarik uang. Stempel jenis ini didaftarkan ke pihak bank, jika stempel yang dipakai beda, maka akan ditolak. Mereka punya mesin pendeteksi untuk ini.

3. Hanko mitomein (stempel biasa), yaitu stempel berukuran 8 mm, tidak perlu didaftarkan dan digunakan untuk keperluan sehari-hari oleh para anggota keluarga, seperti menerima pos atau parcel, dan lain sebagainya (Ada jasa pengiriman yang bisa menerima sain, ada juga yang hanya mau mitomein saja).

Sebenarnya, satu jenis stempel sudah bisa mewakili kegunaan ketiga stempel di atas, namun untuk menghindari pemalsuan, pemerintah Jepang menyarankan untuk memiliki tiga macam sesuai kebutuhan.

Beberapa orang di Jepang, tidak semua memiliki stempel tersebut, terutama jitsu-in, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing saja. Contohnya mahasiswa.

Untuk mendapatkan Hanko Jitsu-in, pendaftar harus sudah berusia 15 tahun, warga negara Jepang atau warga asing yang sudah teregistrasi dan memiliki alamat tetap di kota bersangkutan.

Saat mendaftarkan stempel, pemilik membawa stempelnya sendiri. Setelah terdaftar, maka kantor pemerintahan akan mengeluarkan kartu pendaftaran stempel sebagai dokumen sementara sebelum menerbitkan dokumen resmi stempel yang disebut inkan shomeisho (sertifikat stempel). Dokumen inilah yang menjadi bukti status resmi stempel sehingga sulit dipalsukan.

Meski begitu, tetap saja ada kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihannya, menggunakan hanko atau stempel sangat praktis untuk banyak dokumen, jadi tangan tidak akan capek untuk tanda tangan terus untuk puluhan kertas. Pun juga bisa memberikan otorisasi penuh atas stempel resmi kita pada orang yang dipercayai kalau sedang berhalangan, seperti menarik uang di bank atau pengesahan dokumen.

Kekurangannya, siapa saja bisa menggunakan stempel ini jika tak dijaga baik-baik alias bisa disalahgunakan. Maka dari itu, hanko yang terdaftar sebaiknya disembunyikan dari siapa pun, termasuk keluarga sendiri. Kalau hilang, maka buat surat kehilangan, stempel yang lama akan diblokir, kemudian buat yang baru. Untungnya, orang Jepang itu tingkat kejujurannya tinggi, kalau ada barang hilang pasti dibalikin, sebab inilah potensi risiko pemalsuan hanko juga sangat kecil.

Penggunaannya dalam dokumen pun beda-beda, ada yang membubuhkan stempel resmi saja, gabungan nama terang dan stempel resmi. Dan untuk urusan bersifat penting, biasanya memerlukan stempel resmi dan foto pribadi agar sah dan untuk mencegah pemalsuan.

Menariknya, sain atau tanda tangan di Jepang tidak seperti bentuk tanda tangan kita yang seperti guratan seni, mereka menuliskan nama lengkap yang bisa dibaca jelas (nama terang) dan itu sudah diakui sebagai sain/tanda tangan. So, kalo ke Jepang, jangan tulis nama lengkap sembarangan, ya, pada dokumen yang tak diketahui kejelasannya!

Secara hukum, sain/tanda tangan sudah bisa dianggap setuju, dan stempel dipakai biar terasa lebih enak di hati dan lebih otentik, serta memiliki kekuatan hukum kuat jika ada apa-apa.

Sain/tanda tangan juga bisa didaftarkan, hanya saja penggunaan hanko lebih umum diterima di negeri matahari terbit itu. (Katanya, kalau tanda tangan harus benar-benar mirip agar terhindar dari pemalsuan, jadi mungkin ini alasannya menggunakan hanko lebih efisien dan praktis ketimbang tanda tangan untuk keperluan resmi, soalnya mendeteksi keasliannya lebih mudah menggunakan mesin khusus)

Hanko jitsu-in itu ibarat stempel takdir, dilindungi oleh negara. Itu sebabnya lebih kuat daripada yang lain. Bayangin kalo ada orang yang salah gunakan stempel resmimu dan belum sempat lapor kehilangan? Bisa berabe, tuh. Hidupmu bakal berada dalam kendali orang itu. Ngeri, ya? Untung mereka di sana banyak orang-orang baik.

Hanko atau sain yang berlaku kuat adalah yang terdaftar di kantor pemerintahan, ya!

Demikian sedikit penjelasan mengenai hanko dan sain/tanda tangan di Jepang.

Mungkin bagi kita, pake tanda tangan itu sudah resmi diakui negara, kan? Kenapa mesti galau?

Nah, di Jepang? Oh, tidak semudah itu, guys!

Semoga para pembaca sudah tidak bingung dan heran lagi kenapa Misaki galau berat gara-gara sebuah tanda tangan semata, trus tiba-tiba Wataru minta hanko jitsu-in padanya.

Source: dari pelbagai sumber di google.

*CMIIAW