Chapter 14. Absokido
'Whuuush!!'
Tinju Dustin mengenai udara kosong. Vai menghindar dengan mudah. Tubuh Dustin kembali berputar bersamaan dengan dilancarkannya pukulan dari tangan kanan. Vai kembali menghindar.
"..gerakan yang sama tidak akan mempan padaku!" Ujar Vai.
"..Gerakan itu…" Ujar Dustin. "..Sejak kapan kamu bisa menggunakan Teknik Absokido?"
Dustin kembali menyerang Vai. Beberapa pukulan dilancarkan Dustin ke arah Vai.
"..Absododo..Ah..Teknik Abso apapun itu..aku tidak mengerti maksudmu!" Ujar Vai sambil menghindar.
'Whussh! Whusshh!'
'BRAK!!'
Serangan Dustin mengenai pohon di belakang Vai. Bekas pukulannya meninggalkan retakan yang cukup massif pada badan pohon. Vai bergidik melihat retakan pada pohon tersebut.
'Hiii...'
"..Absokido!!" Ulang Dustin. "..nama Teknik itu adalah Absokido! Kamu jangan menghina Teknik Guru!" Dustin kembali melancarkan pukulan-pukulan cepat dan tendangan ke arah Vai.
Lagi-lagi Vai dapat menghindari setiap serangan yang dilancarkan Dustin. Vai seolah dapat membaca gerakan Dustin. Pukulan demi pukulan terus dilancarkan Dustin namun tidak ada satupun serangan yang berhasil mengenai Vai.
"..Jangan menghindar saja! Serang aku!" Dustin berusaha memprovokasi.
Vai teringat akan momen penyerangan di kapal. Pukulan biasa tidak akan mempan pada Dustin. Tinjunya tidak membuat Dustin bergeming.
"Kenapa? Kamu takut?" Dustin kembali memprovokasi Vai sembari melancarkan sebuah pukulan berat.
"..Baiklah kalau itu maumu!" Vai menghindari pukulan Dustin dan melakukan tendangan ke arah atas. Tendangan tersebut tepat mengenai dagu Dustin.
'DUAKK!!!'
Dustin bergeming dan mundur beberapa langkah. Wajahnya terlihat kesal sekaligus kaget. Vai tidak kalah kaget. Ia tidak menyangka tendangannya akan mempan pada Dustin. Padahal pukulannya tidak mempan sama sekali sebelumnya.
"Ku…kurang ajaaar!!!"
Dustin kembali menyerang Vai. Ia menambah kecepatan pukulannya.
'Whusshh!'
Vai terus menerus menghindar dari serangan Dustin. Tubuhnya ringan bagaikan selembar daun yang melayang-layang di udara. Setiap pukulan Dustin hanya mengenai udara kosong saja.
'Hosh…Hosh…' Vai mulai kehabisan nafas.
"Hmm?"
Sepertinya Howard menyadari nafas Vai semakin berat.
"KEMARI KAU!! DASAR MONYET!!" Teriak Dustin sambil terus memukul dengan cepat.
"KIIIKKK???" Sorak Kiki tersinggung.
'Hosh...Hosh...Hosh...'
'BRAKKK!!'
Pukulan Dustin kembali mengenai pohon di belakang Vai. Dahan-dahan kering dan dedaunan berguguran akibat pukulan Dustin. Vai mundur beberapa langkah sambil mengatur kembali ritme pernapasannya. Wajah Dustin terlihat sangat kesal. Ia pun segera mengambil dahan pohon yang terjatuh di hadapannya.
"RASAKAN INI!!!" Dustin mengayunkan dahan pohon tersebut sekuat tenaga layaknya mengayunkan sebuah pedang. Sebuah gelombang kejut dihasilkan dari ayunan dahan itu dan membelah udara.
'DAASHHHHH!!!'
Gelombang kejut tersebut melaju ke arah Vai dengan sangat cepat.
"..Hosh..Hosh..A..Apa??" Vai tidak memperkirakan serangan gelombang kejut tersebut. Padahal ia sedang mengatur kembali ritme pernapasannya. Ia tidak sempat menghindar.
'FUSSHHHHH!!!'
Howard tiba-tiba muncul di hadapan Vai dan menepis gelombang kejut tersebut dengan tangan kosong.
"Duel selesai!" Ujar Howard.
"TIDAK!! AKU BELUM SELESAI!!" Ujar Dustin kesal.
"…Ini seharusnya duel tanpa senjata..." Ujar Howard. "…Tetapi apa yang ada di tanganmu itu?"
Dustin masih memegang dahan pohon di tangannya.
"…Ciih…" Dustin melepaskan dahan tersebut dari genggamannya.
Vai pun merebahkan tubuhnya ke atas tanah kelelahan dan mengatur nafasnya.
'Hosh…hosh...hosh...'
Perasaan apa ini? Vai merasakan perasaan aneh dan menggelitik di perutnya. Mungkin lebih tepatnya ia merasa...senang.
"KIIIKK!!! KIIKK!!" Kiki melompat ke atas tubuh Vai.
"Sepertinya Kiki semakin tertarik padamu..." Ujar Howard.
Dustin berjalan ke arah Vai.
"Hei, bocah Sarma!" Ujarnya.
"...Namaku Vai… bukan bocah Sarma!" Vai bangkit duduk.
"Huh!"
Dustin menjulurkan tangan ke arah Vai. Sepertinya ia bermaksud membantu Vai berdiri. Vai menyambut tangan Dustin dan bangkit berdiri.
'HUP!'
Tiba-tiba Dustin langsung membanting tubuh Vai.
'BRAK!!!'
"HEI!!" Teriak Vai. Ia kembali menghadap langit akibat dibanting Dustin.
"..Dengan ini kita seri!!" Dustin tersenyum menyeringai.
"Dustin!!" Bentak Howard. "...Saya tidak pernah mengajarimu untuk bertindak seperti seorang pengecut!"
"Tidak peduli tindakanku pengecut atau tidak, dalam peperangan, yang paling penting adalah kemenangan!" gerutu Dustin.
Howard menggeleng-gelengkan kepalanya sambil menghela nafas.
"…Sudahlah! Ayo kita makan siang bersama!" Ujar Howard. "…Saya telah menangkap seekor rusa hutan tadi…"
--
-
Vai sedang menikmati makan siangnya bersama dengan Howard dan Dustin. Tidak lupa juga Kiki, monyet unik berekor dua. Seekor rusa hutan dipanggang di atas api unggun di tengah-tengah mereka.
"…Sepertinya Wan telah mengajarimu Absokido dengan baik…" Ujar Howard.
"…Kenapa Teknik Absokido bisa dikuasai olehnya, guru?" Ujar Dustin seolah tidak terima. "…Butuh waktu bertahun-tahun bagiku untuk mencapai tahap ini… Tetapi bocah ini…"
"…Absokido merupakan ilmu bela diri kuno yang diciptakan dan dikembangkan oleh keluarga Sarma dan Knut." Jelas Howard. "…Seiiring berjalannya waktu, ditambah lagi dengan keadaan dunia yang selalu damai, ilmu ini pun mulai dilupakan."
"…Absokido?" gumam Vai. Baru di tempat inilah Vai mendengar nama tersebut.
Howard menatap Vai.
"…Sudah merupakan hal yang wajar bagi keturunan keluarga Sarma untuk menguasai ilmu itu." Ujarnya.
"…Tetapi… kecepatan itu… Gerakan itu…" protes Dustin. "…selama bertahun-tahun aku berlatih, aku belum bisa menguasai Teknik Absokido seperti itu. Bagaimana mungkin??"
"…Vai adalah anak yang jenius sejak lahir. Ia bahkan sudah mampu menguasai Teknik dasar kecepatan Absokido di umur enam tahun."
"Enam tahun????" Ujar Dustin tidak percaya.
Vai pun tidak kalah kaget.
"HAH? Aku? Di umur enam tahun?" ujarnya. Kalau dipikir-pikir, ingatan masa kecil Vai masih buram seolah berkabut. Ia tidak terlalu dapat mengingat masa kecilnya. Sepertinya ada kejadian penting di masa lalu yang dilupakannya. Tapi apa? Vai memegang kepalanya berusaha mengingat.
"…dari duel tadi, saya sudah dapat menilai dan mengambil kesimpulan…" Lanjut Howard.
Vai dan Dustin mendengarkan.
"…Masing-masing dari kalian memiliki kekurangan dan kelebihan…" ujar Howard.
"Kekurangan dan kelebihan?" ulang Vai.
"…Nak Vai..." Howard menjelaskan. "…kelebihanmu adalah kamu telah menguasai Teknik dasar kecepatan dari Absokido…"
Vai teringat momen dimana dunia terasa sangat lambat di matanya sedangkan ia dapat bergerak dengan normal. Di mata orang lain, Gerakan Vai terlihat sangat cepat. Vai pun tersenyum bangga. Mungkin karena kejeniusannya, ia telah menguasai Teknik kecepatan tersebut.
"…tetapi…" Ucapan Howard membuyarkan lamunan Vai. "…Sepertinya karena jarang berlatih, staminamu sangat buruk. Dan lagi, kamu tidak menguasai Teknik Absokido lain selain kecepatan."
Vai tersadar betapa lemahnya dia. Memiliki kecepatan yang tinggi sekalipun tidak akan berguna apabila tubuhnya masih saja lemah. Ia menunduk lesu.
"KIIIKKK!!" Kiki bersuara.
"…Ya...benar…" Ujar Howard lagi. "…Saat ini, kamu hampir tidak ada bedanya dengan Kiki. Kiki juga telah menguasai Teknik dasar kecepatan Absokido."
Vai semakin menunduk lesu. Ia telah disamakan dengan monyet berekor dua tersebut.
"…Dan Dustin!" Lanjut Howard. "…Kamu telah menguasai Teknik dasar ketahanan dan kekuatan dari Absokido. Tetapi sifat sombong dan emosimu yang masih labil membuat Teknik Absokidomu tumpul."
"Cih…" Dustin tidak bisa membantah ucapan Howard. Wajar saja, ucapan Howard tepat sasaran.
"Apabila duel tadi dilanjutkan, terang saja Dustin akan mengalahkanmu, nak Vai.."
Dustin langsung tersenyum bangga menatap Vai seolah meremehkannya. Vai pun tidak dapat membantah pernyataan Howard. Ia sadar betapa lemah pukulannya. Dan lagi staminanya pun sangat buruk. Ia pasti akan kalah dari Dustin bila duel dilanjutkan.
Seandainya ia mempunyai stamina lebih…dan seandainya ia lebih sering berlatih Teknik Absokido. Mungkin hasil duel tadi akan berbeda. Pikir Vai. Sejujurnya, ia merasa tidak terima karena kalah dari Dustin.
Howard menatap kedua orang remaja ini sambil tersenyum.
"Sudah kuputuskan…" Ujar Howard.
Vai dan Dustin menatap Howard bingung.
"…kalian berdua akan kulatih secara bersamaan!" Ujar Howard lagi.
"APAA??" teriak Vai dan Dustin bersamaan.
"tapi..kenapa guru?" protes Dustin. "…Kenapa aku harus berlatih bersama bocah ini?" Dustin menunjuk Vai.
"…Vai telah mengerti dasar dari Teknik kecepatan, sedangkan kamu telah mengerti dasar dari Teknik ketahanan dan kekuatan..." Jelas Howard. "…Dengan menyatukan kalian berdua, kalian akan saling belajar dan berkembang satu sama lain."
"..Tapi…" Vai dan Dustin protes secara bersamaan.
"Kenapa?" Tanya Howard, "…kalian tidak mau kulatih?"
"..Mau!!!" Jawab Vai dan Dustin bersamaan.
"Baiklah!! Sebelum memulai latihan, kalian harus menyelesaikan menu latihan dariku siang ini!" Ujar Howard sambil tertawa. "Push Up Seratus kali, Sit up Seratus kali dan berlarilah sepuluh kilometer!!!"
"APAAA???" Vai dan Dustin kembali berteriak bersamaan.
To be continued…