Chereads / I'm Vai - I just want to Live Peacefully / Chapter 17 - Chapter 17. Ilmu bela diri Absolute

Chapter 17 - Chapter 17. Ilmu bela diri Absolute

Chapter 17. Ilmu bela diri Absolute

Seekor beruang hitam berdiri di hadapan mereka dengan kedua kakinya. Beruang hitam tersebut sangat besar. Mungkin tingginya mencapai lima sampai enam meter bila diukur. Makhluk buas itu menyadari kehadiran Vai dan Dustin. Ia menatap mereka marah.

'GRRRRRRR…'

Berhadapan dengan makhluk buas dan besar seperti itu terang saja membuat mereka bergidik. Mungkin beruang hitam itu merupakan makhluk terbesar dan terbuas yang pernah mereka temui. Tunggu dulu, terdapat sebuah codet berbentuk hati menghiasi mata kanannya.

"Hei, Dustin!" Panggil Vai.

"…Ya?"

"…Apa kamu memikirkan hal yang sama seperti yang kupikirkan?" Ujar Vai sambil tersenyum menyeringai.

Dustin tersenyum menyeringai tanpa menghadap Vai.

"…Kalau kamu memutuskan untuk kabur, berarti kita tidak sepemikiran!!" Ujar Dustin sambil menghunuskan pedang besarnya ke arah beruang tersebut.

"...Persis jawaban yang kuharapkan!" Ujar Vai sembari menggenggam erat belati tentara miliknya.

Tatapan penuh percaya diri tersirat di wajah mereka berdua. Vai dan Dustin yang sekarang berbeda dengan mereka yang dulu. Selama seminggu terakhir ini, mereka telah menjadi jauh lebih kuat. Dan lagi, ilmu bela diri Absokido juga semakin dikuasai mereka.

Lawan mereka kali ini bukan seekor macan bergigi pedang melainkan seekor beruang hitam raksasa. Kekuatan otot makhluk ini tidak dapat diremehkan. Makhluk buas ini dapat menewaskan seekor macan bergigi pedang dalam sekali pukul. Pastinya makhluk tersebut memiliki kekuatan otot yang luar biasa.

'Grrrr…' Liur makhluk buas tersebut menetes ke tanah.

Pandangan mereka bertemu. Pada situasi seperti ini, sepertinya merupakan hal yang tabu untuk bergerak lebih dulu. Baik Vai dan Dustin maupun beruang hitam tersebut terlihat siap untuk melakukan serangan balasan kapanpun saat lawannya menyerang. Beruang hitam tersebut hanya diam sambil menatap mereka.

"Gah!" Dustin kesal. "…Kalau begini, aku akan menyerang lebih dulu!! Menyerang atau diserang, hanya itu pilihannya!!"

Dustin mengayunkan pedangnya dengan kuat secara vertikal ke arah beruang tersebut. Sebuah gelombang kejut yang besar dihasilkan dari tebasannya dan melaju dengan cepat.

'DASHHHH!!!'

Gelombang kejut tersebut terlihat lebih besar dan tajam daripada sebelumnya. Angin yang dihasilkan gelombang kejut itu membelah udara dan dedaunan di sekitarnya saat melaju.

'BRUK!!'

Beruang itu menjatuhkan kedua cakar depannya dengan keras ke tanah. Cakar depannya terasa sangat berat dan membuat debu dan pasir di sekitarnya terhempas. Kini makhluk itu berdiri dengan empat kaki. Meskipun beruang hitam tersebut berdiri dengan keempat kakinya, tubuhnya masih terlihat lebih tinggi dan besar dibandingkan Vai dan Dustin.

'GRRROAAAARRRRR!!!!!'

Makhluk itu meraung dengan keras. Gelombang kejut tersebut melaju dengan cepat dan hampir mengenai wajahnya.

'FUSSSHHH!!!!'

Cakar kiri beruang tersebut diayunkan dengan kuat menghalau gelombang kejut tersebut. Gelombang kejut itu dihempaskan dengan mudah oleh makhluk itu.

'A... APA?!!" Ujar Dustin kaget. Padahal Teknik gelombang kejut miliknya sudah semakin kuat. Dan lagi, teknik itu merupakan Teknik andalannya.

"Sepertinya makhluk itu sangat kuat!" Ujar Vai.

"…UKHH!!!!" Dustin menggerutu. "…Aku…"

"…Hah?"

"…Aku…" Dustin terlihat kesal dan marah. "…AKU TIDAK TERIMA SERANGAN ANDALANKU DITEPIS DENGAN MUDAH OLEH MAKHLUK BUDAK CINTA SEPERTI DIA!!!" Teriak Dustin sambil menunjuk ke arah beruang hitam itu.

"…Bu..budak cinta?" Tanya Vai heran. Ia menatap beruang hitam tersebut. Pandangan Vai kini teralihkan pada codet berbentuk hati di mata kanan beruang itu.

"…Kalau bukan karena dia budak cinta, tidak mungkin memilliki codet berbentuk hati seperti itu!!!" Ujar Dustin.

Beruang hitam tersebut terlihat semakin marah seolah mengerti ucapan Dustin. Ia langsung berlari menerjang Dustin.

'BRUK! BRUK! BRUK!'

Langkahnya terdengar sangat berat dan cepat. Setiap langkahnya menimbulkan getaran-getaran hebat di tanah. Dalam waktu singkat, beruang hitam itu telah berada di hadapan Dustin. Cakar kanan makhluk itu diangkat dan diayunkan sekuat tenaga ke arah Dustin.

'DHUAARR!!!'

Dustin menghindari cakar makhluk tersebut. Cakar makhluk buas tersebut membuat tanah yang dipijak Dustin tadi terhempas. Debu dan pasir dari tanah berterbangan ke udara akibat hempasan cakar beruang tersebut.

"ku…kuat sekali!!!" Gumam Dustin.

'Fiuh!!'

Vai kini berhadapan langsung dengan beruang hitam tersebut. Ia memegang sebilah belati tentara di tangannya. Gerakan makhluk buas itu dapat dibaca oleh Vai. Dengan cepat ia menyabet leher dari makhluk buas tersebut.

'DUK!!'

Sabetan belati Vai tidak dapat menembus kulit beruang hitam itu. Kulit makhluk itu sangat keras bagai batu. Padahal Vai baru saja mengasah belati miliknya tadi pagi sebelum pergi berburu .

'Grrrr!!!'

Makhluk itu terlihat marah dan beringas. Vai melompat mundur mengambil jarak. Beruang tersebut mengincar Vai. Ia melompat menerjang Vai.

'DASHHHH!!!'

Sebuah gelombang kejut menghantam tubuh beruang tersebut. Dustin kembali menyerang makhluk itu dengan gelombang kejut dari pedangnya.

'DHUAK!!!'

Makhluk buas tersebut tersentak mundur beberapa meter. Ia menggoyang-goyangkan kepala dan tubuhnya seperti anjing yang sedang mengeringkan tubuh saat terkena air. Tubuh makhluk itu tidak terluka sama sekali. Sepertinya kulit beruang itu jauh lebih tebal dan kuat dibandingkan kulit macan bergigi pedang yang dihadapi mereka beberapa hari yang lalu.

'Fiuh!'

Dustin mengatur ritme pernapasannya. Dalam sekejab, Dustin telah berada di hadapan makhluk buas tersebut. Ia mengayunkan pedangnya sekuat tenaga ke kepala beruang hitam tersebut.

"Aku tidak akan kalah dari makhluk sepertimu!!!" Ujar Dustin.

'DHUAK!!'

Seperti menghantam sebuah batu karang. Pedang Dustin bergetar. Makhluk itu kemudian menepis pedang Dustin dengan cakarnya dan melancarkan sebuah tamparan besar ke arah Dustin. Dustin tidak sempat mengelak.

Vai segera menarik tubuh Dustin dari belakang dan menangkis tamparan beruang tersebut dengan belatinya.

'BRAK!!'

'UKH!!' Tubuh Vai terhempas menabrak pohon.

Sepertinya Vai telah menguasai Teknik ketahanan dari Absokido. Tubuhnya tidak terluka.

Makhluk buas itu kembali menerjang ke arah Vai.

'DHUARRR!!!!'

Vai menghindari cakaran besar makhluk itu. Sebuah cakar besar mengenai pohon di belakang Vai dan meninggalkan lubang yang besar pada batang pohon tersebut. Kekuatan otot yang luar biasa. Vai segera menyelinap dari balik lengan makhluk tersebut dan kembali melancarkan sabetan belati.

'DUK!!'

Lagi-lagi tidak mempan. Kulit makhluk itu terlalu tebal.

"HAAAAHHHH!!" Dustin melancarkan kembali gelombang kejut dari udara.

'DHUAK!!!'

Gelombang kejut tersebut mengenai punggung beruang hitam itu hingga membuat tubuh besarnya terjatuh dan menyentuh tanah.

"Rasakan itu, Dasar Budak cinta!!" ledek Dustin lagi.

Beruang tersebut kembali bangkit berdiri. Kini makhluk itu berdiri dengan dua kaki. Wajahnya terlihat sangat marah dan beringas.

"Uhmm…Dustin…" Panggil Vai. Aura membunuh yang sangat kuat seolah menyelimuti beruang tersebut. Beruang tersebut terlihat semakin menyeramkan.

"…Aku tahu, Vai!" Dustin melompat mundur ke arah Vai dan mengambil jarak aman.

"Sepertinya ada yang tidak beres dengan beruang itu!" Ujar Vai lagi.

'GRRRROOOOAAARRR!!!!'

Beruang hitam tersebut mengaum keras.

Dalam sekejab, makhluk besar tersebut telah berada di hadapan mereka dan melancarkan sebuah tamparan besar dengan cakarnya.

"A…APA???" Ujar Dustin dan Vai bersamaan.

'DHUAKKK!!!'

Pukulan beruang hitam tersebut mengenai tubuh Dustin dan Vai dan membuat mereka terhempas beberapa meter. Dustin dan Vai terjatuh.

Makhluk buas tersebut kembali melompat sambil mengayunkan cakar besarnya ke arah mereka.

'DHUARR!!'

Vai dan Dustin dengan sigap bangkit berdiri dan melompat menghindar.

"Sepertinya makhluk itu mengamuk!!" Ujar Vai. "…Apa yang harus kita lakukan?"

"…Jangan tanya aku!" Jawab Dustin. "…Sepertinya untuk kabur juga tidak mungkin… Makhluk itu dapat bergerak dengan sangat cepat!"

"Aku akan coba memancingnya!!" Ujar Vai. "…Kamu pikirkan cara untuk menghentikannya!"

Vai melompat ke arah makhluk buas tersebut dan menyabetkan belatinya ke perut makhluk tersebut.

'DUK!!'

"UKH!" Vai meringis. "…belati ini benar-benar tidak mempan padanya!"

Beruang hitam itu lansung melancarkan cakaran-cakaran beratnya ke arah Vai. Vai dapat menghindari setiap serangan yang dilancarkan makhluk itu. Gerakan Vai lebih cepat dari Dustin. Ilmu Kecepatan dari Absokido milik Vai jauh lebih baik daripada Dustin. Dustin belum menguasai ilmu kecepatan tersebut dengan sempurna.

"VAI!! MENUNDUK!!" Teriak Dustin.

'DAAAAASSSSHHHH!!!!'

Sebuah gelombang kejut yang sangat besar meluncur secara horizontal ke arah Vai dan beruang tersebut. Dengan sigap Vai menunduk memberikan ruang untuk gelombang kejut tersebut mengenai tubuh makhluk buas di depannya.

'BRAAAKKKK!!!'

Hempasan gelombang kejut tersebut kembali membuat makhluk besar tersebut tersentak mundur beberapa meter. Perut makhluk buas itu terluka akibat serangan gelombang kejut Dustin.

Makhluk itu menatap luka di perutnya dalam diam.

"…."

"..."

Ia pun menjilati cakar di tangannya dan mengoleskan liur dari mulutnya tersebut ke luka di perutnya.

"HEEII!!!! LUKA SEPERTI ITU TIDAK AKAN SEMBUH HANYA DENGAN TETESAN LIUR!!" Teriak Dustin kesal. "…Makhluk bodoh mana yang mengajarimu hal itu????"

'GRRRRROOAARRR!!!'

Makhluk hitam besar tersebut tiba-tiba telah berada di hadapan Dustin dengan cepat dan menyerangnya.

'DUAKK!!'

Dustin menangkis serangan dari makhluk itu dengan pedangnya. Serangan berat cakar bertubi-tubi tersebut membuat Dustin kewalahan. Dustin terus menghindar dan menangkis setiap pukulan yang dilancarkan beruang itu. Gerakan beruang hitam itu semakin lama semakin cepat.

'BRAKKK!!!'

Sebuah tamparan bersih dari cakar makhluk itu mengenai tubuh Dustin dan membuat Dustin terpental.

"Dustin!!!" Teriak Vai.

Hanya dalam satu tarikan nafas, beruang itu telah berada di hadapan Vai dan melancarkan sebuah tamparan besar dengan cakarnya. Dengan sigap Vai menghindari setiap cakaran dari makhluk itu.

Gerakan beruang hitam itu tidak normal. Ia bagaikan hewan yang mengamuk. Tunggu dulu, beruang kan termasuk dalam kategori hewan. Ya.. Beruang hitam raksasa itu mengamuk menyerang Vai dengan kedua cakarnya.

Dalam hal kecepatan, Vai cukup percaya diri. Ia dapat mengimbangi kecepatan makhluk itu.

'Hosh…hosh…'

Nafas Vai mulai memburu. Sepertinya bukan hal yang bijak untuk terus menghindar dari serangan makhluk itu.

'KIIIKKKKKK!!!!!'

Tiba-tiba Kiki melompat ke atas kepala beruang hitam itu dan mencakar mata kanannya.

"GAARRHHHH!!!!' makhluk buas itu berteriak kesakitan. Cakar kanannya dihempaskan mengenai Kiki.

Kiki terhempas cakar makhluk itu.

"KIIIIKK!!'

"Kiki!!!" Vai langsung melompat menangkap Kiki.

'SRAAAKKK!!! BRUK!!!'

Vai berhasil menangkap Kiki dalam pelukannya. Untungnya Kiki tidak apa-apa. Ia lansung bangkit melompat ke Pundak Vai.

'KIIKKK!!' Teriaknya seolah siap untuk kembali bertarung.

Beruang itu menggosok-gosok mata kanannya yang dicakar Kiki. Kini codet berbentuk hati di matanya berubah bentuk hingga membentuk codet hati yang retak.

"GRRROOAAARRRR!!!"

Bagaikan putus cinta, Makhluk buas itu meraung dengan sangat keras.

"HAAAHH!!!"

Tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, Dustin menebasan pedangnya ke tubuh beruang itu.

'DHUAKKK!!!'

Tebasan tersebut terpental dan tidak dapat menembus kulit makhluk itu. Meskipun begitu, tebasan yang berat tersebut cukup membuatnya tersentak dan pastinya merasakan sakit.

Vai kembali menerjang makhluk itu dengan belatinya.

'Slash!!'

Makhluk itu semakin beringas dan mengamuk. Ia pun mengayunkan cakar besarnya secara asal ke Dustin dan Vai. Kiki melompat menghindar dan mencari kesempatan untuk ikut menyerang makhluk itu.

Vai dan Dustin menghindari setiap cakar beruang tersebut. Teknik Absokido kecepatan sepertinya telah dikuasai mereka berdua. Vai mencoba menyerang titik buta dari makhluk buas itu.

'BRAKK!!!!'

Cakaran berat dihempaskan beruang hitam tersebut dan mengenai belati miliknya. Belati tentara milik Vai patah. Bagamana mungkin? Belati tersebut terbuat dari logam. Cakar berat makhluk itu mampu mematahkan sebilah belati dari logam??

'UKH!!' Vai meringis sambil melompat mundur.

"Makhluk itu benar-benar kuat!" Ujar Vai.

Beruang itu terus menerus melancarkan cakar beratnya ke arah Dustin. Dustin menghindari setiap cakar makhluk tersebut.

"Ukh!! Kalau begini tidak akan ada habisnya" Ujar Dustin. Dustin melemparkan pedangnya ke wajah beruang tersebut.

'Whush!' Lemparan pedang Dustin meleset dan menancap pada batang pohon.

'GROAAARR!!!' raung beruang itu sembari kembali mengayunkan cakar beratnya.

'DHUAK!!'

Dustin menahan cakar beruang tersebut dengan kedua tangannya.

"UKH!!!" Dustin meringis. "..Ka..Kalau soal kekuatan!! AKU TIDAK AKAN KALAAHH!!!" Dustin menahan beban cakar beruang tersebut dengan tangan kosong.

Vai menatap ganggang belati di tangannya. Mata pisau belatinya telah patah. Sepertinya belati tersebut sudah tidak dapat digunaan lagi.

"…Aku harus melakukan sesuatu!" gumam Vai. Ia mencari sesuatu dari dalam tas pinggangnya. "…I…ini?"

Ia menemukan sebuah taring panjang dari macan bergigi pedang dalam tasnya. Apakah benda ini bisa berguna? Taring ini bahkan tidak tajam. Pikir Vai.

"GAAAAHHHHHHH!!!!" Dustin berteriak sembari beradu kekuatan dengan beruang hitam di hadapannya.

'GRRRROOAARR!!!'

"Aku harus membantu Dustin!!" gumam Vai. Ia pun menggenggam taring berbentuk pedang tersebut dengan erat. Vai berlari ke arah Dustin dan beruang hitam tersebut.

Vai melompat tinggi sambil menggenggam pangkal taring pedang tersebut sekuat tenaga dengan kedua tangannya.

//

"Kunci dari ilmu kekuatan Absokido adalah keyakinan…" Ujar Dustin. "…sedangkan kunci dari ilmu ketahanan adalah keteguhan!!!"

"…Apa bedanya keyakinan dan keteguhan?" Ujar Vai.

"Masa begitu saja kamu tidak mengerti????" Bentak Dustin.

"…baiklah…baiklah…" Ujar Vai dengan wajah malas. "…Aku akan mencobanya…"

//

Sepintas ajaran Dustin beberapa hari belakangan ini terlintas dalam benaknya. Vai mengarahkan ujung taring pedang tersebut ke kepala beruang hitam itu dari udara.

Taring pedang tersebut seolah diselimuti oleh aura putih dan tajam. Kini taring tersebut terlihat bagaikan sebuah pedang aura yang sangat tajam.

"…Vai!!! Itu…" Dustin tampak syok melihat taring yang dipegang Vai diselimuti oleh aura putih yang tajam.

'DHUAAAKKKKKKK!!!!'

Taring pedang itu menancap di kepala beruang hitam tersebut. Makhluk tersebut tidak bergerak. Tubuh besarnya tersebut semakin lunglai dan perlahan terjatuh ke tanah. Sepertinya taring pedang itu menancap tepat ke otak beruang hitam tersebut dan menewaskannya seketika. Vai masih berdiri di atas tubuh makhluk buas tersebut.

Dustin menatap Vai takjub.

"Vai!!" Ujar Dustin. "…Bagaimana kamu melakukannya?"

Vai menatap Dustin bingung.

"…Aku? " Ujar Vai. "…Aku menancapkan taring pedang itu ke kepalanya!"

"…BUKAN ITU!! Tetapi…Aura pedang itu!!!" Ujar Dustin . "…bagaimana caranya kamu melakukannya??"

"Aura pedang? Apa maksudmu?" Vai semakin bingung.

Sepertinya Vai tidak menyadari taring pedang di tangannya tadi diselimuti oleh aura putih yang tajam. Kiki melompat kembali ke Pundak Vai.

'KIIKKK!!' teriak Kiki girang.

To be continued….