Chereads / I'm Vai - I just want to Live Peacefully / Chapter 20 - Chapter 20. Kastil

Chapter 20 - Chapter 20. Kastil

Chapter 20. Kastil

"Dustin!" Panggil Vai. "Kenapa Pak Santa memanggilmu Yang Mulia?"

"Nak Vai! Yang Mulia Dustin merupakan anak dari raja terdahulu." Jelas Santa.

Vai tampak syok dengan pernyataan Santa. Dustin sang kapten perompak ternyata seorang pangeran, Dengan kata lain anak dari seorang raja.

"Anak raja terdahulu?" Ujar Vai heran. "…itu berarti…"

Santa mengangguk.

"…Ya…Raja terdahulu dibunuh oleh seorang pembunuh bayaran yang tidak lain adalah Reaper..." Ujar Santa lirih.

Dustin mengepalkan tangannya dengan erat hingga bergetar. Sepertinya ia sangat geram begitu mendengar nama Reaper di telinganya.

"…Aku tidak menyangka ternyata pria yang mengobrak-abrik penginapanku adalah Reaper." Santa menunduk.

"Kemana para tentara yang berjaga di sekitar sini saat Reaper mengobrak-abrik penginapan Pak Santa?" Tanya Vai heran.

Vai memperhatikan sekeliling. Tak tampak satupun batang hidung para tentara di sekitarnya. Padahal sebelumnya para tentara selalu ada di setiap sudut kota.

"Aku…" Ujar Dustin. "…Aku pasti akan menangkap Reaper!!!"

"…kurasa kita harus melaporkan hal ini pada guru terlebih dahulu, Dustin.." usul Vai.

Dustin mengangguk.

"Sebaiknya kita pergi ke kastil sekarang!" Ujar Dustin sembari berlari menuju ke arah bukit. "…Guru pasti sudah sampai di kastil!"

"Terima kasih atas informasinya, Pak Santa! Jaga diri Pak Santa baik-baik!" Ujar Vai sembari berlari mengejar Dustin.

Santa mengangguk sambil tersenyum pahit.

"…Sepertinya Reaper mencarimu, nak Vai.." gumam Santa. "…Apapun penyebabnya semoga kamu baik-baik saja!"

Gumaman Santa tidak terdengar oleh Vai. Vai telah berlari jauh meninggalkannya.

--

Dustin dan Vai sampai di depan pintu gerbang kastil di bukit Wito. Bukit Wito merupakan bukit yang dilihat Vai saat pertama kali sampai ke kota ini. Di puncak bukit ini terdapat sebuah kastil yang megah. Dari kastil inilah keluarga Morgan memerintah kota Kalt.

"Saya kembali!" Ujar Dustin pada para penjaga pintu gerbang.

Beberapa orang tentara penjaga keluar dari pos penjagaannya dan menghampiri Dustin dan Vai.

"Selamat datang kembali, Yang Mulia Dustin!" Ujar Tentara penjaga tersebut sembari melakukan hormat salut padanya.

Dustin menjawab hormat salut tentara tersebut dengan mengangguk pelan.

Pintu gerbang kastil dibuka perlahan. Dustin dan Vai pun melangkah masuk ke dalam kastil.

"Tunggu dulu!" Ujar salah seorang penjaga. "…Tamu anda mungkin boleh ikut anda, Yang mulia! Tetapi saya mohon maaf, hewan peliharaan tamu anda tidak boleh masuk!"

Tentara penjaga tersebut langsung menarik Kiki yang sedari tadi duduk dengan santai di Pundak Vai. Kiki pun menatap tentara penjaga tersebut dengan tatapan kesal. Monyet berekor dua tersebut langsung melompat dengan cepat ke arah tentara penjaga tersebut dan mencakar wajahnya.

'KIIIKKKKK!!' Teriak Kiki marah.

"AAAAHHHH!!! LEPASKAN MAKHLUK INI DARI WAJAHKU!!" Teriak penjaga tersebut sambil berusaha menangkap Kiki yang menempel dan mencakar wajahnya.

Dalam waktu singkat, Kiki telah melompat kembali ke Pundak Vai. Sedangkan tentara penjaga itu terjatuh ke atas tanah.

Wajah penjaga tersebut terluka akibat cakaran dari Kiki. Alih-alih menolongnya, Para tentara penjaga lain justru menertawakannnya.

"Ke…kenapa kalian tidak menolongku?" Protesnya.

"Kiki merupakan monyet peliharaan Yang Mulia Howard!" Ujar salah seorang penjaga. "…dua ekor di pantatnya merupakan ciri khas monyet peliharaan Yang Mulia. Tidak ada monyet lain yang memiliki ciri khas sejenis!"

"Kenapa kalian tidak bilang daritadi???" Protesnya lagi.

"Huh!" Dustin hanya melirik ke arah penjaga tadi dan meneruskan langkahnya ke dalam kastil.

--

-

Kastil tersebut terlihat sangat megah. Di dalam kastil terlihat banyak sekali tentara yang berjaga. Di setiap sudut ruangan terlihat para tentara sedang berpatroli. Vai memperhatikan sekeliling kastil. Terlihat vas-vas antik, kapak perak, perisai perak, zirah perak, dan masih banyak lagi barang-barang berharga lain terpajang di setiap Lorong dan sudut ruangan. Mungkin apabila Vai menjual barang-barang berharga ini, ia dapat membeli sebuah negara.

"I…ini tempat tinggalmu?" Ujar Vai terpana.

"Ya, Vai!" Ujar Dustin sambil terus melangkah melewati Lorong kastil. "…aku akan mengajakmu berkeliling nanti! Saat ini sebaiknya kita segera bertemu dengan guru."

Vai mengangguk sambil terus berjalan mengikuti Dustin.

-

Mereka terus berjalan melewati ruangan demi ruangan dan Lorong demi Lorong hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah ruangan yang sangat besar. Di hadapan mereka, terlihat Howard sedang berbicara dengan sesosok pria dengan sebuah mahkota di atas kepalanya. Sepertinya pria tersebut adalah raja di Kota ini. Padahal ia masih tampak muda, bahkan mungkin lebih muda dari ayah Vai.

"Guru!" Panggil Dustin.

Howard dan Sang Raja menoleh ke arah Dustin dan Vai.

"Aaaah! Dustin, ponakanku! Kamu sudah kembali!" Ujar Raja Hendry.

Raja Hendry merupakan adik dari Raja terdahulu. Ia juga merupakan paman dari Dustin.

"Aku kembali, Paman!" Ujar Dustin. "…ada yang mau kami sampaikan!"

"Ada apa, Dustin?" Tanya Howard heran.

"Reaper…" Ujar Dustin. "…Reaper telah kembali berulah!"

"Ya… Saya telah mendengar garis besarnya dari Howard!" Ujar Raja Hendry. "…Sungguh malang nasib pedagang itu…"

"…Tidak cuma itu, Yang Mulia!" Ujar Vai tiba-tiba. "…Penginapan Pak Santa juga telah diporak-porandakan!"

Raja Hendry menoleh ke arah Vai dan mengernyitkan dahinya.

"…siapa anak muda ini?" Ujarnya.

"…Dia adalah muridku, Hendry!" Ujar Howard. "…Namanya Vai Sarma! Vai adalah cucu dari sahabatku dari kota Marina."

"Oh? Sarma ya?" Ujar Raja Hendry sambil mengangguk.

"Saya mohon maaf atas kelancanganku, Yang Mulia!" Ujar Vai lagi. "…tetapi perbuatan Reaper sudah tidak dapat ditoleransikan!" Ujarnya lagi geram.

"Reaper…" Suara Raja Hendry terdengar lirih. "…pembunuh kejam yang telah membunuh kakak kandungku sendiri…"

Raja Hendry meneteskan air matanya. Vai heran menyaksikan pemandangan tersebut. Seorang raja meneteskan air mata di hadapannya. Ah, Mungkin karena ia merupakan raja yang memiliki hati lembut dan sangat menyayangi rakyatnya seperti rumor yang beredar. Pikir Vai.

"Tapi, Hendry…" Ujar Howard. "…Bukankah seharusnya Reaper sudah tertangkap saat itu?"

"…Benar,Howard!" Raja Hendry mengusap air matanya. "…Setelah ditangkap, Saya telah mengirim Reaper ke pulau Latis untuk dieksekusi! Tetapi, di tengah perjalanan, kapal yang membawanya ke tiba-tiba menghilang. Saya pikir Reaper telah tewas di dasar lautan bersama dengan kapal yang membawanya tersebut."

"Kita harus segera menangkapnya sebelum Reaper bertindak lebih jauh lagi!" Ujar Dustin geram. "…Kalau perlu, aku sendiri yang akan menangkapnya!"

"Sepertinya Reaper telah membangkitkan kekuatan itu…" Ujar Howard pada Raja Hendry. Ia menunjukkan foto pedagang senter yang tewas padanya. "…Sebagian besar tubuh pedagang tersebut menjadi beku…"

"Kekuatan itu? Apakah kamu yakin, Howard?"

Howard mengangguk pelan.

"Kekuatan? Apa maksudnya kekuatan itu?" Ujar Vai bingung.

Howard menatap Vai dan Dustin.

"Aku akan menjelaskannya pada kalian…" Ujarnya sembari melangkahkan kaki meninggalkan ruangan tersebut. "…Kalian berdua ikutlah ke ruanganku!"

To be continued….