Chereads / I'm Vai - I just want to Live Peacefully / Chapter 26 - Chapter 26. Es

Chapter 26 - Chapter 26. Es

Chapter 26. Es

"KEKEKEKE…" Lagi-lagi Reaper tertawa cekikikan.

"Aku tidak akan meninggalkan kalian! Aku tidak akan mungkin membiarkan keluargaku menghadapi bahaya seperti ini sendirian…" Ujar Dustin.

"Kita tetap akan menghadapinya bersama-sama, Bard!" Ujar Vai sambil melangkahkan kakinya ke sebelah Bard.

Reaper memutar-mutarkan sabitnya ke atas dan mengayunkannya sekuat tenaga. Sebuah gelombang kejut yang panjang dan besar kembali dihasilkan oleh sabit besar Reaper.

'DASSSSHHHHHHHH!!'

Gelombang kejut tersebut jauh lebih besar dan panjang daripada gelombang kejut milik Dustin.

"Aku tidak akan kalah darimu!!" Ujar Dustin sembari mengayunkan pedangnya secara vertikal dan menghasilkan sebuah gelombang kejut yang tidak kalah besar.

'DASSSHH!!!'

'DHUUARR!!!'

Gelombang kejut tersebut berbenturan dan menghasilkan hempasan angin yang sangat besar. Debu dan bebatuan di sekitar beterbangan terkena hempasan gelombang kejut tersebut.

"KEKEKEKKE!!!" Reaper tidak menyia-nyiakan waktu. Tiba-tiba ia telah berada di hadapan Vai sambil mengayunkan sabit besarnya. "…aku akan membunuh bocah ini lebih dulu!!"

'CLANG!!'

Sabit besar Reaper beradu dengan belati Vai.

"Ukh!!" Vai meringis menahan serangan Reaper. "…kau!! Kenapa kau membunuh pedagang senter itu??"

"KEKEKEKE!!" Reaper terus menerus melancarkan serangan sabitnya ke arah Vai. "…aku akan membunuh siapapun yang pernah melihatku!"

Vai menghindari setiap serangan sabit Reaper.

"…Kenapa pedagang senter itu? Apa salah pedagang itu? Dan lagi.. Pak Santa… Kenapa kamu menghancurkan penginapannya??" Ujar Vai.

'CLANGG!!!'

Vai dan Reaper melompat mundur mengambil jarak.

"Kamu…" Ujar Reaper sambil menunjukknya. "KEKEKEKE!!"

"Aku?"

"…Tujuanku sebenarnya adalah kamu.." Ujar Reaper sambil kembali menerjang Vai. "…Kamu telah melihatku malam itu!!"

Vai meringis sambil menangkis dan menghindar dari setiap serangan Reaper.

"…aku terus memburumu sejak malam dimana kamu melihatku!" Ujar Reaper sambil tersenyum lebar bagaikan seorang psikopat. "…kamu dan semua orang yang kamu temui sejak saat itu… Jadi..kamulah yang membunuh mereka…"

"A..APA??" Wajah Vai tampak syok.

Jadi? Pedagang senter itu... Penginapan Klaus… semua diserang karena… aku? Pikir Vai. Seandainya ia tidak menemui pedagang senter itu… Seharusnya pedagang itu tidak akan mati mengenaskan. Vai terlihat pucat dan syok. Pedagang itu tidak seharusnya mati. Pikiran Vai seolah kosong.

"Matilah dengan tenang!" Ujar Reaper sembari mengayunkan sabitnya ke leher Vai.

'CLANG!!!'

Pedang Dustin beradu dengan sabit besar Reaper.

"Vai!" Panggilnya. "…Sadarlah!! Ada apa denganmu?!"

Bard dengan sigap menarik tubuh Vai mundur.

"hyuk!!" Ujar Bard. "…kamu tidak apa-apa?"

Vai mengangguk pelan.

"…akulah yang membunuh pedagang itu.." gumam Vai.

"Tidak, hyuk!!" Ujar Bard. "…apapun yang kamu lakukan tidak ada hubungannya dengan kejadian pembunuhan itu…"

"Tidak ada hubungannya?"

"Kamu adalah kamu!" Ujar Bard sembari memperbaiki posisi pegangan belati di tangan Vai. "…Reaper! Hyuk…Dia membunuh siapapun tanpa rasa penyesalan. Kamu bukan pembunuh! Reaperlah pembunuh sebenarnya!"

'CLANG!! CLANG!!!' ayunan pedang Dustin terus menerus beradu dengan sabit Reaper. Dustin sedang bertarung sengit melawan Reaper.

"Vai, hyuk!!" Ujar Bard. "..bantulah Kapten kami! Aku yakin kalian pasti bisa mengalahkan Reaper jika bekerja sama, hyuk!!"

Vai memperhatikan genggamannya. Ia menggenggam belati taring macan di tangannya secara terbalik. Cara memegang belati ini seperti yang diajarkan Bard. Vai menatap Bard dan mengangguk.

"Terima kasih, Bard!!" Ujar Vai.

Vai pun bangkit berdiri dan menyerang Reaper.

'Fiuh!'

Gerakan Vai semakin cepat bahkan jauh lebih cepat dari biasanya.

'Slassshh!!!'

Beberapa sabetan belati Vai langsung mengenai tubuh Reaper.

"A…APA??" tubuh Reaper terluka. Ia kembali melompat mundur mengambil jarak.

"Tidak akan kubiarkan kau lolos!" Ujar Dustin sambil terus mengejar Reaper. "..Ayo kita habisi dia, Vai!"

Vai mengangguk dan mengejar Reaper. Dustin pun mengayunkan pedangnya sekuat tenaga ke arah Reaper. Sebuah gelombang kejut dihasilkan dari ayunan pedang Dustin dan mengarah ke tubuh Reaper. Dustin tersenyum menyeringai. Reaper tidak akan mungkin bisa menghindari serangan tersebut.

'DAASSSHHH!!! BRAAKKKK!!!'

Serangan Dustin tersebut lagi-lagi menghasilkan hempasan pasir dan debu ke udara. Dustin yakin tubuh Reaper pasti akan terkapar setelah menerima serangan telak seperti itu. Perlahan-lahan, hempasan pasir dan debu tersebut terjatuh ke tanah.

"A..APA??" Ujar Vai dan Dustin bersamaan.

Sebuah dinding es berdiri di hadapan Reaper dan menghalangi serangan gelombang kejut Dustin.

"Di…dinding Es?" Ujar Vai.

Dinding es tersebut langsung mencair dengan cepat. Reaper terlihat berdiri dengan tegap dari balik dinding es tersebut. Darimana dinding es tersebut? Sejak kapan ada dinding es di sana?

"Kalian benar-benar merepotkan!" Ujar Reaper geram. "…aku pasti akan membunuh kalian!!"

Tubuh Reaper seolah dikelililngi oleh suhu udara yang sangat dingin. Reaper langsung berlari menerjang Vai. Ia mengayunkan sabit besarnya ke arah Vai. Sabit besar milik Reaper tiba-tiba diselimuti oleh es yang sangat tajam.

"CLANG!!!"

Vai menangkis serangan tersebut dengan belati taring macannya.

"KEKEKEKEKE!!" Reaper tertawa cekikikan.

"Ukh!!" Vai meringis menahan serangan sabit tersebut.

Tiba-tiba belati milik Vai terasa sangat dingin. Es yang menyelimuti sabit besar Reaper merambat mengenai belati milik Vai.

"APA??" Vai melompat mundur mengambil jarak.

Belati di tangannya terasa terlalu dingin dan membeku bagaikan sebuah es.

'Prangg!!!'

Belati taring macan di tangan Vai tiba-tiba pecah seperti sebuah kaca. Kini Vai tidak memegang senjata apapun. Padahal ia baru saja mendapatkan belati taring macan tersebut.

"Mundur, Vai!!" Dustin melompat tinggi sambil mengayunkan pedangnya ke arah Reaper.

Reaper langsung mengayunkan sabitnya ke Dustin.

'CLANG!!!'

Sabit tersebut menyerempet pedangnya dan membuat Dustin terpental hingga terjatuh tepat di hadapan Reaper.

'BRUK!'

"Sepertinya aku harus membunuhmu, Yang mulia…Dustin! KEKEKEKE!!" Reaper tersenyum menyeringai bagaikan seorang psikopat. Ia langsung mengayunkan sabit besarnya ke tubuh Dustin.

'SLASHH!!! CROTT!!'

Muncratan darah segar dihasilkan dari sabetan sabit besar tersebut. Darah tersebut langsung membeku seketika.

Ternyata Bard telah menghadang serangan sabit tersebut di hadapan Dustin. Ia berusaha melindungi Dustin dari serangan sabit besar tersebut.

"..Ukh!! Kamu…harus tetap hidup…Kapten…" Ujar Bard menahan rasa sakit sambil tersenyum menatap Dustin. "Hyuk…"

Di saat bersamaan, tubuh Bard semakin dingin dan membeku layaknya sebuah patung es.

"BARD!!!" Teriak Dustin.

Vai terdiam. Ia tampak begitu syok melihat tubuh Bard membeku seperti sebuah patung es.

'Pranggg!!!!'

Tubuh Bard yang membeku tersebut pecah bagai sebuah kaca.

"TIDAAAAKKK!!" Vai dan Dustin berteriak bersamaan.

Teman-teman perompak Dustin seolah tidak mempercayai pengelihatan mereka.

"BARD!!!" Teriak mereka.

"KEKEKEKKEKE!!!" Reaper kembali tertawa cekikikan. "…Kamu lemah!! Akibat kelemahanmu, teman-temanmu mati!!!"

Dustin masih tidak percaya menyaksikan kematian Bard.

"Tenanglah!! Kamu akan segera menyusulnya!!" Ujar Reaper sambil kembali mengayunkan sabit besarnya ke arah Dustin.

Beberapa buah pisau dilemparkan oleh teman-teman perompak ke arah Reaper. Reaper menghindari setiap lemparan pisau tersebut dengan mudah.

"Huh! Cara yang sama tidak akan mempan padaku!" Ujarnya sambil mengayunkan sabitnya memotong benang yang diikatkan pada ganggang pisau-pisau tersebut.

'AAKHH!!!!!!' Dustin berteriak kesakitan.

"Hah?" Reaper tampak bingung melihat Dustin. Ia bahkan belum menyerang Dustin.

'UKHHH!!! AAAARRRGGGHHH!!!' Dustin tampak sangat kesakitan hingga terkapar sambil memegang dada kanannya.

"DUSTIN!!! Kamu tidak apa-apa??"

To be continued…