Chereads / I'm Vai - I just want to Live Peacefully / Chapter 25 - Chapter 25. Reaper

Chapter 25 - Chapter 25. Reaper

Chapter 25. Reaper

Vai dan Dustin langsung berlari kembali ke gua tepi laut. Semoga saja Bard dan yang lainnya tidak apa-apa. Dalam waktu singkat, Vai dan Dustin tiba di gua tersebut.

Dustin seolah tidak dapat mempercayai pengelihatannya. Beberapa orang teman perompaknya terkapar di depan gua. Dustin berlari menghampiri salah satu dari mereka.

"LAU!!!" Panggilnya sembari menggoncang-goncangkan tubuh Lau. "…Kamu tidak apa-apa? Apa yang terjadi??"

Lau, salah satu teman perompak Dustin membuka matanya perlahan sambil meringis.

"Ukh…,Kapten…" ujarnya sembari menahan rasa sakit di dadanya. "…Tak lama setelah kapten dan Vai pergi…seorang pria dengan sabit besar datang menyerang kami.."

"Pria dengan sabit besar?" gumam Vai. "…bukankah itu ciri-ciri dari…"

"REAPER!!!" Teriak Dustin.

"Kapten…" panggil Lau sembari meringis dan bangkit berdiri. "…Bard dan yang lain sedang menghadapinya di balik gua…"

"A…Apa???" Dustin bangkit berdiri dan langsung berlari ke tempat Bard.

"Hei…Dustin!!!" panggil Vai, Dustin tidak menghiraukannya dan tetap berlari. "…Lau, kamu lihat kondisi yang lain!! Aku akan menyusul Dustin!!"

Vai langsung berlari menyusul Dustin.

--

'CLANG!!!'

Terdengar suara besi yang beradu dengan sangat keras dan nyaring. Dustin telah sampai ke tempat Bard dan yang lainnya berada. Bard dan teman-temannya sedang bertarung melawan Reaper.

"KEKEKEKEKE!!!" Terdengar tawa cekikikan dari Reaper.

Reaper melompat mundur mengambil jarak. Sebuah senjata berbentuk sabit besar digantungkan di balik lehernya.

"REAPER!!!!" Teriak Dustin.

Reaper menyadari kehadiran Dustin.

"Ah? Yang Mulia Dustin…" ujarnya sambil tersenyum sinis.

"Kapten!!" Panggil Bard.

Vai menyusul Dustin dan berdiri di sebelahnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Bard?" Ujar Vai.

"Hyuk...Pria ini tiba-tiba datang dan melemparkan sebuah granat ke gua!" Ujar Bard.

Vai memperhatikan Reaper. Tidak salah lagi, pria dengan sabit besar ini adalah orang yang dilihatnya di antara gedung saat ia berlari mengejar batas waktu malam Kota Kalt. Pria itu adalah Reaper. Orang yang membunuh pedagang senter di dermaga dan juga orang yang sama yang mengobrak-abrik penginapan Klaus.

"Kamu!!!" Dustin terlihat geram. Ia langsung berlari menerjang Reaper dengan pedangnya.

"Tu…tunggu, Dustin!" Teriak Vai.

'Slash!!'

Dustin mengayunkan pedangnya sekuat tenaga ke arah Reaper.

"KEKEKEKE!!!" Reaper tertawa cekikikan sambil menghindari serangan Dustin dengan mudahnya.

'DHUAK!!'

Reaper menendang tubuh Dustin dan membuat Dustin terjatuh mundur.

"Ukh!!" Dustin meringis.

"Dustin!!" Vai berlari menghampiri Dustin. "Jangan gegabah!! Dia tidak seperti hewan buas di hutan! Kita harus menghadapinya bersama!"

"…Aku tidak akan membiarkan pembunuh orang tuaku berbuat seenaknya!!" Ujar Dustin geram dan kembali bangkit berdiri.

"Aku akan membantumu!!" Vai mengeluarkan belati dari pinggangnya.

"Hati-hati, Kapten! hyuk...Kekuatannya tidak seperti manusia biasa!" Teriak Bard.

Bard dan yang lainnya terlihat bersiap menyerang Reaper dengan pedang di tangan mereka.

"Kalian mundur!!" Teriak Dustin sembari kembali menerjang Reaper. "…Biar aku yang mengurus bajingan ini!!"

Dustin terus mengayunkan pedangnya secara membabi-buta.

'Slash-slash-slash!!!'

"KEkEKEKE!!" Reaper tertawa cekikikan sambil menghindari setiap serangan Dustin. "…serangan asal-asalan seperti itu tidak akan pernah bisa mengenaiku…"

Dustin tersenyum menyeringai.

"Aku tidak akan mungkin menyerangmu seperti ini tanpa tujuan!" Ujarnya.

Dalam sekejab, Vai telah berada di belakang Reaper. Sebuah belati taring macan dalam genggaman Vai diayunkan dengan cepat ke tubuh Reaper oleh Vai.

'Scratchhh!!'

Reaper memutar tubuhnya menghindari serangan Vai. Jubah hitam Reaper robek terkena serangan belati Vai. Reaper langsung melompat mundur beberapa langkah mengambil jarak.

"Kekeke…Hampir saja…" Ujar Reaper.

Tatapan Reaper tampak syok seketika saat ia melihat lubang panjang pada jubahnya.

"Ju…Jubahku!!" Ujar Reaper syok sembari memegang lubang pada jubahnya. "…Hei, Bocah!! Kamu tahu berapa harga jubahku??? Seenaknya saja kamu merobeknya!!"

"Sepertinya serangan biasa tidak akan mempan padanya, Dustin!" Ujar Vai. "…tenangkan dirimu dan cobalah untuk fokus!"

Dustin mengangguk.

Reaper langsung menyerang Vai dengan sabitnya.

'Fiuh!!'

Dalam sekejab, Teknik kecepatan Absokido diaktifkan Vai untuk menghindari setiap serangan dari Reaper. Setiap ayunan sabit yang dilancarkan Reaper terlihat lambat di mata Vai. Mata sabit itu berukuran cukup besar dan panjang. Hempasan sabit itu mengenai tanah dan rerumputan di sekitar dan menghasilkan angin yang cukup kuat.

'DASSSHHHHH!!!'

Sebuah serangan gelombang kejut horizontal dilancarkan Dustin ke arah Reaper. Dengan sigap Vai menunduk memberikan ruang bagi gelombang kejut tersebut mengenai Reaper. Reaper baru menyadari kedatangan serangan gelombang kejut tersebut. Ia langsung menangkis gelombang kejut tersebut dengan sabitnya.

'Brukk!!'

Gelombang kejut tersebut membuat Reaper terpental mundur beberapa langkah dari Vai.

"Kekeke…Boleh juga gelombang kejutmu!" Ujar Reaper. Ia pun mengangkat sabit besarnya ke atas.

'FHUSSSHH!!!'

Reaper mengayunkan sabitnya sekuat tenaga dan menghasilkan gelombang kejut yang jauh lebih besar dan panjang dari sabitnya. Gelombang kejut tersebut meluncur secara diagonal membelah udara di sekitarnya menuju ke arah Dustin, Bard dan lainnya.

"Beginilah seharusnya gelombang kejut itu!!!" Teriak Reaper.

"Ukh!!!" Dustin meringis sambil melompat menghindar serangan gelombang kejut tersebut.

"WAAAHH!!" Bard dan teman-teman perompak lainnya berusaha menghindar dari gelombang kejut tersebut dengan panik.

'SLASH!!!' Gelombang kejut tersebut mengenai pantat Bard.

"AAAAAHHHHHH!!!!" Bard berteriak.

"BARD!! Kau tidak apa-apa??" Ujar Dustin panik.

"Ti…tidak apa-apa, Kapten.. hyuk…tapi…" Bard kembali bangkit berdiri. Wajahnya tampak pucat.

"Tetapi kenapa, Bard??"

"Hyuk…Ce..Celana dalamku jadi bolong terkena serangan itu, Kapten!!" Ujarnya sambil menunjuk pantatnya. Celana Bard robek dan memperlihatkan belahan pantatnya dengan jelas.

Dustin menghela nafas lega.

'CLANG!!!!'

Belati milik Vai beradu dengan sabit Reaper. Vai melancarkan beberapa sabetan tajam dengan belatinya ke arah Reaper.

"Aku akan membantumu, Vai!" Ujar Dustin sambil kembali menerjang Reaper.

"Kami juga akan membantu!!" teriak Bard. "…Beraninya kau merobek celanaku!!"

Bard melemparkan beberapa buah pisau ke arah Reaper.

"Hmph!!" Reaper menghindari pisau-pisau tersebut dengan mudah.

'Srak!! Srak!! Sraaakkk!!!'

Beberapa utas benang pancing tiba-tiba melilit tubuh Reaper dengan erat.

"A…Apa??" Reaper tampak kaget.

Ternyata benang pancing tersebut telah diikat pada ganggang pisau yang dilemparkan Bard tadi. Benang tersebut meliliti tubuh Reaper dengan cepat hingga tangan dan tubuhnya terikat.

'Bruk!!!'

Reaper terjatuh ke atas tanah akibat lilitan benang pancing tersebut.

"Kita berhasil menangkapnya,hyuk…" Teriak Bard.

"KEKEKEKE!!" Reaper tertawa cekikikan.

Sebuah geranat telah dilemparkan Reaper terlebih dahulu ke udara sebelum benang pancing tersebut mengikat tubuhnya. Geranat tersebut hampir mengenai Vai yang berada di dekatnya.

"Ha…Hahh?"

"AWAS,VAI!!" Dustin melompat mendorong Vai sekuat tenaga.

'DHUAAAARRRR!!!'

'BRUKK!!!' Vai dan Dustin terjatuh di dekat Bard.

"Hyuk…kalian tidak apa-apa?" Ujar Bard.

Ledakan granat tersebut membuat tanah dan debu di sekeliling Reaper beterbangan.

"KEKEKEKKE!!!" Reaper kembali tertawa cekikikan. Ia kembali bangkit berdiri tegap dengan sebuah sabit besar di tangannya.

Hei!! Reaper tidak terluka sama sekali. Padahal ledakan tadi terjadi di dekatnya dan cukup besar. Bagaimana mungkin ia tidak terluka? Ikatan-ikatan benang tersebut juga sudah terlepas dari tubuhnya. Vai, Dustin, Bard dan yang lainnya kembali bersiap menyerang Reaper.

"Dia bukan orang biasa…" Ujar Dustin. "…Terus terang, aku ragu kita bisa menang melawannya…"

"Benar…dia sangat kuat!" Lanjut Vai.

Bard dan teman-teman perompak berdiri di depan Vai dan Dustin.

"Kapten, Vai!" panggil Bard. "…hyuk…biarkan aku dan teman-teman yang menghadapinya, Kapten!"

"Bard!! Kamu…"

"…Kembalilah ke kota untuk mencari bala bantuan! Hyuk… aku akan mengulur waktu melawannya!" Ujar Bard sambil mengarahkan pedang di tangannya ke arah Reaper.

"Bukan begitu, Bard!!" Ujar Dustin. "…tapi…"

"…Hyuk…Keputusanku sudah bulat, Kapten!!" Ujar Bard lagi "…tolong jangan tahan aku, hyuk!"

"Bard… kamu tidak keren sama sekali!!" Ujar Dustin sambil menghela nafas. "…aku tahu kamu mencoba mengatakan hal keren…tapi celanamu… kamu mengatakan hal keren itu sambil menunjukkan pantatmu di hadapanku…Tidak keren,Bard..Tidak keren…"

"A…APAA?? Oh tidak!"

Bard baru ingat kalau celananya robek akibat serangan gelombang kejut dari Reaper.

To be continued…