Chereads / I'm Vai - I just want to Live Peacefully / Chapter 24 - Chapter 24. Bard dan teman-teman perompak

Chapter 24 - Chapter 24. Bard dan teman-teman perompak

Chapter 24. Bard dan teman-teman perompak.

--

Tidak butuh waktu lama, bagi Vai dan Dustin untuk menyelinap keluar dari Kota Kalt. Mereka berhasil menyelinap keluar tanpa ketahuan oleh para tentara.

Vai dan Dustin terus berjalan menyusuri jalan setapak hingga akhirnya mereka sampai ke sebuah gua di pinggir laut. Di dinding luar gua tersebut terdapat beberapa buah obor api yang menyala. Terlihat juga kapal perompak milik Dustin yang ditambatkan tepat di tepi pantai gua tersebut.

"Itu kapalku!" Ujar Dustin. "…Bard dan teman-teman yang lain pasti berada di dalam gua…"

"Kapal yang bagus!" Ujar Vai. "…Tetapi kapal yang bagus itu malah mengingatkanku pada satu kejadian unik saat aku menuju kota ini…" Sindir Vai.

"Sudahlah!! Kamu jangan ungkit lagi masalah itu!" Ujar Dustin malu,

Vai tertawa.

"ngomong-ngomong, mana teman-temanmu?"

"Teman-teman!!!" Teriak Dustin. "…Aku kembali!!!"

Tidak ada jawaban.

"Teman-teman?" Panggil Dustin lagi. Ia berjalan ke pintu masuk gua.

Masih tidak ada jawaban. Wajah Dustin mulai terlihat panik. Ia langsung berlari masuk ke dalam gua. Vai segera menyusul Dustin.

"Bard!!" Teriak Dustin. "...Lau!!! Lim!!" Dustin memanggil teman-teman perompaknya.

'Fhusss!!!! Fhusss!!!'

Obor penerangan di dinding gua seketika padam secara bersamaan.

"A…ada apa ini?" Ujar Vai heran. Vai berhenti tepat di sebelah Dustin.

Dustin menghentikan langkahnya.

"Teman-teman!!!" teriaknya. "…kalian tidak apa-apa??"

'Srak-srak-srakKk!!!'

Terdengar suara aneh di sekeliling Vai dan Dustin. Vai langsung mengeluarkan belati dari pinggangnya dan bersiaga. Dustin pun ikut bersiaga. Tangan kanannya memegang ganggang pedang di pinggangnya dan bersiap mengantisipasi serangan yang mungkin muncul.

"HUH!!! HAH!!! HUHHAAH!!!"

Terdengar suara dengusan dari beberapa orang pria di balik kegelapan dalam gua.

'Bruuushhhh!!!'

Sebuah semburan api menyembur di hadapan mereka dilanjutkan dengan menyalanya semua api obor di dinding.

Seketika ruangan dalam gua menjadi sangat terang sekaligus panas. Terlihat beberapa orang keluar dari balik kegelapan gua dengan cara berakrobat bahkan jungkir balik. Beberapa dari mereka bahkan melempar-lemparkan pisau dan pedang di udara layaknya seorang juggler.

"HUH!! HAHH!!! HUHHAAH!!!" Teriak mereka.

Tiba-tiba seorang pria bertubuh gendut dengan sebuah tato bergambarkan babi hutan di lengannya melompat salto ke hadapan Dustin.

'Bruuusssshhhh!!!'

Sebuah semburan api kembali menyembur di hadapan Vai dan Dustin. Suasana sekitar menjadi heboh dengan suara dengusan-dengusan aneh. Orang-orang yang keluar dari balik kegelapan gua tadi menyambut kedatangan Vai dan Dustin dengan heboh.

"Hyuk!!! Hyuk! Hyuk!!! Selamat datang kembali, Kapten!!!" Teriak Bard sambil menunduk menyapa Dustin.

"Bard!!!" Bentak Dustin. "…Apa-apaan ini?"

"Pesta penyambutan untuk Kapten, Hyuk!!!" Ujar Bard tanpa rasa bersalah. "..Dan ini adalah ideku!! Bagaimana, Kapten?" Wajah Bard yang gemuk dan tembem tersebut tersenyum puas. Senyum puasnya tersebut malah membuatnya terlihat bagaikan seekor babi mesum.

"Pe…Pesta?" Vai mengernyitkan dahi dengan tatapan syok. "…Pesta penyambutan seperti ini?"

"Apa maksudnya ini semua??" Ujar Dustin. "…kenapa kamu melakukan pesta penyambutan seperti ini???"

"Ma..Maaf, Kapten, hyuk…!" Ujar Bard lirih sembari menunduk. "…kami hanya ingin menyenangkan kapten dengan sambutan seperti ini…hyuk!"

Seketika kehebohan yang diciptakan Bard dan teman-teman perompak lain sirna seketika. Suasana di dalam gua menjadi hening.

Dustin menghela nafas panjang menatap Bard.

"Bard!!" Bentak Dustin lagi. "…Penyambutan seperti ini…."

Vai menggeleng-gelengkan kepalanya. Vai yakin Dustin pasti akan memarahi Bard dan teman-teman perompaknya. Tidak mungkin seorang pangeran seperti Dustin akan senang disambut dengan pesta penyambutan konyol seperti itu, pikir Vai.

"…penyambutan seperti ini…kenapa tidak ada yang memainkan musik???" Protes Dustin.

"Hah?" Bard mengangkat kepalanya.

"Haaah?!" Vai kaget dan syok dengan reaksi Dustin.

"Mu…musik,hyuk?" Ulang Bard.

"Iya!! Musik!!" Ujar Dustin. "…pesta penyambutan itu wajib ada musiknya!!"

Vai terdiam membisu.

"Oh..Hyuk!! Baik, Kapten!" Bard langsung menoleh ke arah teman-teman perompak yang lain. "…musik!!!" teriaknya.

'Jeng-jreng-jeng!!!'

Beberapa orang pria keluar dari balik kegelapan gua sambil memainkan ukulele di tangan mereka. Uniknya mereka keluar sambil menari secara serempak mengiringi suara musik dari ukulele tersebut.

'jeng-jreng-jeng-jrenggg!!!'

"Hyuk!! Selamat datang kembali, Kapten!"

Dustin pun tersenyum puas, sedangkan Vai hanya bisa menatap mereka dengan tatapan syok dan jijik.

"…O…Orang-orang aneh…" gumamnya dengan keras.

Tampaknya Bard baru menyadari kehadiran Vai di samping Dustin. Wajahnya terlihat kaget melihat Vai.

"Hei!! Hyuk!! Kamu kan penumpang di kapal waktu itu,Hyuk!!!" Ujar Bard kaget.

Vai tersenyum kecut menjawab Bard.

"…Hai!" Ujarnya. "…kita ketemu lagi…"

"Vai sekarang adalah temanku!" Ujar Dustin. "…kami belajar dari guru yang sama…"

Bard memperhatikan Vai dari atas hinga ke bawah. Ia pun langsung tersenyum lebar.

"Hyuk.. teman Kapten Dustin adalah teman kami juga, Hyuk!" Ujar Bard sembari merangkul Vai. "…lupakan hal yang pernah kami lakukan padamu saat itu, hyuk!"

"Mana mungkin aku lupa…" gumam Vai sambil menyengir. "…Itu adalah pengalaman pertamaku menaiki sebuah kapal, Dan di pengalaman pertamaku itu, aku malah bertemu dengan sekelompok perompak seperti kalian…"

"Apa kamu bilang? hyuk!!" tanya Bard. Sepertinya gumaman Vai tidak terdengar dengan jelas oleh Bard.

"..Ti…tidak apa-apa!"

"Sudahlah! Ayo kita rayakan kepulangan Kapten, Hyuk!!" Teriak Bard pada teman-teman perompaknya. "Keluarkan daging-daging dan anggurnya,Hyuk!!

"Yosh!!!!" Teriak teman-teman perompak Dustin.

--

Vai duduk di tepi laut memandangi kapal perompak milik Dustin. Teman-teman perompak Dustin masih berpesta di dalam gua. Sebagian dari mereka asyik mengobrol di depan gua sambil mengelilingi api unggun. Kalau dihitung, mungkin jumlah kru perompak Dustin mencapai dua puluh orang bahkan lebih.

"Hyuk!" Bard menghampiri Vai. "…hei…" panggilnya.

"Hai!" Jawab Vai.

Bard duduk di samping Vai. Ukuran tubuh Bard gemuk dan besar. Jika dibandingkan, Vai malah terlihat sangat kecil di sebelahnya.

"…Maafkan perbuatan kami waktu itu ya…hyuk!!" ujarnya.

Vai mengangguk pelan sambil tersenyum.

"…tidak apa-apa!" Ujar Vai. "…Oh iya, kamu yang bernama Bard ya?"

Bard mengangguk.

"…Benar,Hyuk!" Jawab Bard.

"Dustin banyak bercerita tentang dirimu…" Ujar Vai.

"hyuk…Benarkah?" Ujar Bard. "…kuharap Kapten menceritakan yang baik-baik saja tentangku, hyuk!"

"Dustin sangat percaya padamu!" Ujar Vai. "…Dia yakin kamu pasti bisa menggantikan posisinya sebagai pemimpin kru perompak ini suatu saat nanti!"

"hyuk…Kapten bilang seperti itu?" ujar Bard tidak percaya.

Vai mengangguk mengiyakan.

Bard menghela napas panjang.

"..hyuk.. kami sangat senang dipimpin oleh Kapten Dustin…" Ujar Bard. "…Ia menganggap kami seperti keluarganya sendiri…"

"Keluarga?"

"Sebenarnya…Kelompok kami terdiri dari orang-orang yang terbuang dan terasingkan dari masyarakat,hyuk.." Ujar Bard lirih. "…berkat Kapten Dustin, kami mulai mengerti dan mengenal tempat yang kami sebut rumah.. hyuk..tempat yang disebut keluarga.."

"Keluarga ya?" Vai tersenyum tipis. Dustin juga sempat mengatakan hal serupa padanya.

"Hei, hyuk… belati yang bagus…" Ujar Bard saat melihat belati taring macan yang tergantung di pinggang Vai.

Vai mengambil belati itu dari pinggangnya dan mengeluarkan belati tersebut dari sarungnya.

"Aku mendapatkan belati ini dari Dustin…" Ujarnya sembari mengayunkan belati taring pedang tersebut layaknya sebuah pedang.

"Hyuk…hyuk…"

"Kenapa, Bard?"

"Dengan cara memegang seperti itu..hyuk..kamu tidak akan bisa mengoptimalkan kekuatan belati itu, hyuk…"

Vai mengernyitkan dahi sembari memperhatikan caranya memegang belati.

"Apa yang salah?"

Bard pun membalikkan posisi pegangan belati di tangan Vai. Kini Vai menggenggam belati tersebut secara terbalik. Selama ini Vai selalu memegang belati layaknya sebuah pedang.

"Hyuk...Sekarang coba kamu belah kayu ini!" Ujar Bard sembari mengangkat sebatang kayu.

'SLASH!!!'

Batang kayu tersebut langsung terbelah dengan mudah bagaikan memotong sebuah tahu.

"A…Apa?" Vai sendiri tampak tidak percaya dengan kekuatan belati tersebut. Bard pun langsung tertawa melihat reaksi Vai.

"Bard!!!" Ujar Vai tiba-tiba. "…Bisakah kamu mengajariku teknik belati lain?"

Bard tersenyum menyeringai sambil mengangguk.

--

-

Keesokan paginya, Vai dan Dustin sedang dalam perjalanan kembali ke Kota Kalt.

"Hei, Dustin!" Panggil Vai tiba-tiba.

"Hmm?"

"Teman-temanmu sangat seru!" Ujar Vai heboh. "…Bard juga lucu…"

Dustin tersenyum puas.

"…Benar kan apa kataku?!" Ujar Dustin sombong. "Oh iya, Vai! Bagaimana kalau kamu ikut dengan kami berkelana di atas kapal?"

"Berkelana? Kemana?"

"Aku dan teman-teman berencana untuk berkelana keliling dunia! Soalnya teman-teman perompakku itu…"

'DHUAAAARRRRRR!!!!!!'

Tiba-tiba terdengar suara ledakan besar tak jauh di belakang mereka. Vai dan Dustin langsung menoleh ke arah asal ledakan. Ledakan itu berasal dari tempat Bard dan teman-teman.

Wajah Vai dan Dustin tampak pucat dan syok.

"BARDD!!!!!" teriak Dustin.

To be continued…