Axton segera mengambil topinya dan mengenakannya pada Wenda. Dia juga menggenggam pergelangan tangan Wenda begitu mendengar bisik-bisikan dari orang sekitar.
"Iya itu dia, wah sama seperti di televisi bahkan lebih tampan!"
"Siapa gadis itu? Kenapa dia bersama dengan Axton?" kata seorang wanita bernada sinis.
"Apa dia pacarnya Axton? Jika benar, mereka kencan dong."
Tangan Axton yang bebas, mengambil smartphone dan mengirim sms pada Cody yang senantiasa berjaga-jaga. "Ikuti aba-abaku, kita akan lari pada hitungan ketiga, satu..."
"Tiga." potong Wenda yang langsung berlari cepat. Axton terkejut dengan ucapan memotong Wenda alhasil bukannya dia yang menyeret Wenda malah sebaliknya.
Semua orang segera mengejar mereka dengan smartphone, menyalakan kamera dan membuat fokus kamera kearah mereka berdua.
Axton berusaha menyamakan langkah larinya dengan langkah lari Wenda yang gesit. Ternyata walau tubuh Wenda mungil, dia sangat cepat berlari.
Semakin lama semakin bertambah banyak orang yang mengejar mereka apalagi kaum hawa yang terus memanggil Axton. Kedua mata emerald Axton melihat dari arah kejauhan beberapa pria bertubuh besar sedang menunggu.
Itulah jalan keluar mereka. Dia memacu kecepatan larinya dan mengambil alih dari Wenda yang awalnya berlari mendahului Axton.
Begitu keduanya melewati para bodyguard, mereka segera membuat pagar menghalangi orang-orang yang mengejar Axton dan Wenda. "Kita akan bersembunyi di mana?" tanya Wenda.
Axton memperhatikan sekitar dan menemukan wahana biang lala di dekat mereka. Dia langsung menarik Wenda mendekati wahana tersebut.
Axton memberikan beberapa lembaran uang pada seorang penjual tiket yang ditukar dengan tiket ke wahana tersebut. Dia memberi semua tiket itu pada si penjaga karcis lalu masuk bersama dengan Wenda.
Begitu masuk, Axton dan Wenda menenangkan dada mereka yang naik turun karena lelah berlari kemudian mereka berdua tertawa karena melihat penampilan mereka yang berantakan.
"Baru kali ini aku dikejar banyak sekali orang!" ujar Wenda disela tawanya.
"Penampilanmu berantakan sekali!" lanjutnya lagi.
"Kau juga!" balas Axton.
"Haaahh ... sudah lama sekali aku tak bermain wahana ini." kata Axton setelah selesai tertawa.
"Sudah lama?" beo Wenda.
"Ya, setelah orangtuaku berpisah. Dulu sekali, orangtuaku selalu mengajakku ke taman hiburan. Mereka berupaya membuatku senang dan berpura-pura bahagia di depanku."
"Tak disangka bahwa mereka akan bercerai dan meninggalkanku sendiri." lanjut Axton dengan raut wajah sendu. Wenda ikutan sedih, dia mengelus punggung Axton.
Ponsel Axton berbunyi yang ternyata Cody menelponnya. "Halo, Tuan." ucap Axton.
"Halo, Cody. Bagaimana dengan keadaan di luar sana?"
"Semakin kacau Tuan, bahkan banyak sekali paparazi yang datang mencari anda dengan Nyonya di taman hiburan ini." lapor Cody.
"Buat berita bahwa aku ada di tempat yang lain kalau perlu sewa orang untuk menggunakan baju yang sama sepertiku!"
"Baik Tuan." Axton mematikan telepon tersebut dan memandang Wenda yang sibuk membaca beberapa berita mengenai Axton yang menjadi trending topic dalam sekejap. Wow!
"Bagaimana keadaannya?" tanya Axton pada Wenda.
"Buruk sekali, mereka memajang fotomu dan aku yang diburamkan. Apa tak apa-apa? Karena aku kau menjadi..."
"Kau tak salah, akulah yang salah karena sudah mengajakmu di luar untuk berkencan. Kau pasti kelelahan karena berlari kencang." Axton mengambil sapu tangannya dan mengelap peluh Wenda.
Wenda terkesiap dengan tindakan Axton. Matanya bertimbung dengan mata emerald Axton yang juga memandangnya lekat. Wajah Axton mendekati Wenda yang tubuhnya membeku.
Lambat tapi pasti, Axton semakin mendekati Wenda. Napas Axton menggelitik wajah Wenda tapi gadis itu tak berani bergerak. Begitu jarak mereka tinggal sesenti lagi, Wenda otomatis menutup kedua matanya menunggu Axton untuk...